Uji Coba Penangkaran Tarsius

- Editor

Rabu, 19 Februari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tiga tahun terakhir, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, menguji coba penangkaran satwa endemis tarsius. Hasilnya, populasi tarsius meningkat signifikan. Satwa ini masuk dalam prioritas supaya tidak punah dengan cara penangkaran.

”Dari indikator perjumpaan anak tarsius di sekitar habitatnya, uji coba penangkaran meningkatkan populasi secara signifikan. Sebelumnya, petugas di lapangan sangat jarang menemukan induk tarsius menggendong bayi,” ujar Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu Ahmad Yani, Selasa (18/2), di Palu.

Tarsius adalah primata yang sering disebut monyet terkecil di dunia. Panjangnya 10-15 sentimeter dengan berat rata-rata 80 gram. Makanan tarsius berbagai jenis serangga, terutama belalang. Binatang mungil ini hidup di pohon beringin dan rumpun bambu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ada sembilan jenis tarsius di dunia, dua di antaranya ada di Filipina, sisanya hidup di Indonesia dengan habitat di hutan di Pulau Sulawesi. Di Taman Nasional Lore Lindu, ada dua jenis tarsius paling dikenal, yaitu kera hantu (Tarsius tarsier) dan tarsius kerdil (Tarsius pumilus).

Lokasi uji coba penangkaran (pembinaan habitat) di Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi. Pembinaan habitat dilakukan sejak 2005 dan intensif sejak 2010 melibatkan petugas dari warga setempat.

Ahmad Yani menyampaikan, dalam pembinaan habitat, para petugas mengamati siklus perkawinan dan pola perilaku tarsius. Hal ini diharapkan menambah referensi tentang tarsius sehingga memudahkan penangkaran permanen. ”Satwa ini masuk dalam prioritas untuk dijaga agar tidak punah,” ujarnya.

Raimon, salah seorang petugas lapangan Taman Nasional Lore Lindu, menyatakan, pembinaan habitat membuat tarsius jadi jinak sehingga bisa berinteraksi dengan pengunjung, termasuk untuk penelitian.

Kesadaran masyarakat atas keberadaan tarsius sebagai satwa endemis sudah meningkat. ”Ketika mereka menemukan tarsius di luar taman nasional, mereka kembalikan kepada petugas. Kesadaran ini diharapkan akan terus meningkat,” kata Raimon.

Di Taman Nasional Lore Lindu, satwa langka yang telah masuk dalam penangkaran adalah maleo (Macrocephalon maleo). (VDL)

Sumber: Kompas, 19 Februari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB