Populasi Orang Rimba Kian Terancam

- Editor

Jumat, 12 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Angka Hepatitis B dan Malaria Sangat Tinggi
Orang Rimba di Provinsi Jambi menghadapi ancaman kepunahan. Selain penyempitan dan kerusakan hutan yang menjadi ruang hidup mereka, Orang Rimba menghadapi infeksi penyakit menular, khususnya hepatitis dan malaria, pada tingkat amat mengkhawatirkan.

Penelitian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menemukan, pada Orang Rimba di Bukit Dua Belas, prevalensi hepatitis B mencapai 33,9 persen dan malaria 24,6 persen. “Prevalensi hepatitis B dan malaria pada Orang Rimba disebut hiperendemis,” kata Deputi Direktur Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo saat memaparkan hasil riset mereka di kantor Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Jambi, Rabu (10/2).

Pengambilan sampel dilakukan pada 583 Orang Rimba dari total populasi mereka yang mencapai 3.640 orang. Survei dilakukan pertengahan Desember 2015, meliputi 12 komunitas di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Sarolangon (300 orang), Kabupaten Tebo (113 orang), dan Kabupaten Batanghari (170 orang).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika tak segera ada tindakan secara komprehensif, hal itu dikhawatirkan memunahkan populasi mereka,” kata Kepala Unit Malaria Eijkman Syafruddin. Dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, prevalensi malaria pada Orang Rimba termasuk tinggi. Situasi malaria Orang Rimba kini seperti di Papua 20 tahun lalu.

Menurut Syafruddin, merujuk Annual Parasite Incidence (API), rata-rata malaria di Indonesia pada 2013 sekitar 1,38 kasus per 1.000 orang, sedangkan di Jambi 0,8 kasus per 1.000 orang. Padahal, prevalensi malaria Orang Rimba, menurut riset Eijkman, 24 kasus per 100 orang atau 240 kasus per 1.000 orang.

Prevalensi hepatitis B pada Orang Rimba, menurut peneliti Unit Hepatitis Eijkman, Meta Dewi Thedja, juga amat tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, proporsi hepatitis B di Indonesia 21,8 persen, sedangkan di Jambi hanya 9,3 persen. “Angka prevalensi hepatitis di populasi yang mencapai 8 persen saja dikategorikan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebagai endemis tinggi,” ujarnya.

Infeksi kronis hepatitis B bisa memicu sirosis dan karsinoma di organ hati. Bahkan, WHO mencatat, 20 persen kanker hati karena hepatitis. Dibandingkan dengan kanker lain, kanker hati menjadi penyebab kematian nomor dua (745.000 orang per tahun) setelah kanker paru (menewaskan 1,59 juta orang per tahun).

Akses kesehatan minim
Pemaparan hasil riset itu dihadiri para tumenggung (kepala rombong atau komunitas) Orang Rimba dari Bukit Dua Belas dan pejabat Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Riset itu adalah hasil kerja sama Eijkman dengan Warsi untuk memetakan kesehatan Orang Rimba setelah sebelumnya terjadi kematian beruntun pada komunitas masyarakat adat itu.

ae5a6426269c4419acafdec848fad532Pemimpin Orang Rimba di wilayah Makekal Hilir, Gentar, berharap, hasil riset itu mendorong pemerintah untuk rutin memberi pengobatan. “Belum pernah ada petugas puskesmas datang ke Orang Rimba,” ujarnya.

Sementara itu, pemimpin kelompok Orang Rimba di wilayah Kedundung Muda, Tumenggung Nggrip, menyesalkan bencana penyakit yang dialami masyarakatnya. Hepatitis dan malaria hanya sebagian jenis penyakit yang banyak dialami warganya dan belum mendapat perhatian pemerintah. Banyak warga lain meninggal karena penyakit lain.

Menurut catatan Kompas, infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia menjadi penyebab utama kematian Orang Rimba yang terekam medis pada 2015. Mayoritas besar pasien usia di bawah 10 tahun. Kematian akibat hepatitis belum banyak terekam.

Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Dian Augustina Rozy menyatakan akan mengkaji intervensi untuk mengatasi kesehatan Orang Rimba. “Besok (Rabu) semua dinas kesehatan tiga kabupaten terkait membahas langkah yang akan dilakukan,” ujarnya.

Pihaknya belum meneliti penyakit yang merebak di komunitas Orang Rimba. Saat kematian beruntun 14 Orang Rimba di perbatasan Kabupaten Batanghari-Sarolangun tahun lalu, belum ada kajian penyebabnya.(AIK/ITA)
———-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Populasi Orang Rimba Kian Terancam”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB