Efek Samping Obat Malaria pada Orang Rimba Diteliti

- Editor

Selasa, 15 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mulai menganalisis sampel genetika Orang Rimba di Jambi. Dalam sepekan ke depan bisa diketahui ada tidaknya infeksi malaria dan hepatitis, selain kecocokan dan efek samping obat.

“Hasil survei genetika Orang Rimba seminggu terakhir terbilang sukses, terutama jika melihat akses dan komunikasinya yang tidak mudah. Melalui bantuan Warsi, dari target awal 600 sampel, berhasil dikumpulkan 590 sampel individu,” kata Wuryantari Setiadi, peneliti genetika dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Senin (14/12), di Jakarta.

Sampel darah individu itu diambil dari tujuh kelompok Orang Rimba di Bukitduabelas. Jumlah ini, menurut data Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, sekitar sepertiga dari total Orang Rimba di Bukitduabelas yang berjumlah 1.657 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Puji Budi Setia, peneliti dari Unit Malaria dan Resistensi Vektor Eijkman, menyebutkan, dari hasil uji cepat di lapangan tidak terdeteksi adanya parasit malaria dari sampel darah Orang Rimba. “Namun, hasil analisis lebih rinci di laboratorium biasanya memberikan hasil berbeda. Hasilnya kemungkinan bisa diketahui seminggu mendatang,” ujarnya.

Wuryantari menambahkan, analisis juga dilakukan untuk memeriksa defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) pada Orang Rimba. Pemeriksaan itu penting dilakukan terkait pengobatan malaria dengan primakuin, yakni obat radikal untuk mengeliminasi Plasmodium vivax dan mencegah transmisi Plasmodium falciparum. Namun, obat itu bersifat amat oksidatif dan berbahaya jika dikonsumsi individu dengan defisiensi G6PD.

Pemberian primakuin bisa membahayakan. Hal itu karena enzim G6PD berperan penting melindungi sel darah merah terhadap tekanan oksidatif. “Apabila penderita defisiensi G6PD terpapar zat oksidatif, hal itu dapat menyebabkan sel darah merah mudah pecah (hemolisis) dan berakibat anemia,” ujarnya.

Asal-usul
Selain untuk memeriksa penyakit infeksi dalam darah, sampel genetika Orang Rimba juga akan melengkapi data struktur populasi manusia Indonesia. “Selama ini, asal-usul Orang Rimba tidak banyak diketahui. Kenapa masih tinggal di hutan dengan tradisi berburu dan meramu,” kata Deputi Direktur Bidang Penelitian Fundamental Eijkman Herawati Sudoyo.

“Penelitian ini diharapkan bisa memberi titik terang, terutama siapa Orang Rimba ini,” kata Herawati.

Sejauh ini, penelitian tentang genetika manusia Indonesia dilakukan Eijkman sejak 1996. Populasi yang sudah diteliti adalah sebagian besar etnis di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara. Sementara di Maluku, penelitian baru dilakukan di Pulau Tanimbar dan Kepulauan Kei. Riset berikutnya kemungkinan akan dilakukan di Pulau Aru dan Pulau Seram.

Saat ini, penelitian tentang genetika masyarakat Indonesia sudah mencapai sekitar 60 persen. Dari penelitian itu telah ditemukan beberapa unsur genetika masyarakat Indonesia secara makro, termasuk pola migrasinya pada masa lalu dan pembauran antar-etnis. Selain itu, ditemukan pula pola kerentanan dan daya tahan sebagian populasi terhadap penyakit tertentu. (AIK)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Desember 2015, di halaman 13 dengan judul “Efek Samping Obat Malaria Diteliti”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB