Skenario Angkat Hiu Paus Dikaji

- Editor

Selasa, 10 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Upaya evakuasi ikan hiu paus (Rhincodon typus) yang terjebak di kanal pintu air Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, jadi prioritas. Tim menyatakan tidak mudah mengevakuasi ikan seberat 2-6 ton itu.


Saat ini, tujuh sukarelawan Universitas Brawijaya sedang membuat skenario pengangkatan satwa dilindungi itu. Tim dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB mengkaji teknis pengangkatan ikan menggunakan alat berat dan jaring.

”Kami fokus mengangkat ikan itu dulu. Berikutnya, mengangkut lalu menempatkan di tempat sesuai habitatnya. Semua berupaya menyelamatkan, meski ada kesulitan dan batasan yang menghalangi,” kata Sukandar, dosen program studi Pemanfaatan Sumber Daya Perairan FPIK UB, Senin (9/2), di Malang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hiu paus itu panjangnya 6 meter dengan berat 2-6 ton. Ikan dengan habitat lautan tropis itu dilaporkan terjebak di kanal unit 7 dan 8 PLTU sejak 2 Februari. Lokasinya 800-1.000 meter dari Laut Jawa. Kedalaman kanal 5-10 meter, dan 30-35 meter di ujung kanal ada mesin penyedot air (blower) PLTU.

Kesulitan tim evakuasi paus hiu, menurut Sukandar, antara lain berpacu dengan waktu sebelum hiu paus kelelahan dan mati, lalu kendala arus air masuk ke PLTU Paiton yang cukup deras (kecepatan 3 knot), keberadaan blower yang tidak boleh mati (mengancam listrik Jawa-Bali), hanya ada satu sisi kanal yang bisa dipakai untuk evakuasi, kendala berat tubuh ikan yang harus disesuaikan kekuatan jaring dan arus air, serta tak semua orang bisa masuk ke lokasi evakuasi.

”Semua itu tak mudah diatasi. Butuh perhitungan cermat dan perencanaan matang agar keselamatan ikan terjaga dan operasional PLTU tetap berjalan baik,” ujar Sukandar.

Skenario paling masuk akal yang dibahas tim UB adalah mengangkat ikan menggunakan jaring berbahan kuralon atau polipropilena dengan luas jaring 25 meter x 40 meter dengan mata jaring selebar 30-40 cm. Bahan itu dinilai lembut sehingga tak melukai tubuh ikan, namun kuat menahan berat dan arus air.

Jaring akan digerakkan menggunakan dua alat berat. Satu sisi jaring ditebar hingga dasar, dan saat ikan masuk jaring, jaring ditarik membentuk kantong.

”Rabu (11/2), tim akan kembali rapat teknis evakuasi yang bisa dilakukan. Semua berusaha agar hiu paus itu dievakuasi secepat mungkin,” kata Dedy Isfandi, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo.

Indonesia menetapkan hiu paus sebagai satwa dilindungi tahun 2013 dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. (DIA)

Sumber: Kompas, 10 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 4 Juli 2025 - 17:25 WIB

Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB