Praktik Pendidikan Kelautan Lemah

- Editor

Rabu, 10 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional
Praktik pendidikan kelautan di Indonesia, meski disebut sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, masih sangat lemah. Para peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional Ke-13 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, memiliki keingintahuan tinggi terhadap pendidikan kelautan, di antaranya mengenal biota laut.

”Semuanya menarik. Saya ingin tahu kehidupan yang nyata di laut Wakatobi,” kata Fadil Fahreza Sani, siswa kelas VIII SMP Al Azhar Kembangan, Jakarta Barat, Selasa (9/9), di Wakatobi.

Fadil mengemukakan hal itu setelah mengikuti pemaparan biota kelautan oleh Soeharsono dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Soeharsono menjelaskan dari berbagai jenis biota tumbuh-tumbuhan laut, seperti ganggang laut yang sering disebut rumput laut untuk bahan makanan, sampai jenis hewan laut yang sangat beragam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Ini Conus textile, keong yang memiliki cangkang paling mahal untuk dikoleksi para kolektor keong. Kalau menemukan ini di Wakatobi, jangan diambil atau dimasukkan ke saku celana karena kalau masih hidup jenis keong ini memiliki racun yang langsung mematikan manusia sekalipun,” kata Soeharsono.

Lamun atau rumput laut, lanjut Soeharsono, meski banyak terdapat di sekitar pantai Wakatobi dan mengandung klorofil tinggi, tetap tak bisa dikonsumsi manusia atau hewan ternak sekalipun. Alat pencernaan manusia dan hewan ternak tidak akan mampu mencerna rumput laut. Hanya mamalia duyung (Dugong dugon) yang mengonsumsi lamun ini, tetapi populasi duyung di Wakatobi sangat langka.

Rasa keingintahuan para peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (PIRN) terhadap biota laut secara nyata di Wakatobi juga diungkapkan para siswa lainnya. ”Saya malah baru sadar ternyata keanekaragaman hewan laut banyak sekali,” kata Zulwafiah (17), siswa SMA Negeri 5 Makassar, Sulawesi Selatan.

”Saya ingin melihat langsung karang yang masih hidup di laut Wakatobi,” kata Nada Fa’adilah (16) dari SMA Islam Sinar Cendekia, Tangerang Selatan, Banten.

PIRN hari kedua, kemarin, sudah menyelesaikan pemberian materi pendidikan kelautan di kelas. Pada hari ketiga, Rabu ini, sebanyak 450 peserta PIRN—siswa SMP dan SMA dari 30 provinsi—akan melihat praktik pendidikan kelautan secara langsung, di antaranya melihat dan mengidentifikasi biota laut di beberapa pantai di Wakatobi.

Instruktur Tri Nuke Pudjiastuti dari Pusat Penelitian Politik LIPI, kemarin, melibatkan kelompok guru pendamping PIRN untuk meneliti masalah sosial di Perkampungan Bajo, Desa Mola Selatan, Kecamatan Wangi-wangi Selatan. Di antaranya untuk meninjau praktik budidaya karamba untuk jenis lobster oleh masyarakat suku Bajo yang kebanyakan tinggal di rumah panggung di atas air laut. (NAW)

Sumber: Kompas, 10 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB