AKHIR bulan Mei lalu muncul kabar mengejutkan dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari 31 ilmuwan dari 14 negara, termasuk Amerika Serikat. Menurut WHO, radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat karsinogenik, yaitu pemicu kanker.
Terlebih dengan munculnya berbagai pendapat yang kontroversial tentang efeknya terhadap kesehatan, dalam hal ini berkaitan dengan kuatnya pancaran gelombang radio dan letak penggunaan ponsel yang menempel pada kepala. Kontroversi tentang efek ponsel terhadap kesehatan, dapat ditunjukkan dengan beberapa hasil penelitian berikut.
Hasil Penelitian
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebuah penelitian di Finlandia membuktikan, radiasi elektromagnetik pada penggunaan ponsel selama satu jam, mempengaruhi produksi protein pada sel. Meskipun hal ini tidak harus membahayakan kesehatan jika terjadi pada sel-sel tubuh pada umumnya, tetapi tidak demikian jika terjadi pada sel-sel otak, karena dapat berakibat fatal.
Sebuah laporan hasil penelitian dari Swedia (European Journal of Cancer Prevention, Agustus 2002), penggunaan ponsel analog (misalnya AMP) lebih rentan bagi timbulnya kanker otak dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan sama sekali. Semakin lama menggunakan, semakin besar risiko terkena kanker otak.
Sementara itu, ICNIRP (International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection) dan FCC (Federal Communications Commission), menyatakan bahwa ponsel aman, meskipun juga mewajibkan produsen untuk mencantumkan tingkat pajanan radiasi SAR (Specific Absorption Rate) pada buku manualnya. Meskipun emisi telepon selular sangat kecil, apabila berada di dekat kepala selama beberapa menit, dapat menaikkan suhu sel-sel di dekat otak sekitar 0,1 derajat C.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Lund, Swedia, menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat mempengaruhi fungsi enzim dan protein. Penelitian pada tikus percobaan menunjukkan adanya perubahan protein albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak.
Ahli lain, Leif Salford, seorang peneliti dampak pemakaian ponsel terhadap kesehatan yang pendapatnya banyak dikutip, mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari ponsel dapat memicu timbulnya penyakit alzheimer atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya.
Walaupun belum terbukti secara langsung bahwa penggunaan ponsel adalah penyebab utama timbulnya penyakit alzheimer, tetapi menurut Salford, akibat yang mungkin ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja, tetapi harus secara cermat diteliti.
Berbagai hasil penelitian telah membuktikan adanya dua penyebab. Pertama, electromagnetic compatibility (EMC). Emisi energi dari telepon selular misalnya, memang mengganggu peralatan elektronik seperti alat pacu jantung dan alat bantu pendengaran.
Di samping itu, interferensi pada pemancar adalah hal yang umum terjadi, biasa mengganggu peralatan elektronik yang bersifat penerima seperti amplifier (penguat audio), radio, TV. Teknologi mutakhir memang memberi perhatian pada bagian penyaringan pemancar maupun penerima, supaya gelombang yang tidak perlu dibuang, sehingga tidak menyebabkan radiasi. Sampai saat ini pun interferensi tetap ada meskipun dalam tingkat radiasi yang kecil.
Kedua, gangguan datang dari electromagnetic radiation (EMR), yang diduga menimbulkan kanker. Dalam teknologi digital, sinyal modulasi amplitudo yang digunakan besarnya 100 persen. Sinyal ini salah satu yang dituduh mengganggu.
Radiasi Elektromagnetik
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun fungsi jarak harus pula diperhitungkan. Apabila jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel harus diperhitungkan pula.
Hal ini karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Artinya, semakin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan semakin besar radiasi yang diterima.
Demikian pula, waktu berbicara atau kontak dengan ponsel, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati.
Pengamatan lebih jauh mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia, ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia yang berada pada sekitar instalasi radar.
Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama. Kalau intensitas radiasi elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi, sehingga dapat menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia. Akibat lebih lanjut, berpengaruh terhadap kerja susunan saraf, kelenjar dan hormon.
Mengurangi Pajanan
Meskipun ada pernyataan WHO bahwa ponsel dapat memicu kanker otak, kita tidak perlu cemas dan khawatir. Ada beberapa kiat untuk mengurangi kmungkinan buruk tersebut.
Kiat mengurangi pajanan radiasi elektromagnetik ponsel pada prinsipnya terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan, yaitu (1) Waktu,, dengan meminimalkan waktu pajanan, (2) Jarak, dengan memaksimalkan jarak dari sumber radiasi, serta (3) Memasang penahan radiasi yang sesuai dengan jenis radiasi.
Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain (Anies, 2009) sebagai berikut.
• Sedapat mungkin jauhkan ponsel dari kepala. Kekuatan gelombang elektromagnetik akan berkurang secara drastis dengan bertambahnya jarak.
• Jangan menggunakan ponsel kalau tidak perlu sekali.
• Persingkat percakapan, jangan menunggu sampai telinga terasa panas.
• Manfaatkan pesan singkat (SMS). Penggunaan SMS sangat dianjurkan, sejauh pesan telah terwakili dengan SMS, tanpa harus berbicara secara langsung
• Pergunakan headset atau handsfree seefektif mungkin.
• Minumlah susu, karena susu mengandung asam amino tryptophan yang merangsang pengeluaran melatonin. Hal ini dapat mengurangi keluhan akibat radiasi elektromagnetik.(11)
– Prof Dr dokter Anies, MKes, PKK, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakultas Kedokteran Undip.
Sumber: Suara Merdeka, 9 Juni 2011