Publikasi Penelitian Rendah

- Editor

Kamis, 9 Desember 2010

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah publikasi hasil penelitian Indonesia pada 1996-2008 lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia yang selama ini kurang dikenal kehidupan akademiknya. Penelitian SCImago menempatkan Indonesia pada posisi ke-64 dari 234 negara yang disurvei.

Jumlah publikasi Indonesia pada rentang 12 tahun itu mencapai 9.194 dokumen. Publikasi ilmiah Indonesia kalah dibandingkan Arab Saudi, Pakistan, dan Banglades, masing-masing menduduki urutan ke-49, 50, dan 63.

Negara penghasil publikasi ilmiah terbanyak adalah Amerika Serikat dengan 4,3 juta dokumen. Jepang menjadi negara Asia dengan jumlah publikasi terbanyak dan menduduki urutan ketiga dunia dengan 1,2 juta dokumen.

Di Asia Tenggara, jumlah publikasi penelitian Indonesia kalah dibandingkan Singapura (peringkat ke-31), Thailand (42), dan Malaysia (48). Pada 2002, publikasi penelitian ketiga negara tersebut mengalami lonjakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, publikasi penelitian Indonesia justru mengalami stagnasi hingga kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Djoko Santoso, dalam Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Teknologi 2010 di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Tangerang Selatan, Rabu (8/12), mengatakan, penelitian pertanian dan kesehatan merupakan bidang yang paling banyak diteliti.

”Indonesia seharusnya bisa berperan lebih besar dalam penelitian kedua bidang itu karena sifat penelitiannya bisa sangat lokal, sesuai kondisi Indonesia,” katanya.

Potensi tinggi

Potensi peneliti Indonesia cukup tinggi. Jumlah peneliti perguruan tinggi berpendidikan magister mencapai 71.489 orang, sedangkan yang berkualifikasi doktor sebanyak 13.033 orang. Jumlah guru besar di seluruh perguruan tinggi pada 2010 diproyeksikan mencapai 4.500 orang.

Menurut Djoko, budaya riset untuk memperbarui pengetahuan dan meningkatkan kompetensi dosen masih sangat lemah. ”Selain mengajar, tugas dosen itu meneliti,” katanya.

Secara terpisah, Guru Besar Institut Teknologi Bandung Edy Tri Baskoro mengatakan, kebijakan pemerintah harus lebih berani agar bisa mendongkrak kontribusi Indonesia dalam penelitian global. Untuk mendorong dosen giat meneliti, mereka perlu diberi kebebasan dan pengakuan atas hasil penelitiannya.

Pengakuan bukan hanya berupa penghargaan hasil penelitian, melainkan juga dalam proses penelitian. Proyek penelitian multitahun yang dikembangkan lembaga-lembaga penelitian juga perlu didukung pemerintah.

”Saya iri dengan Pakistan (negara yang miskin). Perhatiannya dalam pengembangan matematika dan sains sangat luar biasa. Akses elektronik ke berbagai jurnal tersedia di hampir semua perguruan tinggi besar,” ungkapnya.

Kemdiknas, menurut Djoko, berencana menjadikan 88 perguruan tinggi negeri di Indonesia sebagai pusat unggulan yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Untuk meningkatkan akses terhadap sumber-sumber informasi ilmiah, akan dibuat pangkalan data perguruan tinggi yang bisa digunakan secara bersama-sama. (ELN/NAW/MZW)

Sumber: Kompas, Kamis, 9 Desember 2010 | 04:37 WIB

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB