UI Mengukuhkan Dua Guru Besar

- Editor

Kamis, 29 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Universitas Indonesia mengukuhkan dua guru besar baru dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Komputer, Rabu (28/8/2019). Dengan ini, guru besar Universitas Indonesia berjumlah 284 orang.

Kedua guru besar tersebut adalah Eko Kuswardono Budiardjo dari Fakultas Ilmu Komputer dan Nasruddin dari Fakultas Teknik. Eko adalah guru besar ke-14 yang dikukuhkan tahun ini dan Nasruddin guru besar ke-15.

Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis mengatakan, hingga kini ada 59 guru besar di Fakultas Teknik dan tujuh di Fakultas Ilmu Komputer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Suasana upacara pengukuhan dua guru besar Universitas Indonesia dilakukan di Depok, Rabu (28/8/2019). Kedua guru besar yang dikukuhkan adalah Eko Kuswardono Budiardjo dari Fakultas Ilmu Komputer dan Nasruddin dari Fakultas Teknik.

”Saya menargetkan ada 300 guru besar (selama masa jabatan saya). Hingga kini masih ada sekitar 40 orang yang ada dalam daftar usulan guru besar UI,” kata Anis saat upacara pengukuhan guru besar di Depok.

Dalam upacara tersebut, Nasruddin membawakan pidato berjudul ”Analisis Exergi sebagai Pendekatan Baru dalam Optimasi Multi-Objektif Sistem Energi: Sebuah Upaya Mencari Solusi secara Multidisiplin”.

Adapun Eko berpidato dengan judul ”Kualitas Proses Rekayasa Perangkat Lunak sebagai Faktor Penentu Keberhasilan Transformasi Digital di Era Revolusi Industri 4.0”.

Nasruddin mengatakan, sektor energi menyumbang gas efek rumah kaca nasional sebesar 60 persen. Sektor energi menjadi kontributor utama perubahan iklim yang terjadi. Padahal, hal ini bisa diminimalkan hingga 14 persen.

Menurut dia, untuk meminimalkan dampak sektor energi, perlu adanya teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi sistem energi. Pada saat yang sama, pengurangan emisi di udara juga perlu dilakukan, salah satunya dengan menangkap karbon dioksida (CO2 capture) melalui proses adsorpsi.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Guru Besar Fakultas Teknik UI Nasruddin, di Depok, Rabu (28/8/2019).

Cara tersebut dinilai sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan pemerintah. Poin SDGs yang dinilai sesuai antara lain konsumsi dan produksi energi yang bertanggung jawab, penggunaan sumber daya alam yang efisien dan berkelanjutan, hingga penanganan perubahan iklim.

Ia menambahkan, perlu pendekatan analisis exergi yang komprehensif untuk menjawab isu energi dari sudut pandang sektor lain, yakni lingkungan dan ekonomi.

”Pada dasarnya, exergi adalah bagian dari konsep Hukum Kedua Termodinamika. Analisis exergi diperlukan sebagai sistem berbasis energi yang hanya akan mengidentifikasi energi yang ditransfer ke lingkungan. Energi itu merupakan ketidakefisienan secara termodinamika, tetapi gagal diidentifikasi. Analisis exergi diperlukan untuk memperbaiki kondisi itu,” tutur Nasruddin.

Rekayasa perangkat lunak
Dalam pidatonya, Eko menjelaskan pentingnya rekayasa perangkat lunak untuk melewati era Revolusi Industri 4.0. Rekayasa yang dimaksud ialah membuat perangkat lunak yang berkualitas. Sebab, perangkat lunak dinilai sebagai roh teknologi digital dan menjadi penentu kinerja perangkat keras.

”Terlebih kita berada di era disruptif. Jika kualitas perangkat lunak tidak diperhatikan, risiko serangan siber dan tidak berfungsinya perangkat lunak akan semakin besar,” ujar Eko.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI–Guru Besar Fakultas Ilmu Komputer UI Eko Kuswardono Budiardjo, di Depok, Rabu (28/8/2019).

Kendati demikian, pembuatan perangkat lunak ini harus disertai pula dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Indonesia ia nilai punya banyak orang yang bertalenta di bidang ini. Pendidikan ilmu komputer dan informatika pun bisa ditempuh secara formal di institusi pendidikan.

Eko menilai, perlu adanya program profesi insinyur perangkat lunak bagi masyarakat. Menurut dia, pembuatan perangkat lunak yang berkualitas harus melibatkan insinyur bersertifikat.

”Perangkat lunak merupakan hasil olah pikir dan karsa manusia. Oleh karena itu, unsur manusia menjadi sentral dalam proses rekayasa perangkat lunak,” kata Eko.–SEKAR GANDHAWANGI

Sumber: Kompas, 28 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB