Reaktor Plasma Cegah Pencemaran Udara

- Editor

Sabtu, 21 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan reaktor plasma yang dipasang pada insinerator, instalasi pembakaran sampah. Dengan metode itu, gas hasil pembakaran sampah diurai sehingga tidak mencemari udara. Namun, teknologi itu tetap harus disertai perbaikan pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir.

“Lebih dari 90 persen dioksin hilang menggunakan insinerator plasma,” kata peneliti Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anto Tri Sugiarto dalam Diskusi Publik “LIPI Kembangkan Teknologi Bersih Pengolah Sampah dengan Insinerator Plasma”, Jumat (20/11) di Jakarta.

Dioksin salah satu senyawa pencemar dari pembakaran plastik yang bisa meningkatkan risiko kanker serta mengacaukan hormon. Jika terhirup, dioksin terakumulasi dalam tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selama ini, sejumlah kalangan menolak insinerator karena bisa memperburuk pencemaran udara. Kompas (1/9/2014) menulis, Indonesia Toxic Free Network menginformasikan, insinerator memerlukan pemanasan minimal 1.000 derajat celsius. Jika kurang dari itu, sisa pembakaran sampah lebih berbahaya bagi manusia. Sebanyak 80 persen dilepaskan mengemisi udara, sisanya jadi abu, abu terbang, hingga limbah cair berbahaya.

Anto mengatakan, teknologi reaktor plasma muncul sebagai solusi mencegah terbentuknya dioksin dari pembakaran sampah di insinerator. Teknologi itu muncul di Jepang tahun 1990-an. Plasma berarti gas terionisasi dari pemanasan gas.

Reaktor plasma berupa cerobong setinggi 150 meter. Di dalam reaktor plasma terdapat elektroda-elektroda berbahan baja tahan karat. Gas-gas dari insinerator masuk reaktor plasma, lalu terionisasi dengan pemanasan sekitar 1.000 derajat celsius.

TPS Sampah Kota-500x500Dengan cara itu, gas-gas berbahaya terurai dalam bentuk yang tak mencemari udara sehingga tak berisiko kesehatan. Selain menghilangkan dioksin, reaktor plasma juga menguraikan gas-gas beracun, seperti Nox, Sox, furan, bahkan logam berat semacam merkuri.

Anto menuturkan, LIPI sudah menguji coba di Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Sunter dengan memasang insinerator mini buatan LIPI yang dilengkapi reaktor plasma. Hasil uji emisi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta dan PT Unilab Perdana, besaran emisi dari cerobong insinerator plasma memenuhi standar baku mutu di Indonesia, kecuali dioksin, karena Indonesia belum membuat standar pengukuran emisi dioksin.

Peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Rahardjo Binudi mengatakan, insinerasi membuat padatan dari sampah tinggal 10 persen berupa abu. “Dengan pengolahan lebih lanjut, abu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, batako, atau untuk reklamasi daratan,” ujarnya.

Meski demikian, Rahardjo menekankan teknologi pembakaran sampah pilihan terakhir setelah pengelolaan sampah berjalan. (JOG)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 November 2015, di halaman 14 dengan judul “Reaktor Plasma Cegah Pencemaran Udara”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 16 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB