Sivitas akademika diharapkan menumbuhkan budaya inovasi di perguruan tinggi. Lahirnya inovasi-inovasi baru diyakini bisa mendorong Indonesia menjadi negara maju dan berdaya saing.
KOMPAS/IQBAL BASYARI–Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengisi Kuliah Umum dalang rangka Dies Natalies Universitas Airlangga Surabaya ke-65 di Kampus C UNAIR, Surabaya, Jawa Timur, Senin (11/11/2019).
Hal itu diungkapkan Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro saat mengisi Kuliah Umum dalam rangka Dies Natalies Universitas Airlangga Surabaya ke-65 di Kampus C UNAIR, Surabaya, Jawa Timur, Senin (11/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Inovasi bukan hanya sebagai program dan kegiatan, tetapi budaya untuk mencari cara-cara baru dan model baru sebagai solusi bangsa di masa depan,” ujarnya. Inovasi yang diciptakan peneliti diharapkan bisa memaksimalkan potensi dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
Inovasi yang dilahirkan para peneliti diharapkan bisa meningkatkan daya saing Indonesia. Solusi-solusi yang lahir dari riset dan penelitian tersebut diyakini mampu berkontribusi bagi perekonomian Indonesia.
Bambang mencontohkan, Indonesia dan Korea Selatan sempat menjadi salah satu negara termiskin di Asia sekitar 1950. Sekitar 40 tahun berselang, Korea Selatan mampu menjadi salah satu negara dengan penghasilan tinggi, sedangkan Indonesia baru beranjak dari negara berpenghasilan rendah. Bahkan kini, Korea Selatan mampu menjelma menjadi salah satu negara maju yang dapat bersaing dengan negara-negara di Eropa dan Amerika.
“Kesuskesan Korea Selatan karena konsistensi pembangunan ekonomi dengan mengandalkan iptek dan inovasi,” ucapnya.
Menurut Bambang, Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah, namun belum dimanfaatkan dengan maksimal. Akibatnya, Indonesia masih bergantung dari negara lain dalam pemenuhan beberapa sektor.
Di dunia kesehatan misalnya, bahan baku obat sekitar 90 persen masih berasal dari impor. Padahal ada banyak kekayaan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku, seperti yang dilakukan UNAIR dalam inovasi sel punca dan cangkang kapsul dari rumput laut.
“Kami akan terus memfasilitasi supaya produk yang dihasilkan UNAIR ini bisa menjadi produk yang tersertifikasi, mendapatkan izin edar, bisa diproduksi secara luas, dan bermanfaat langsung ke masyarakat,” katanya.
Rektor UNAIR Mohammad Nasih mengatakan, UNAIR menargetkan hingga 2025 ada 25 produk hasil penelitian bisa diproduksi massal. Hingga saat ini, ada dua produk penelitian yang sudah diproduksi massal, yakni sel punca dan cangkang kapsul. Akan ada dua riset lagi yang akan diproduksi tahun ini, yakni teknologi dentolaser dan alergan.
Untuk terus melahirkan riset-riset kontributif, kini UNAIR juga membuka program studi baru. Ada lima program studi di Fakultas Teknik, yakni Robotika dan Kecerdasan Buatan, Rekayasa Sains dan Data, Rekayasa Nano Teknologi, Teknik Elektro, serta Teknik Industri.
Dalam rangka Dies Natalis) ke-65, UNAIR melakukan pemeringkatan daerah-daerah dengan inovasi program pembangunan terbaik. Banyuwangi terpilih sebagai peringkat pertama inovasi daerah terbaik, sehingga dianugerahi penghargaan “Inovasi Daerah Terbaik” dalam Airlangga Performance and Innovation Award.
Penghargaan tersebut diserahkan kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Sedangkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga menerima penghargaan “Alumni Berprestasi” dari universitas kini berada pada posisi 651-700 terbaik dunia bersi QS World University Ranking tersebut.
Bupati Anas mengatakan Airlangga Performance and Innovation Award sebagai pelecut untuk terus berinovasi. Jadi ini bukan semata-mata penghargaan, tapi sebenarnya justru tugas untuk terus berinovasi. “Kreativitas dan inovasi adalah kunci bagi seluruh entitas, baik itu lembaga pendidikan, pemerintah, maupun dunia usaha, agar bisa berdaya saing,” kata Anas.
Rantang kasih
Dalam pengantar Unair untuk Airlangga Performance and Innovation Award kategori “Inovasi Daerah Terbaik”, sejumlah inovasi Banyuwangi yang diapresiasi antara lain Rantang Kasih (pemberian makanan bergizi gratis tiap hari untuk warga miskin lanjut usia), uang saku setiap hari dan tabungan pelajar kurang mampu, hingga pengembangan pariwisata melalui festival seni-budaya.
Anas menambahkan, keberadaan lembaga pendidikan seperti UNAIR yang melakukan pemeringkatan inovasi daerah patut diapresiasi, sebagai wujud evaluasi dari program-program yang dikembangkan berbagai daerah di Tanah Air.
Kadang kata Anas ketika bekerja dan buat satu aplikasi atau program, lalu bikin indikator output-outcome sendiri. Selanjutnya menyebutkan bahwa pekerjaan sudah dilakukan dengan baik. “Dengan kehadiran UNAIR melalui ajang apresiasi seperti ini, bisa memberi acuan ke daerah. Kita di daerah jadi tahu, oh ternyata inovasi harusnya dibuat begini, atau begitu dan seterusnya,” ujar Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI tersebut.
Oleh IQBAL BASYARI
Editor AGNES SWETTA PANDIA
Sumber: Kompas, 11 November 2019