Simbol Teknologi Tinggi Itu Kembali Menggeliat

- Editor

Kamis, 3 November 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

INDUSTRI produk kedirgantaraan kebanggaan bangsa,  PT Dirgantara Indonesia (PT DI) saat ini sudah memasuki tahun ke 36.Langkah sejarah perusahaan strategis ini mengalami fase yang membanggakan sekaligus mengharukan pada saat memulai produksi pesawat komersial N250 turboprop berkapasitas 50-70 penumpang dan mengembangkan jet N2130 berkapasitas 100-130 penumpang.  Pada saat yang sama, ’’ultimatum’’ IMF pada saat krisis finansial (tahun 1998) memaksa industri kedirgantaraan kita bertekuk lutut pada donatur berwajah kapitalis.

Sekadar catatan, pesawat penumpang N250, yang dijuluki Gatot Kaca, terbang perdana pada 10 Agustus 1995, dan tanggal ini dijadikan sebagai Hari Teknologi Nasional.
Cerita pendirian Nurtanio diawali dengan kedatangan BJ Habibie bersama 17 insinyur dari Jerman dengan restu Dirut Pertamina dan panggilan pulang Presiden Soeharto tahun 1975 untuk bekerja di ATP (Advance Technology Pertamina).  Sementara itu, di Bandung sudah ada Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio.  Atas restu Pak Harto, Habibie diperkenankan membuat industri pesawat terbang berskala internasional, lalu ATP dan Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio digabung dan diresmikan 23 Agustus 1976.
Dalam langkah perjalanannya, Nurtanio kemudian berganti baju menjadi PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) tahun 1986, kemudian ganti baju lagi menjadi PT DI (Dirgantara Indonesia) tahun 2000.

Pada saat ganti baju yang terakhir itu, perseroan ini sedang mengalami goncangan hebat sebagai akibat ultimatum IMF tadi. Tidak ada kucuran dana segar dari pemerintah. Lalu tahun 2003 PT DI melakukan PHK massal kepada ribuan karyawannya.  Tercatat waktu itu ada 16 ribu karyawan dikurangi menjadi  hanya 4000 karyawan saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebangkitan

Tanggal 4 Oktober 2011 adalah penanda kebangkitan yang signifikan bagi sebuah industri teknologi tinggi PT DI, karena sahabat lamanya, CASA Spanyol, melalui bendera Airbus Military yang dimiliki European Aeronautic Defense and Space (EADS) melakukan ’’pernikahan kembali’’ dengan memproduksi bersama pembuatan pesawat angkut militer NC 295.
’’Pernikahan pertama’’ adalah kerja sama dalam memproduksi CN235. Kerja sama dengan Airbus Military ini akan memproduksi minimal sembilan pesawat angkut militer berkapasitas 71 pasukan atau 49 penerjun payung. Diproduksi secara paralel, enam di antaranya dibuat di pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo Spanyol, dan tiga unit lagi diproduksi di Bandung.

Sangat terbuka kemungkinan PT DI memproduksi lebih banyak NC295 untuk pasar Asia Pasifik.
Pesawat NC295 merupakan pengembangan dari CN235, punya kesanggupan membawa beban 9,2 ton sehingga masuk kategori medium military lift, badannya diperpanjang 3 meter, sementara sayapnya tetap sama dan diperkuat dengan mesin PW127G turboprop buatan Pratt &Withney. Kekuatannya satu setengah kali CN235.

Data CASA menunjukkan, NC295 lebih irit bahan bakar dan perawatan dan sanggup terbang dengan daya jelajah 5.300 km dengan kapasitas bahan bakar 4,5 ton.

Kemhan memesan sembilan unit pesawat jenis ini untuk memperkuat skuadron angkut sedang dalam mobilitas rotasi pasukan dan penanggulangan bencana alam.

Pesanan Kemhan ini membuat PT DI menggeliat dan bergairah, setelah sebelumnya tanggal 26 Mei 2011 melalui program penyertaan modal negara (PMN) dengan persetujuan Komisi VI DPR, perusahaan ini digelontor dana konversi sebesar Rp 3,8 triliun untuk memperbaiki posisi neraca keuangan.  Rincian PMN itu adalah 1,42 triliun untuk konversi utang dan 2,38 triliun untuk penyertaan modal sementara.

Suntikan dana ini mampu menyegarkan wajah permodalan perseroan dari sebelumnya defisit 707 miliar rupiah menjadi plus 617 miliar.
Bulan Mei 2011, PT DI berhasil melakukan pengiriman pesawat produksinya CN235 jenis angkut militer VIP ke Senegal dengan nilai kontrak 13 juta dolar AS. Pesawat ini merupakan modifikasi dari CN 235 milik Merpati. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan mengubahnya menjadi tipe pesawat militer, menganti mesin untuk menambah daya angkut dan penambahan sistem auto pilot TCAS.
Ini adalah ekspor pertama sejak tahun 2008, di mana selama itu PT DI tidak mampu melakukan ekspor pesawat produksinya meskipun yang diekspor itu pesawat second yang diperbarui.

Setelah ekspor ke Senegal, PT DI juga kembali mengirimkan dua CN235 tipe patroli maritim yang dipesan angkatan laut Korea Selatan.  Korea Selatan memesan empat unit CN 235 patroli maritim yang dilengkapi dengan alat pendeteksi kapal, migrasi ikan, polusi tumpahan minyak dengan nilai kontrak  94 juta dolar AS. Semuanya akan diselesaikan tahun ini.
Khusus dengan Korsel, PT DI ke depan diprediksi akan mendapat tambahan order CN 235 atau NC295 dalam jumlah banyak sehubungan dengan adanya kerja sama pertahanan yang erat antara RI dan Korsel.  RI banyak memesan alutsista dari Korsel, antara lain 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle, pengadaan 3 kapal selam kelas Changbogo, upgrade dua kapal selam dan lain-lain.
Selama ini, negeri ginseng itu sudah mengunakan 15 unit pesawat CN 235 buatan PT DI untuk keperluan operasi militernya. (Jagarin Pane – 24)

—————-

Kebanjiran Order

PT DI saat ini sedang disibukkan dengan penyelesaian berbagai order alutsista udara untuk TNI, yaitu pembuatan tiga pesawat CN235 patroli maritim untuk TNI AL dan penyelesaian helikopter NAS-332 Super Puma untuk TNI AU.  TNI AU juga memesan 1 unit CN235 MPA untuk skuadron intainya. Tak ketinggalan, TNI AD sebagai pelanggan tetap PT DI memesan delapan unit helikopter jenis Bell 412 EP tipe serbu dan 8 unit dari tipe angkut, kemudian helikopter jenis Fennec AS-550  sebanyak 8 unit.

Masih banyak paket-paket alutsista yang diorder oleh TNI, misalnya pembuatan SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk kapal selam TNI AL dan paket simulator terjun payung untuk TNI AD.  Dari semua rangkaian order itu, diprediksi sampai tahun 2014, PT DI akan mendapat peluang pendapatan sebesar Rp 9,23 triliun, sebuah angka yang mampu memberikan nilai geliat bagi industri kedirgantaraan dalam negeri.

Ini semua tidak terlepas dari kebijakan pemerintah bersama DPR dalam program pengadaan alutsista TNI yang menggelontorkan dana 100 triliun rupiah dengan opsi tambahan 50 triliun selama periode 2010-2014, dengan menggandeng industri strategis pertahanan dalam negeri.  Selain PT DI, PAL dan Pindad juga mendapat order luar biasa dalam pengadaan alutsista TNI.

PAL mendapat order pembuatan puluhan kapal cepat rudal, kapal landing ship tank, kapal LPD, integrasi sistem tempur KRI dan kerja sama pembuatan kapal selam dengan Korsel.
Pindad mendapat pesanan ribuan senjata SS2, ribuan roket R-Han, ratusan panser Anoa, kerja sama produksi panser Canon Tarantula dengan Korsel  dan Panser FNSS dengan Turki.
Untuk diketahui, selama 36 tahun masa kehadirannya, PT DI telah memproduksi lebih dari 300 pesawat terbang dan helikopter berbagai jenis, seperti NC-212, CN235, NBO105, NBELL 412, NAS332.  Juga mampu memproduksi 60 ribu unit roket dan 160 unit torpedo, 13 ribu unit komponen pesawat terbang F16, Boeing, dan Airbus.
Sejalan dengan itu, PT DI mampu melakukan penguasaan teknologi pabrikasi CASA, Boeing Company, Fokker dan Bell Helicopter, termasuk product support, maintenance dan overhaul. Dalam jaminan kualitas, sudah diakui oleh General Dynamic dengan persyaratan US Military Specification MIL-1-45208A, Bae, Lockhead, Boeing Company, Daimler Benz Aerospace dan DGAC.

Geliat gairah PT DI sebagai simbol teknologi tinggi yang dimiliki republik ini merupakan momentum kebangkitan kembali industri kerdigantaraan kita.  Apalagi saat ini sudah ada kerja sama pengembangan proyek jet tempur KFX/IFX bersama Korsel, di mana  Indonesia mendapat bagian 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan PT DI akan menjadi produsen dan pemasar jet tempur dengan kualitas di atas F16 mulai tahun 2020.
Simbol teknologi tinggi bangsa ini kembali bersinar terang, membanggakan dan memberi harapan pada generasi penerus bangsa. (Jagarin Pane -24)

Sumber : Suara Merdeka, 18 Oktober 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB