Pohon langkap (Arenga obtusifolia) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, mengancam ketersediaan pakan satwa endemik Ujung Kulon, badak jawa (Rhinoceros sondaicus). Keberadaan pohon itu sangat invasif sehingga pertumbuhan tanaman lain terhambat.
impinan Proyek Ujung Kulon WWF Indonesia Elisabeth Purastuti, di Pandeglang, Banten, Jumat (9/5), mengatakan, persebaran langkap setidaknya 60 persen dari luas daratan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Taman nasional itu terdiri dari daratan seluas 78.619 hektar dan perairan seluas 44.337 hektar.
Di daerah Cidaon, misalnya, langkap mudah ditemui. Banyak langkap setinggi lebih dari 20 meter. Sementara di sekitar pohon sejenis palem-paleman itu tidak terlihat tanaman lain tumbuh. Langkap juga kian banyak karena persebaran musang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Elisabeth, pihaknya belum mengetahui peningkatan persentase luas wilayah TNUK yang ditumbuhi langkap. Pemetaan dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat persebarannya. Hasil pemetaan diharapkan diketahui akhir Juni 2014.
”Dari pengamatan, tampak persebaran langkap memang kian luas. Di beberapa daerah di TNUK yang dulu tak ditemukan langkap sekarang ada,” ujarnya.
Staf Monitoring Badak pada Proyek Ujung Kulon WWF Indonesia Ridwan Setiawan mengatakan, langkap menghambat pertumbuhan tanaman lain karena punya daya alelopati. ”Kemampuan itu membuat tanaman lain tak dapat hidup di sekitar langkap. Diduga ada zat yang dikeluarkan langkap,” katanya.
Akan tetapi, zat itu tidak berpengaruh pada langkap lain. Akibatnya, persebaran tanaman lain yang daunnya dikonsumsi badak jawa, seperti kawao, kililin, dan bangban, terkendala. Antisipasi dilakukan dengan eradikasi.
”Langkap dipotong secara terkendali. Penanganan dilakukan terhadap langkap yang buahnya belum matang. Kami juga melakukan pembersihan lahan dan pengawasan,” ujarnya.
Penanggung Jawab Unit Pemantau Badak dan Unit Kesehatan Badak pada Balai TNUK Muhiban mengatakan, jumlah badak jawa tahun 2013 ada 58 ekor. Jumlah itu tak banyak berubah. Tahun 2003, jumlahnya 44 ekor dan pada 2008 ada 58 ekor.
Muhiban mengatakan, ancaman kurang pakan karena invasi langkap sangat besar. Badak merupakan pemakan daun. ”Mereka makan pucuk atau daun muda. Selain itu, badak mengonsumsi buah-buahan dan liana (tumbuhan merambat),” ucapnya.
Terdapat 253 jenis tanaman yang menjadi pakan badak. Jumlah itu terdiri atas 73 famili. Selain langkap, ancaman ketersediaan pakan meningkat karena badak dan banteng menghuni ruang yang sama. (BAY)
Sumber: Kompas, 12 Mei 2014