Qatar Membangun dari Pengetahuan

- Editor

Rabu, 20 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ambisi mengubah kekuatan ekonomi dari berbasis minyak dan sumber daya alam menjadi berbasis ilmu pengetahuan membuat Qatar ambisius mengembangkan pusat-pusat unggulan pendidikan, penelitian, dan inovasi. Investasi diarahkan tidak lagi sebatas pada korporasi, tetapi juga ke lembaga-lembaga pendidikan.

20191119_115521_1574174138-720x405KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Sebagian dari kompleks Kota Pendidikan Qatar (QEC) di Al Rayyan, Selasa (19/11/2019). QEC memiliki 40 gedung yang terdiri dari delapan universitas cabang dari Amerika Serikat dan Eropa, satu perguruan tinggi lokal, dan berbagai lembaga litbang serta inovasi yang bertujuan mengalihkan ekonomi Qatar dari berbasis sumber daya alam ke berbasis ilmu pengetahuan.

Hal itu menjadi landasan pembangunan Kota Pendidikan Qatar (QEC) di Al Rayyan, sekitar 20 menit mengendarai mobil dari Doha, ibu kota negara tersebut, pada 1995. Hingga kini, wilayah seluas 14 kilometer persegi tersebut merupakan proyek yang terus berkembang menambah fasilitas pendidikan, litbang, dan inovasinya yang terbuka kepada masyarakat global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Memang terdapat banyak tantangan untuk mengubah persepsi investor agar mau menanam modal ke sektor pendidikan. Saat ini, Pemerintah Qatar melalui Yayasan Qatar (QF) membiayai semua pembangunan, termasuk memberikan berbagai beasiswa kepada mahasiswa internasional yang berkuliah di QEC,” kata Manajer Humas QF Khalifa Al Qubaisi di Al Rayyan, Selasa (19/11/2019).

20191119_120418_1574174353-720x405KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Sebagian dari kompleks Kota Pendidikan Qatar (QEC) di Al Rayyan, Selasa (19/11/2019). QEC memiliki 40 gedung yang terdiri dari delapan universitas cabang dari Amerika Serikat dan Eropa, satu perguruan tinggi lokal, dan berbagai lembaga litbang serta inovasi yang bertujuan mengalihkan ekonomi Qatar dari berbasis sumber daya alam ke berbasis ilmu pengetahuan.

Ia menjelaskan, metode yang dipilih ialah mendekatkan, bahkan menyatukan fasilitas pendidikan dengan litbang agar sedari dini terjadi kolaborasi dan inovasi. Untuk mendongkrak pendidikan tinggi di Qatar, QF mengundang berbagai perguruan tinggi dari Amerika Serikat dan Eropa untuk membangun kampus di QEC. Sistemnya adalah setiap perguruan tinggi membangun satu fakultas.

Ada enam perguruan tinggi AS yang membuka kampus di QEC, yaitu Universitas Virginia Commonwealth untuk fakultas desain dan seni; Weill Cornwell Medicine untuk kedokteran; Texas A and M untuk teknik; Carnegie Mellon untuk bisnis, administrasi, dan ilmu komputer; Georgetown untuk ilmu politik; serta Northwestern untuk jurusan jurnalisme dan komunikasi. Dari Perancis ada Hautes études commerciales de Paris untuk pascasarjana bisnis dan manajemen, sementara dari Inggris ada University College London untuk pascasarjana ilmu kepustakaan dan informatika.

”Dari Qatar ada Universitas Hamad bin Khalifa yang dibangun pada tahun 2010 untuk mendalami bidang digitalisasi dan keamanan siber,” tutur Al Qubaisi.

Sistem perkuliahannya ialah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi boleh mengambil mata kuliah lintas perguruan tinggi yang nilainya kemudian dimatrikulasi. Mereka juga bisa berkolaborasi melakukan litbang ataupun menciptakan inovasi. Salah satu pengabdian masyarakat yang telah dilakukan ialah di bawah Universitas Texas A&M yang mengembangkan panel tenaga surya sebagai sumber listrik di berbagai gedung di Al Rayyan dan Doha.

20191119_135351_1574174435-720x405KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Michael McDonough, dosen di Universitas Northwestern Qatar, menunjukkan laboratorium penyiaran milik kampus tersebut pada Selasa (19/11/2019). Perguruan tinggi yang merupakan cabang dari Universitas Northwestern di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, ini terletak di kota Al Rayyan di dalam kompleks Kota Pendidikan Qatar (QEC).

Mahal
Meskipun begitu, pendidikan di QEC ini masih tergolong sangat mahal dan belum bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Dekan Universitas Northwestern Qatar Everette Dennis mengungkapkan, perguruan tinggi itu membuka cabang di QEC pada 2008. Saat ini ada 330 mahasiswa yang aktif kuliah dan kampus itu sudah meluluskan dua angkatan.

”Biaya kuliahnya berkisar 57.000 dollar AS hingga 60.000 dollar AS (berkisar Rp 800 juta-Rp 845 juta) per tahun. Memang ada beberapa mahasiswa yang mendapat beasiswa penuh dari QF, tetapi mayoritas berasal dari keluarga yang mampu menyekolahkan anak dengan biaya itu,” ujarnya.

Para mahasiswa terdiri dari 47 persen warga Qatar dan sisanya dari 51 negara. Menurut data QEC, di kompleks itu terdapat mahasiswa, peneliti, dan profesional dari 100 negara.

Dennis berpendapat, pembiayaan itu merupakan investasi untuk membangun tidak hanya infrastruktur, tetapi juga layanan dan sistem perkuliahan yang baik. Harapannya, dengan berjalannya waktu dan semakin meningkatnya minat warga Qatar ataupun mahasiswa mancanegara berkuliah di QEC, pendidikan yang bisa diakses oleh semua bisa tercapai.

Sementara itu, Direktur QF untuk Pendidikan Pra Universitas Buthaina Ali Al Nuaimi mengatakan, tugas sekolah dari pendidikan anak usia dini hingga SMA ialah membangun kesadaran untuk melakukan personalisasi pemelajaran yang diterapkan secara intensif di 12 sekolah di bawah QF. Terdapat 6.000 siswa yang tersebar di berbagai jenjang pendidikan dini, dasar, dan menengah.

Tugas QF selain membangun sistem pemelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat siswa, juga mengajak mereka ketika hendak kuliah agar mempertimbangkan di dalam negeri dulu dengan standar pendidikan internasional dibandingkan dengan langsung ke luar negeri.

Oleh LARASWATI ARIADNE ANWAR DARI AL RAYYAN, QATAR

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 19 November 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Berita Terbaru