Riset Didorong agar Menghasilkan Inovasi

- Editor

Jumat, 4 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan riset didorong agar dapat melahirkan inovasi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Namun, hal itu sulit dicapai di Indonesia karena terbatasnya jumlah peneliti dan dana riset.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain menyatakan hal itu saat rapat kerja LIPI bertema “Menuju Etos Kerja Profesional dan Tata Kelola Efektif untuk Peningkatan Kerja LIPI”, Rabu (2/3), di Jakarta.

Selain berkontribusi ilmiah, pengembangan riset di dunia juga harus menawarkan perubahan. Misalnya, pembuktian teori gelombang gravitasi yang dipelopori Albert Einstein sekitar 100 tahun silam. “Ujung dari riset ialah inovasi yang berguna bagi kemajuan bangsa,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Data Scimago on Research 2014 mencatat, Indonesia ada di posisi ke-52 dari 229 negara di dunia untuk kategori jumlah publikasi riset. Kini, publikasi riset Indonesia 5.499 judul, kalah dibandingkan Malaysia yang ada di peringkat ke-23 dengan 25.330 publikasi riset dan Singapura dengan 17.198 publikasi riset.

Rendahnya riset yang dilakukan Indonesia disebabkan, antara lain, kurangnya jumlah peneliti. Kini baru ada 9.200 peneliti di Indonesia. “Rasio peneliti per jumlah penduduk amat rendah, kurang dari 40 peneliti per satu juta penduduk,” ujarnya.

Hal itu jauh jika dibandingkan dengan negara lain. Malaysia memiliki rasio 1.600 peneliti per sejuta penduduk, Tiongkok dengan rasio 1.020, dan India dengan rasio 160. “Jumlah peneliti mencerminkan tingkat kemajuan iptek suatu bangsa,” ucapnya.

Untuk itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menyatakan, regulasi riset dibenahi, termasuk sistem pendanaan riset berbasis aktivitas menjadi berbasis hasil. Peneliti tak lagi disibukkan administrasi keuangan saat riset. “Tabel biaya akan sesuai penelitian, seperti riset nasional atau internasional,” ucapnya.

Selain itu, moratorium pegawai negeri sipil yang dilakukan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bisa berdampak pada penambahan jumlah peneliti. “Kami berusaha agar moratorium itu tak berlaku untuk perekrutan peneliti,” ujarnya. (C08)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Riset Didorong agar Menghasilkan Inovasi”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB