Suhu Terpanas Melampaui 39 Derajat Celcius

- Editor

Rabu, 23 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suhu panas melanda wilayah Indonesia sejak tiga hari terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 39,4 derajat celcius di Semarang, Jawa Tengah Selasa (22/10/2019). Suhu Panas masih akan terjadi hingga seminggu ke depan.

Suhu panas melanda wilayah Indonesia sejak tiga hari terakhir dengan suhu tertinggi mencapai 39,4 derajat celcius terekam di Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (22/10/2019). Suhu panas diperkirakan masih akan melanda sejumlah wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu yang mencapai 39,4 derajat celsius tersebut merupakan yang tertinggi dalam satu tahun terakhir. Pada periode Oktober 2018 tercatat suhu maksimum hanya mencapai 37 derajat celcius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Sejumlah warga menggunakan payung saat beraktivitas luar ruang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, karena cuaca yang terik, Senin (21/10/2019). Suhunya mencapai 36 derajat celcius. Menurut BMKG, terik ini terjadi karena radiasi dari Matahari sedang cukup tinggi ditambah dengan tutupan awan yang sedang minimal.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono R Prabowo, di Jakarta, mengatakan, fenomena suhu panas ini dipicu oleh gerak semu matahari yang berada di atas wilayah Indonesia, selain karena minimnya awan. Hingga seminggu ke depan, posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer masih cukup kering.

Sejak September matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember. “Pada Oktober, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” kata dia.

Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak sehingga meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

“Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara,” tambah Mulyono.

Hingga seminggu kedepan, kata Mulyono, suhu panas diperkirakan masih akan melanda wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering. Potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari sangat kecil pertumbuhannya.

Stasiun-stasiun meteorologi BMKG yang berada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara rata-rata mencatat suhu udara maksimum berkisar 35 – 39,4 derajat celcius pada periode 19 – 22 Oktober 2019.

Pada tanggal 19 – 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celcius.

Sedangkan pada 21 Oktober, suhu terpanas sebesar 39 derajat celcius terekam di Stasiun Meteorologi Ciputat, Tangerang Selatan. Suhu terpanas berikutnya tercatat di Stasiun Meterologi Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat 38,4 derajat celcius, dan Stasiun Klimatologi Budiarto, Curug, Tangerang 38,4 derajat celcius.

–Suhu maksimum di Indonesia pada 21-22 Oktober 2019. Sumber: BMKG

Pada tanggal 22 Oktober, rekor terpanas tercatat di Semarang, yaitu 39,4 derajat celcius. Suhu ini rata-rata lebih panas dibandingkan suhu terpanas pada bulan Oktober di Semarang pada tahun-tahun sebelumnya.

Misalnya, pada 18 Oktober 2002 terekam suhu terpanas mencapai 38,5 derajat celcius. Pada 1972 suhu terpanas terekam pada 13 Oktober mencapai 38,7 derajat. Suhu di Semarang kali ini hanya sedikit lebih rendah dibandingkan suhu maksimal pada Oktober 2015 yang mencapai 39,5 derajat celcius.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, suhu panas tinggi tidak hanya melanda Jawa dan Sulawesi, tetapi juga berpotensi melanda Bali dan Nusa Tenggara. ”Dibandingkan suhu rata-rata harian pada musim kemarau, saat ini ada kenaikan suhu 1-2 derajat celcius,” ujarnya.

”Dengan adanya suhu panas tinggi tersebut, masyarakat harus waspada terutama saat beraktivitas di luar ruangan, misalnya dengan mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari dan minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi,” tuturnya.

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS–Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab menunjukkan kondisi suhu maksimum harian Indonesia di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Di wilayah Jawa dan Sulawesi, suhunya menembus 38-39 derajat celcius.

Antisipasi kebakaran
Fachri mengatakan, suhu panas tinggi juga akan membuat ketersediaan air tanah berkurang hingga menyebabkan kekeringan. Dalam kondisi kekeringan, suhu panas tinggi, dan udara kering, maka hutan dan lahan pun akan sangat mudah terbakar.

”Kebakaran hutan dan lahan harus diantisipasi. Masyarakat hendaknya mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla,” katanya.

Di Jawa Timur, menurut Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan, terjadi kebakaran hutan dan lahan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen (Banyuwangi dan Bondowoso), Gunung Arjuno (Kabupaten Malang), Gunung Kawi (Kabupaten Malang dan Blitar), Gunung Semeru (Kabupaten Malang), dan Gunung Ranti (Jember).

”Saat ini semua tengah dilakukan penanganan oleh pasukan gabungan di masing-masing lokasi. Sudah dilakukan juga SMS Blast untuk meningkatkan kewaspadaan pada daerah-daerah tersebut,” kata Raffles.

KOMPAS/ANGGER PUTRANTO–Api membakar lereng Gunung Merapi Ungup-Ungup yang merupakan kawasan cagar alam di Banyuwangi, Senin (21/10/2019). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi belum berencana menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan.

Tren jangka panjang
Sekalipun peristiwa suhu panas di Indonesia ini merupakan siklus lazim di musim kemarau, namun tren global dengan rentang waktu pendataan yang panjang menunjukkan peningkatan suhu rata-rata maupun suhu maksimal harian. Tren jangka panjang ini diduga terkait pemanasan global.

Kepala Subbidang Peringatan Dini Iklim BMKG Supari mengatakan, dari penelitian tentang tren suhu di Indonesia dalam kurun 1981-2012, ditemukan ada kenaikan suhu maksimum atau suhu tertinggi harian secara signifikan. “Kenaikan suhu maksimal ini sebesar 0,18 derajat celcius per 10 tahun,” kata dia.

Sementara itu, suhu minimum atau suhu malam hari secara jangka panjang, menurut Supari juga naik dengan tren 0,30 derajat celcius per sepuluh tahun. “Kenaikan suhu minimum atau suhu terendah harian rata-rata lebih tinggi trennya dibanding suhu maksimum atau suhu terpanas harian,” kata Supari.

Data global juga menunjukkan, suhu Bumi terus memanas. Misalnya, beradasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dikeluarkan pekan lalu menunjukkan, bulan September 2019 merupakan yang paling panas di Amerika Utara sejak pencatatan dimulai 140 tahun yang lalu.

Bukan hanya September yang mengalami panas yang tidak biasa. Suhu di seluruh Amerika Utara rata-rata lebih panas 1,7 derajat celcius dibandingkan abad ke-20. Sedangkan secara keseluruhan, suhu rata-rata di belahan Bumi Utara 1,3 derajat celcius lebih panas dibandingkan rata-rata abad ke-20.

“Amerika Selatan, Afrika, Asia, Teluk Meksiko dan wilayah Hawaii memiliki rekor tiga bulan terhangat pada bulan September,” tulis laporan NOAA, yang dirilis pekan lalu. Di seluruh dunia, suhu rata-rata daratan dan permukaan laut sepanjang September juga lebih panas 0,95 derajat celcius daripada rata-rata abad ke-20.

Oleh AHMAD ARIF / JUMARTO YULIANUS

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 22 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB