Bocah Miskin Jadi CEO Google

- Editor

Jumat, 5 Mei 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengorbanan Besar Ayah Agar Sundar Bisa Kuliah di Amerika
Lahir di India dari keluarga biasa saja, Sundar Pichai sang CEO Google tetap pantas bersyukur. Keluarganya sangat mementingkan pendidikan dan rela berkorban demi kemajuan anak-anaknya.

Sundar yang otaknya cemerlang sejak kecil, berhasil masuk ke universitas bergengsi India, Indian Institute of Technology Kharagpur mengambil jurusan metalurgi. Sundar lulus tahun 1993 dengan nilai tinggi dan berhasil meraih beasiswa S2 dari Stanford University di Amerika Serikat jurusan ilmu materi dan semikonduktor

Tapi ada masalah, biaya untuk tiket penerbangan dan ongkos lainnya harus ditanggung sendiri. Sang ayah, Regunatha Pichai yang jadi tulang punggung keluarga, mencoba untuk meminjam uang untuk menutupinya. Tapi ia gagal sehingga harus menguras seluruh tabungannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Ayah dan ibuku melakukan banyak pengorbanan untuk memastikan anak-anaknya punya pendidikan yang baik,” kenang Sundar yang dikutip detikINET dari Bloomberg.

Tiba di Stanford pada tahun 1993, Sundar harus hidup hemat dan sempat homesick. Waktu itu dia sudah punya pacar di India bernama Anjali sehingga harus menjalani hubungan jarak jauh alias LDR. Pacaran lama, Anjali ini nantinya menjadi istri Sundar.

Sundar awalnya berniat meniti karir sebagai akademisi dan sukses meraih gelar Master of Science dari Stanford. Namun saat menjalani pendidikan Ph.d, dia malah drop out dan sempat membuat orang tuanya panik. Sundar memilih bekerja sebagai engineer dan product manager di Applied Materials, sebuah perusahaan semikonduktor.

Sundar kemudian meraih gelar MBA dari Wharton School of Business sebelum memutuskan melamar ke Google pada tahun 2004. Ia pun diterima dan itulah awal karir cemerlangnya di raksasa internet tersebut.

Ayah dua anak ini langsung dipercaya memimpin tim manajemen produk software Google. Ia pun kerap tampil di panggung untuk mengumumkan produk terbaru Google.

Di 2014, Sundar sudah Senior Vice President di Google yang menangani bisnis Android, Chrome serta Google Apps. Posisi yang sebelumnya dipegang pendiri Android Andy Rubin.

Dan akhirnya tahun 2015, dia didapuk menjadi CEO Google menggantikan sang pendiri Google, Larry Page. Sungguh pengorbanan keluarganya mendidik dengan sepenuh hati di tengah kekurangan, dibalas dengan prestasi luar biasa olehnya. (fyk/fyk)

Fino Yurio Kristo –

Sumber: detikInetRabu, 24 Mei 2017
—————–
Kisah Mengagumkan Bocah Miskin India Jadi Direktur Utama Google

Pichai Sundararajan, atau lebih banyak dikenal dengan nama Sundar Pichai tentu sangat terkenal di jagat teknologi. Bagaimana tidak, dia CEO atau direktur utama Google, sebuah jabatan sangat mentereng. Hal yang mungkin tak pernah terbayangkan saat masa kecilnya, jauh di India.

Sundar memang bukan orang asli Amerika Serikat. Ya, sudah bisa ditebak dari namanya, Sundar Pichai itu orang India. Dia dilahirkan di selatan kota Chennai, India, pada 44 tahun yang lalu.

Ayahnya bekerja di konglomerasi Inggris, General Electric Company. Tapi gajinya kecil. Sang ayah berkisah anaknya itu sudah tertarik dengan teknologi sejak belia.

“Aku sering bicara padanya soal pekerjaanku dan tantangannya. Bahkan saat masih berusia muda, dia sudah ingin tahu soal pekerjaanku. Kupikir, hal itu membuatnya tertarik pada teknologi,” kata sang ayah, Regunatha Pichai.

Sundar tumbuh besar di apartemen dua kamar bersama orang tua dan saudara laki-lakinya. Tidak ada kemewahan di masa kecil itu, tidak ada mobil bahkan televisi.

Dikutip detikINET dari Guardian, untuk bepergian, mereka harus berdesakan di bus kumuh atau memakai sepeda motor jenis Vespa yang baru bisa dibeli setelah menabung tiga tahun. Kadang tak segan mereka berempat berhimpitan naik vespa tersebut.

Pada umur 12 tahun, keluarga Sundar memasang telepon, benda yang sangat disukainya. Dasar punya otak cemerlang, Sundar dapat mengingat semua nomor telepon yang pernah dihubunginya.

Kumar Sankaralingam, tetangga keluarga itu, mengingat dengan jelas sosok Pichai di masa mudanya. “Dia itu sangat pemalu tapi suka berpendapat tentang apapun,” kata Kumar.

“Aku tak bisa percaya dia menjadi CEO Google. Itu adalah keajaiban bagi dia dan juga bagi kami. Kami sangat bangga padanya,” ia melanjutkan.

“Mereka keluarga yang rendah hati. Ayahnya mendapat sekitar Rp 500 ribu sebulan yang cukup untuk saat itu. Ayahnya adalah teladan bagi Sundar,” sebut Kumar lagi.

Bagaimana cerita Sundar sehingga dari keluarga yang biasa saja itu dapat meroket namanya di dunia teknologi? Jangan lewatkan di artikel berikutnya.(fyk/fyk)

Fino Yurio Kristo –
Sumber: detikInet Rabu, 24 Mei 2017
—————
Dulu Tak Punya TV, Bocah Miskin Itu Kini Punya Duit Triliunan

Kisah Sundar Pichai mengajarkan bahwa apapun mungkin selama seseorang bekerja keras. Lahir dari keluarga biasa di India yang bahkan tak bisa membeli televisi kala dia kecil, Sundar kini berharta triliunan sebagai CEO Google.

Data dari tahun 2015 menyebutkan harta Sundar di kisaran Rp 650 juta atau sekitar Rp 8,6 triliun yang tentu sudah bertambah pada saat ini. Apalagi dia termasuk CEO dengan bayaran tertinggi di dunia.

Bayangkan saja, ia diberi kompensasi hampir USD 200 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun di 2016. Angka tersebut naik dua kali lipat dari jumlah yang ia terima tahun 2015. Dengan demikian, maka per bulannya Sundar mendapat gaji sekitar Rp 220 miliar.

Kehidupan Sundar tampak sempurna. Ia menikah dengan kekasihnya, Anjali dan telah dikaruniai dua orang anak. Dan tinggal di lingkungan elit di Los Altos Hills, California.

Dikenal sangat menghormati orang tuanya sejak kecil, Sundar pun membelikan mereka rumah mewah di India. Namun demikian, sang ayah Regunatha Pichai dan istrinya memilih tetap hidup sederhana dan kadang masih tetap tinggal di apartemen lama mereka.
Jadi CEO Google, Si Bocah Miskin Itu Kini Punya TriliunanSundar bersama ayah ibunya. Foto: istimewa

Ayah dan ibunya itu sempat tinggal bersama Sundar di Amerika tapi cuma selama 6 bulan. Sebelum kembali ke India.

“Ayah dan ibuku memang melakukan banyak pengorbanan untuk memastikan anak-anaknya punya pendidikan yang baik,” kenang Sundar.

Dilihat dari penampilannya, Sundar selalu tampak santai dan tak terlihat kalau hartanya melimpah ruah. Tapi memang seperti itulah umumnya sosok terkenal di jagat teknologi, tak mau direpotkan dengan penampilan. (fyk/rou)

Fino Yurio Kristo –

Sumber: detikInetRabu, 24 Mei 2017
————–
Ini Rahasia yang Mengantar Si Bocah Miskin Jadi CEO Google

Apa rahasia sukses seorang Sundar Pichai sehingga menjadi CEO alias orang nomor satu di perusahaan sebesar Google? Di samping otak cemerlang dan keberuntungan, Sundar ini sepertinya sudah maniak belajar sejak masa kecilnya.

Saat remaja, sang paman bernama S Raman berkisah kalau Sundar mampu mengingat semua nomor telepon yang dihubunginya. Sedangkan di sekolah, Sundar sangat tertarik pada sains tapi lemah di pelajaran seperti sejarah.

“Dia siswa brilian namun tidak suka geografi dan sejarah sehingga tak pernah ranking satu. Selalu di sekitar ranking 4,” kisah Raman yang dikutip detikINET dari The Hindu.

Sundar dikenal pula kutu buku dan jarang bermain di luar karena menghabiskan banyak waktunya untuk belajar dan belajar. Maka temannya pun tidak terlalu banyak

“Tak pernah dia main keluar, selalu saja belajar. Dia kadang ke sekolah memakai becak dan itupun sambil membaca buku terus. Bahkan tak peduli dengan gadis di sampingnya,” kata tetangga Sundar, Kumar Sankaralingam.

Sundar diterima di kampus bergengsi di India, Indian Institute of Technology Kharagpur. Prestasinya sangat baik sehingga menerima beasiswa S2 dari universitas tersohor di Amerika Serikat, Stanford.

Petualangannya di Amerika Serikat berjalan cukup mulus hingga akhirnya diterima di Google pada tahun 2004. Karirnya tak terbendung, hingga akhirnya Sundar ditunjuk menjadi CEO Google pada tahun 2015. Kekayaan dan ketenaran telah diraihnya.

“Kami selalu tahu dia akan menjadi orang besar dan sangat bangga dengan prestasinya. Dia pantas mendapatkannya karena pintar dan selalu bekerja sangat keras,” kata paman Sundar, Vasudeven Pichai. (fyk/fyk)

Fino Yurio Kristo –
Sumber: detikInetRabu, 24 Mei 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB