Serangan Panik

- Editor

Sabtu, 11 Juni 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang pembaca menanyakan kepada saya mengenai kondisi rekannya, seorang wanita muda, di kantornya yang menurut psikolog mengalami panic attack dan menjadi sangat takut mati. Benarkah gejala serangan panik serupa dengan serangan jantung, begitu salah satu pertanyaannya.

Edmund J Bourne, PhD (2010) mengartikan serangan panik sebagai suatu sentakan mendadak dari peningkatan keadaan fisiologis seseorang yang dapat terjadi secara tidak disangka-sangka atau sebagai respons menghadapi (atau hanya berpikir tentang) situasi fobia.

Gejala-gejala fisik yang terjadi dapat berupa meningkatnya debaran jantung, ketegangan di dada atau memendeknya napas, sensasi tersedak atau tercekik, pusing, berkeringat, gemetar, dan atau kesemutan di area tangan dan kaki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Reaksi psikologis yang sering menyertai perubahan tubuh ini termasuk berbagai perasaan tak nyata, keinginan kuat untuk melarikan diri, dan ketakutan akan menjadi gila, mati, atau melakukan sesuatu secara tidak terkendali.

Siapa pun yang pernah mengalami serangan panik paham bahwa hal ini merupakan kondisi tidak nyaman yang paling intens yang dialami manusia. Serangan panik pertama dapat berdampak traumatis, meninggalkan rasa ketakutan dan tak berdaya, dengan kecemasan antisipatif yang kuat tentang kemungkinan kekambuhan kembali gejala tersebut. Pada beberapa kasus, serangan panik memang tidak muncul kembali, tetapi pada kasus lainnya dapat terulang lagi. Mengapa hal ini terjadi secara berbeda pada tiap individu masih belum dipahami sepenuhnya oleh para peneliti di bidang ini.

Reaksi ketubuhan alami
Sebuah serangan panik bisa menjadi pengalaman yang sangat menakutkan dan tidak nyaman, tetapi sesungguhnya hal ini benar-benar tidak berbahaya. Anda mungkin akan terkejut mengetahui bahwa panik merupakan suatu reaksi ketubuhan alami sepenuhnya yang hanya terjadi di luar konteks. Hal ini terkait dengan reaksi melarikan diri atau melawan (fight-or-flight reaction), suatu respons instingtual pada semua mamalia (tidak hanya manusia) untuk secara fisiologis mempersiapkan diri untuk melawan atau melarikan diri ketika kelangsungan hidup mereka terancam. Reaksi spontan ini diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup spesies dalam situasi yang mengancam jiwa. Hal ini berfungsi untuk melindungi hidup dengan menginformasikan dan memobilisasi dorongan/impuls Anda agar lari dari bahaya.

d8016c76c5cb421ca3ad30dcf30fceddDalam serangan panik yang spontan, tubuh Anda berlaku sama persis dengan reaksi melarikan diri secara fisiologis ketika terjadi suatu situasi yang benar-benar mengancam jiwa. Serangan panik yang membangunkan Anda di malam hari atau terjadi tanpa disangka-sangka secara fisiologis tidak berbeda dengan respons Anda terhadap pengalaman ketika mobil Anda mogok di atas rel kereta api atau ketika Anda terbangun karena mendengar ada perampok akan memasuki rumah Anda.

Begitu Anda merasakan salah satu bahaya di atas, Anda akan menggandakan intensitas rasa takut Anda. Ketakutan yang intens ini membuat reaksi tubuh Anda bahkan lebih buruk, yang pada gilirannya menghasilkan rasa takut yang lebih banyak lagi, dan Anda terjebak dalam alur spiral ke atas bukit panik. Spiral ke atas ini dapat dihindari jika Anda memahami bahwa hal yang terjadi/dilalui oleh tubuh Anda tidaklah berbahaya. Semua bahaya di atas adalah ilusi, produk dari imajinasi Anda ketika Anda menjalani reaksi intens yang merupakan panik.

Fakta serangan panik
Lebih lanjut Edmund J Bourne dalam bukunya, The Anxiety & Phobia Workbook (2010), menguraikan berbagai fakta untuk menangkal mitos-mitos mengenai serangan panik.

*Serangan panik tidak dapat menyebabkan gagal jantung atau serangan jantung.
Selama serangan panik, jantung Anda mungkin meningkat debarannya dan beberapa kali kehilangan atau berlebihan denyutnya. Beberapa orang bahkan melaporkan adanya nyeri dada yang terjadi sebentar di bagian kiri atas dada. Hanya tak satu pun dari gejala ini diperburuk oleh meningkatnya gerakan atau aktivitas fisik yang dilakukan.

Sementara pada kondisi serangan jantung yang sesungguhnya gejala yang paling umum adalah rasa sakit dan rasa tertekan secara terus-menerus, bahkan ada sensasi seperti remuk di tengah dada. Meningkatnya debaran jantung dapat terjadi, tetapi merupakan hal yang sekunder untuk rasa sakit. Selain itu, rasa sakit dan tertekan akan memburuk apabila individu beraktivitas dan mungkin agak berkurang dengan beristirahat. Ini sangat berbeda dari serangan panik, yaitu peningkatan debaran mungkin lebih buruk jika Anda berdiam diri dan akan berkurang jika Anda bergerak atau berjalan. Dapat dipastikan bahwa serangan panik tidak berbahaya bagi jantung Anda.

*Serangan panik tidak akan menyebabkan Anda berhenti bernapas atau tercekik.

Dalam kondisi stres, otot-otot leher dan dada akan menegang dan mengurangi kapasitas pernapasan Anda. Yakinlah bahwa tidak ada yang salah dengan saluran pernapasan atau paru-paru dan bahwa sensasi tegang akan berakhir. Otak Anda memiliki mekanisme refleks yang memang sudah tersedia, yang pada akhirnya akan memaksa Anda untuk bernapas jika Anda tidak mendapatkan pasokan oksigen yang mencukupi.

*Serangan panik tidak menyebabkan Anda pingsan.

Karena jantung Anda memompa lebih keras dan benar-benar meningkatkan sirkulasi darah, Anda sangat tidak mungkin menjadi pingsan. Hal yang dapat membantu adalah pada kesempatan pertama Anda perlu sedikit bergerak atau berjalan-jalan di sekitar. Biarkan perasaan agak pusing muncul dan mereda, tanpa perlu melawan perasaan tersebut.

*Anda tidak menjadi ”gila” selama serangan panik.

Jika Anda merasakan sensasi disorientasi dan perasaan tidak nyata, ingatkan diri sendiri bahwa hal ini hanya disebabkan adanya sedikit penurunan yang bersifat sementara dari sirkulasi arteri di otak Anda dan tidak ada hubungannya dengan menjadi gila, tidak peduli betapa anehnya mungkin perasaan Anda saat ini.

*Serangan panik tidak menyebabkan Anda kehilangan kontrol diri.

Langkah pertama dalam belajar mengatasi reaksi panik adalah dengan mengakui bahwa hal ini tidak berbahaya. Karena reaksi tubuh yang menyertai panik terasa begitu kuat, mudah untuk membayangkan hal tersebut akan menjadi berbahaya. Reaksi fisiologis yang mendasari panik adalah alamiah dan bersifat protektif. Kenyataannya, tubuh Anda dirancang untuk panik sehingga Anda dapat dengan cepat bermobilisasi agar melarikan diri dari situasi yang benar-benar mengancam kelangsungan hidup Anda.

Semoga informasi ini membantu untuk menenangkan mereka yang mengalaminya.

AGUSTINE DWIPUTRI
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juni 2016, di halaman 25 dengan judul “Serangan Panik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Rabu, 23 Maret 2022 - 08:48 WIB

Gelar Sarjana

Minggu, 13 Maret 2022 - 17:24 WIB

Gelombang Radio

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB