Teknologi, Berkat atau Kutukan?

- Editor

Jumat, 5 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber belajar digital boleh melimpah ruah di internet. Perangkat multimedia begitu akrab dengan kehidupan manusia, terutama berkat kehadiran telepon pintar.

Namun, semua kemudahan itu ternyata tidak menjamin kaum muda untuk mampu berpikir kritis. “Literasi digital belum terbentuk. Generasi sekarang ketika mengakses internet baru pada tahap keterpesonaan pada teknologi. Kebiasaan untuk membuat internet sebagai media guna meningkatkan kapasitas diri belum terjadi,” kata Santi Indra Astuti, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba), Kamis (4/2).

Menurut dia, berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku berinternet remaja di Jawa Barat, kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis mereka masih sulit berkembang meski sumber belajar digital melimpah ruah. Para remaja masih belum mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi untuk membuat mereka menjadi pembelajar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Padahal, secara akses, kini tidak ada lagi hambatan karena Wi-Fi tersedia di banyak tempat,” kata Santi yang juga salah seorang pengurus Yayasan Pengembangan Media dan Anak.

Penelitian dilakukan pada 2015 terhadap remaja SMA di Bandung, Cirebon, Cianjur, dan Purwakarta oleh Asosiasi Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi. Penelitian berawal dari keprihatinan terhadap praktik plagiat yang dilakukan mahasiswa. Saat mengerjakan tugas kuliah, para mahasiswa banyak melakukan copy paste dari internet.

Menurut Santi, Indonesia akan menghadapi defisit sumber daya manusia berkualitas karena generasi mudanya tidak mampu meningkatkan kapasitas diri secara mandiri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Ia mengakui, teknologi memudahkan kaum muda untuk membaca, menulis, dan belajar. Namun, jika kebiasaan itu tidak dibangun sejak dini dari rumah, sekolah, dan masyarakat, mereka tidak bisa memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan diri.

“Sulit mengharapkan generasi muda untuk bisa meningkatkan kapasitas dirinya sebagai pembelajar melalui pemanfaatan teknologi,” tutur Santi.(ELN)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Teknologi, Berkat atau Kutukan?”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB