Sastra Kembali Bergairah di Media Sosial

- Editor

Sabtu, 21 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di tengah kehidupan sastra di media koran yang cenderung stagnan, kini sastra digital kembali bergejolak di media sosial, terutama di blog atau mikroblog. Kini muncul satu gaya baru dalam bersajak yang dinamakan ”sonian”, merujuk pada kreatornya, penyair asal Bandung, Soni Farid Maulana.


Sonian adalah puisi sepanjang empat baris berpola 6-5-4-3 suku kata pelarik. Makin ke bawah, penyair makin sulit mencari kata karena pilihan kata makin sedikit. Ini membuat puisi dalam bentuk ini tidak pecah, melainkan kian fokus pada ekspresi pengalaman batin.

Salah satu sonian karya Soni, misalnya berjudul ”Sumur Tanpa Dasar” (mirip lakon karya sutradara Arifin C Noer): ”lumpur kata-kata/ lenyap cahaya/ di hati./ Kau/ meraung”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Jika diibaratkan mata panah yang terbalik, jelas sudah bahwa kian ke bawah kian runcing,” kata Soni, yang pertama kali memublikasikan sonian melalui akun Facebook-nya pada 20 Januari 2015. Sehari kemudian, dia membuat grup sonian di Facebook. Ternyata banyak orang menyambutnya, seperti penyair Ewith Bahar dan Farick Ziat, Redaktur Fiksi Majalah Gadis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ’sastra adalah ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan, kemudian direka dan disusun dengan bahasa indah sebagai sarananya sehingga mencapai estetika tinggi’. Nia Samsihono, penyair dari Pusat Bahasa Jakarta, menggarisbawahi, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada estetika saja.

Ewith Bahar juga menulis di dinding Facebook-nya, ”Ada genre puisi baru di Indonesia, sonian. Ini kabar girang karena sudah berbilang puluh tahun para penyair kita menulis syair dengan mengikuti puisi-puisi yang sudah ada selama ini.”

HaikuKu
Pada saat hampir bersamaan, muncul grup haikuKu di Facebook, dengan administrator antara lain Hikmat Gumelar dan Yusef Muldiyana. Haiku adalah puisi pendek dengan format 5-7-5 suku kata pelarik sebagaimana dibuat Masaoka Shiki dari Jepang. Haiku merupakan revisi akhir pada abad ke-19 dari jenis puisi hokku yang lebih tua.

Meski berasal dari Jepang, haiku sudah menjadi milik dunia, dan siapa pun berhak menulis. Haiku menggunakan kigo sebagai penanda musim (seperti salju, angin, pagi, batu, awan, rumput) dan kireji sebagai unsur penyempurna dalam penulisan. Salah satu haikuKu karangan Diro Aritonang, yang juga pengelola grup ini, misalnya: ”Otaknya minus/ Kelakuannya rakus/ Ya…./ politikus!”.

”Anggota haikuKu sudah lebih dari 9.000 orang, mulai pengamen, pengusaha, siswa sekolah, dokter,” kata Hikmat.

Menurut pengajar Sastra Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Aprinus Salam, gairah bersastra di media sosial ini belum mengarah kepada satu genre tertentu khas dunia maya. (IVV)

Sumber: Kompas, 21 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB