UI dan IPB University Masuk 100 Besar Kampus Berdampak Sosial dan Ekonomi

- Editor

Jumat, 24 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Instansi pendidikan tinggi berupaya mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs dengan riset dan temuan yang berdampak bagi masyarakat.

KOMPAS/PRIYOMBODO–Proses pengemasan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (18/3/2020).

Universitas Indonesia dinobatkan sebagai perguruan tinggi terbaik ke-47 tingkat dunia yang mampu memberikan dampak luas bagi sosial dan ekonomi bangsa melalui aktivitas penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat. Pemeringkatan itu dilakukan oleh lembaga pemeringkatan perguruan tinggi internasional Times Higher Education yang melibatkan 766 universitas di 85 negara.Dengan pemeringkatan dari lembaga yang sama, IPB University berada di urutan ke-77 tingkat dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Times Higher Education (THE) merilis hasil World University Impact Rangkings 2020 tersebut pada Rabu (22/4/2020) di London, Inggris. World University Impact Ranking merupakan satu-satunya pemeringkatan yang menilai kinerja universitas berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Peringkat Universitas Indonesia naik dibanding survei tahun 2019, yakni di urutan ke-80 dunia. Mengutip laman resmi UI, Kamis (23/4/2020), UI dianggap berhasil memperoleh nilai terbaik di poin-poin tujuan SDGs. Misalnya, tujuan mengakhiri kemiskinan (skor 80,3), memastikan kehidupan sehat dan sejahtera (76,5), memastikan pendidikan inklusif dan berkualitas (82), serta merevitalisasi kemitraan global (94,8).

Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan, pencapaian itu menunjukkan bahwa UI semakin dikenal masyarakat global. Di tengah pandemi Covid-19, UI tetap berkomitmen menghadirkan solusi atas permasalahan yang timbul dari pandemi melalui aktivitas riset dan pengabdian masyarakat. Tenaga pengajar, peneliti, dan mahasiswa berkolaborasi dengan industri, pemerintah, dan masyarakat. Dengan demikian, universitas mampu memberikan dampak terbaik bagi masyarakat.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI—Bulir padi varietas Ciperawan, temuan Darmin, tampak menguning meskipun lebih dari 4 minggu tidak teraliri air di Desa Widasar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (20/9/2019). Padi itu diberi cendawan endofit penicillium dari Ketua Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB Suryo Wiyonosehingga tahan dengan kondisi kekurangan air.

Lima tujuan SDGs
Sementara IPB University memperoleh penilaian terbaik di lima tujuan SDGs sehingga berhasil masuk 50 besar terbaik. Sebagai contoh, di tujuan SDGs mengakhiri kelaparan, IPB University meraih peringkat ke-11 dari 766 universitas. Di tujuan melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan berkelanjutan terhadap ekosistem daratan, pengelolaan hutan berkelanjutan, memerangi penggurunan, degradasi, dan menghambat kehilangan keanekaragaman hayati, IPB University meraih rangking ke-33 dari 766 universitas.

Contoh lain, IPB University berada di peringkat ke-11 dari 766 universitas untuk penilaian tujuan mengakhiri kelaparan. Rektor IPB University Arif Satria mengklaim, IPB University secara konsisten melakukan berbagai inovasi teknologi ataupun sosial, antara lain ayam lokal unggul IPB D1, kentang Jalaipam, dan mengembangkan Sekolah Peternakan Rakyat. Sejumlah produksi pertanian inovatif dapat diperoleh di gerai Serambi Botani yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Rektor IPB University Arif Satria mengatakan, sistem pemeringkatan yang dilakukan THE telah mengakomodasi aspek Tri dharma perguruan tinggi. Pencapaian IPB University meraih peringkat terbaik ke-77 tingkat dunia yang memberikan dampak luas bagi sosial dan ekonomi bangsa mendorong kampus terus menjalankan penelitian yang berdampak.

“Untuk memperkuat kontribusi terhadap pencapaian SDGs, kami telah mengembangkan pusat kajian sains keberlanjutan dan transdisiplin serta SDGs Network sejak tahun 2018,” ujar Arif.

Oleh MEDIANA

Sumber: Kompas, 23 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB