Continuum, Keping Penting Windows 10

- Editor

Minggu, 11 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Setelah diluncurkan pada 29 Juli lalu, versi terbaru dari sistem operasi Windows, yakni Windows 10, menjanjikan perubahan, tidak sekadar merombak tampilan antarmuka semata. Mulai menggabungkan hal terbaik dari Windows 7 dan Windows 8, versi kesepuluh ini memperkenalkan ambisi untuk menghadirkan pengalaman berkomputer yang seragam lintas perangkat.

Di sanalah diperkenalkan berbagai program, seperti Universal App atau aplikasi yang dapat menyesuaikan diri untuk berbagai tampilan, mulai komputer, sabak elektronik, ataupun ponsel pintar. Tujuannya adalah menghilangkan batasan aplikasi di berbagai perangkat.

Begitu pula dengan Continuum, sebuah fitur yang membuat sistem operasi itu bisa menyesuaikan perubahan fungsi perangkat. Misalnya sewaktu menggunakan laptop hibrida atau 2 in 1, tampilan Windows 10 akan tampak normal. Namun, begitu layar dipisahkan dari papan tuts, sistem operasi menawarkan untuk masuk ke moda sabak elektronik dengan ikon yang lebih besar agar memudahkan navigasi menggunakan ujung jari yang tidak sekecil kursor yang digerakkan oleh tetikus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat diumumkan, Windows 10 baru bisa digunakan untuk komputer berupa desktop, laptop, dan sabak elektronik. Dukungan untuk perangkat bergerak, seperti ponsel, saat itu belum diumumkan bersamaan karena masih dikembangkan.

Hingga Selasa (6/10) malam saat Microsoft mengumumkan fitur Continuum untuk ponsel pintar di tengah perhelatan Microsoft Windows 10 Devices Event di New York. Hanya dengan sebuah ponsel, seseorang bisa bekerja layaknya dengan komputer sewaktu menghubungkannya dengan layar monitor didampingi papan tuts serta tetikus.

Kehadiran Continuum untuk ponsel pintar adalah kepingan penting untuk mendapatkan gambar yang lebih utuh akan ambisi Microsoft terkait pengalaman berkomputer yang mengalir seperti disebut sebelumnya. Dilengkapi pula dengan pengumuman perangkat yang mendukung fitur tersebut, yakni Lumia 950 dan Lumia 950 XL.

Komputer saku
Era ponsel pintar dengan prosesor inti jamak hingga RAM hingga 4 gigabit memunculkan istilah komputer di dalam saku. Maksudnya adalah perangkat yang muat ke dalam saku memiliki kemampuan komputasi untuk berbagai kebutuhan, seperti berselancar internet, menyunting dokumen atau file multimedia, hingga memproses gambar dengan resolusi 4K.

Namun yang bisa dilakukan terbatas ukuran layar gawai semata. Jika membutuhkan layar yang lebih besar, bisa memilih perangkat lain, seperti sabak elektronik atau memantulkan isi layar ke perangkat lain dengan cara seperti Miracast.

f43d0366b7cd460b8f0e6799ebfab890KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Continuum adalah fitur yang dikembangkan oleh Microsoft yang memungkinkan sebuah ponsel pintar dengan sistem operasi Windows 10 bisa terhubung dengan layar dan berfungsi layaknya komputer, Rabu (7/10). Fitur ini memungkinkan pengguna ponsel untuk tetap produktif dalam satu pengalaman yang sama dengan perangkat lainnya, seperti komputer pribadi ataupun sabak elektronik.

Dengan Continuum untuk ponsel pintar yang diperkenalkan Selasa malam, Microsoft benar-benar membuktikan istilah tersebut. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menggunakan televisi atau monitor sebagai layar kedua bagi ponsel mereka, bukan sekadar memantulkan apa isi layar karena ponsel tetap bisa dipergunakan secara terpisah.

Adalah display dock, perangkat yang menghubungkan antara ponsel melalui kabel dengan ujung USB Type-C dengan kabel HDMI yang lazim ditemui di layar saat ini. Penghubung ini juga memiliki lubang USB tambahan untuk dihubungkan dengan perangkat lain, seperti papan tuts, tetikus, atau penunjuk untuk presentasi.

Setelah diumumkan di New York, demonstrasi secara langsung bisa disaksikan di Microsoft Tech Days 2015 yang digelar di Balai Kartini Jakarta, Rabu (7/10). Begitu kabel USB Type C disambungkan dengan Lumia 950, tidak butuh waktu yang lama sebelum muncul layar pemberitahuan dan lantas layar monitor yang semula gelap berganti layaknya tampilan antarmuka komputer pada umumnya.

Kecuali indikator daya baterai dan kualitas jaringan seluler yang tetap masih terlihat karena tampilan tersebut berasal dari ponsel. Selain itu, aplikasi yang terpasang di ponsel tersebut, terlebih yang tergolong Universal App, akan otomatis menyesuaikan dengan tampilan baru.

Skenario yang bisa mengilustrasikan manfaat fitur ini adalah pengguna yang tiba-tiba mendapatkan permintaan untuk merevisi sebuah dokumen di saat dia jauh dari komputer dan sulit mengandalkan layar ponsel yang ukurannya kecil. Yang harus dilakukan adalah menghubungkan ponselnya ke display dock lantas disambungkan ke layar televisi. Dia pun bisa mengolah dokumen dengan leluasa dan cepat dengan bantuan tetikus dan papan tuts yang dihubungkan.

Fitur tersebut tentu bakal bermanfaat untuk tugas seperti itu dan sebaliknya sulit dilakukan jika ingin memaksa ponsel bekerja keras seperti menyunting video atau menjalankan permainan elektronik.

Dengan kehadiran fitur ini, kian lengkap ekosistem bagi pengguna untuk menikmati Windows 10. Dia bisa berpindah dari komputer ke komputer jinjing ke ponsel dengan tampilan antarmuka yang sama dan familiar.

Menurut Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro, inilah ekosistem yang dibayangkan Microsoft dengan pengalaman yang sama bagi pengguna dan tidak mengganggu mereka untuk produktif.

f0be22d6385f4a078f4509527e4eeab1Display dock adalah perangkat yang dipersiapkan Microsoft bagi ponsel mereka yang mendukung fitur Continuum atau mampu disambungkan ke layar ke dua dan dioperasikan layaknya komputer, Rabu (7/10). Untuk sementara, perangkat itu hanya bisa dipergunakan oleh ponsel pintar dengan sistem operasi Windows 10 dan memiliki colokan USB Type C.–KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

13d38e4650e04b26846f0dd8e5d8d128Continuum adalah fitur yang dikembangkan oleh Microsoft yang memungkinkan sebuah ponsel pintar dengan sistem operasi Windows 10 bisa terhubung dengan layar dan berfungsi layaknya komputer, Rabu (7/10). Fitur ini memungkinkan pengguna ponsel untuk tetap produktif dalam satu pengalaman yang sama dengan perangkat lainnya, seperti komputer pribadi ataupun sabak elektronik.–KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Terbaru
Kabar buruknya adalah keterbatasan perangkat yang mampu menjalankan fitur Continuum untuk ponsel pintar. Menurut pernyataan resmi dari Microsoft, saat ini baru bisa dioperasikan dengan dua ponsel pintar yang diluncurkan di New York pada Selasa malam lalu, yakni Lumia 950 dan Lumia 950 XL. Spesifikasi memegang peranan penting.

“Dari sisi spesifikasi, Continuum baru bisa dilakukan oleh ponsel yang memiliki prosesor Snapdragon 808 atau 810 buatan Qualcomm karena memiliki fitur mengoperasikan layar ganda dan RAM minimal 2 gigabit. Saat ini baru tersedia di Lumia 950 dan Lumia 950 XL,” ujar Juha Werkkala, Lumia Product Marketing, di tengah perhelatan Tech Days.

Kehadiran USB Type C sendiri juga baru ditemui di dua seri yang disebutkan sebelumnya. Menurut Juha, kabel tersebut penting dalam mengirimkan data untuk ditampilkan layar sekaligus cara bagi ponsel untuk tetap mendapat pasokan daya listrik.

Meski beberapa gawai dengan sistem operasi lain seperti Android sudah memiliki lubang USB Type C, bukan jaminan bisa menggunakan display dock karena perangkat tersebut hanya bisa digunakan oleh ponsel yang memiliki sistem operasi Windows 10.

Dalam peluncuran Windows 10 Devices, Lumia 950 dihargai 549 dollar AS, sementara Lumia 950 XL seharga 649 dollar AS. Hingga kini belum didapatkan kepastian akan ketersediaan barang tersebut di pasar Tanah Air.

Sebetulnya Microsoft sendiri belum berhenti sampai di sana dengan Windows 10. Mereka berencana untuk memperluas layanan sistem operasi ini ke perangkat lainnya, seperti ke sensor hingga perangkat augmented reality buatan mereka, yakni HoloLens.

Bukan tidak mungkin akan muncul kepingan-kepingan baru yang melengkapi pemahaman akan Windows 10 dan ambisi Microsoft.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 8 Oktober 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB