Pinang Unipa; Jenis Baru yang Terancam

- Editor

Senin, 6 Januari 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TANAMAN pinang ini belum lama ditemukan di daerah Kepala Burung Papua. Namun, keberadaannya langsung dikategorikan flora terancam punah. Habitatnya menjadi areal konsesi pertambangan batubara dan perkebunan kelapa sawit.

Pinang yang oleh penemunya, Prof Charlie Danny Heatubun, dinamakan pinang unipa (Areca unipa) itu didapat saat menjadi peneliti kehormatan dan profesor tamu di Royal Botanic Gardens, Kew, di Inggris. Dinamakan unipa untuk menghormati Universitas Negeri Papua (Unipa) di Manokwari, Papua Barat.

Temuan baru ini diterbitkan di jurnal Phytotaxa yang ditulis Heatubun bersama rekan di Fakultas Kehutanan Unipa, Marthinus P Iwanggin dan Victor I Simbiak. Ini memperkaya keluarga pinang Areca yang umum di Papua, Areca catechu.

e4562cfd251a457282ad1108b6cf858eDi Papua, terutama di pesisir, buah pinang benda amat penting. Mengunyah buah pinang dicampur bubuk kapur dan buah sirih adalah bagian hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Khasiat buah pinang sudah dikenal. Kajian ilmiah 3 September 2013 di Sciencedaily, ilmuwan University of Michigan’s Life Sciences Institute and Medical School di AS menunjukkan pemberian zat arecoline atau cairan alkaloid buah pinang bisa membalikkan penurunan kemampuan motorik cacing. Potensi ini bisa diaplikasikan pada mamalia.

Menurut Heatubun, sejak eksplorasi botani di Niugini dan Palms of New Guinea Project dimulai tahun 2000-an, ditemukan 50 spesies baru di Pulau Papua. ”Pinang unipa temuan jenis baru saya ke-25,” katanya.

Total jenis pinang dari marga (genus) Areca di dunia ada 42 jenis, Indonesia 14 jenis, dan Tanah Papua 3 jenis. Jenis suku (family) palem-paleman (Arecaceae) di dunia 2.800 jenis, Indonesia 750 jenis, dan Tanah Papua 300 jenis.
Sangat unik

Jenis pinang baru A unipa ini sangat unik: endemik Kepala Burung Papua. Tak ada di tempat lain! Lokasi penemuan di Desa Ayata, Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. Masyarakat setempat menyebutnya srah owei knu.

Pinang unipa jenis pinang liar atau palem hutan pertama yang ditemukan di hutan berbahan induk tanah batubara. Lokasi hidupnya di radius 10 kilometer persegi. Populasinya sangat rendah, kurang dari 250 pohon dewasa. Pada satu plot 10 hektar hanya dijumpai dua tanaman pinang unipa dewasa.

”Pembukaan lahan untuk tambang batubara dan perkebunan sawit ditambah panen tradisional bisa menurunkan populasi,” kata Heatubun. Bentuk pinang unipa potensial jadi tanaman hias. Ukurannya lebih kecil dibandingkan pinang lain.

Meski terancam, terlihat belum akan ditindaklanjuti. ”Kami belum dapat laporan dari kabupaten,” kata Jacob Manusawai, Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Barat. (Oleh: ich-ICH)

Sumber: Kompas, 6 Januari 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB