Perusahaan Kereta Cepat Diwacanakan

- Editor

Rabu, 19 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengunjung mengamati miniatur kereta api cepat yang dipamerkan Perusahaan China Railway Corporation di Atrium Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8). Kereta cepat yang dipamerkan tersebut memiliki kecepatan 320 km/jam. 

Kompas/Totok Wijayanto (TOK)
13-08-2015

Pengunjung mengamati miniatur kereta api cepat yang dipamerkan Perusahaan China Railway Corporation di Atrium Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8). Kereta cepat yang dipamerkan tersebut memiliki kecepatan 320 km/jam. Kompas/Totok Wijayanto (TOK) 13-08-2015

Pemerintah mewacanakan membuat perusahaan untuk mengelola kereta cepat. Pemerintah akan merealisasikan perusahaan itu jika sudah ada keputusan atas proposal proyek kereta cepat Tiongkok dan Jepang.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyatakan hal itu setelah membuka Pameran Kereta Cepat Tiongkok, di Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8). Kegiatan yang digelar 13-16 Agustus 2015 itu dihadiri Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xie Feng.

Rini mengatakan, Tiongkok mengusulkan ada kerja sama pengelolaan kereta cepat dengan BUMN. Namun, selama ini, belum ada BUMN yang berhubungan dengan kereta cepat. Oleh karena itu, ada wacana membuat perusahaan baru dengan cara patungan sejumlah BUMN terkait.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terkait pameran kereta cepat Tiongkok, lanjut Rini, pameran itu dapat memberikan gambaran kereta cepat Tiongkok, baik jenis maupun kualitas, kepada masyarakat. Hal itu dapat membantu pemerintah untuk menilai apakah kereta cepat asal Tiongkok layak dan cocok sebagai kereta cepat Indonesia.

Dalam pidato pembukaan pameran, Xie Feng menyatakan, Pemerintah Tiongkok menawarkan bentuk kerja sama pengelolaan yang saling menguntungkan. Perlu adanya perusahaan bersama Tiongkok dengan BUMN Indonesia. “Porsi kepemilikan saham tetap pada Indonesia, yaitu 60 persen dan Tiongkok 40 persen. Kami juga bersedia mentransfer teknologi, menggunakan konten lokal, dan merekrut sumber daya manusia Indonesia,” katanya.

Pengunjung mengamati miniatur kereta api cepat yang dipamerkan Perusahaan China Railway Corporation di Atrium Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8). Kereta cepat yang dipamerkan tersebut memiliki kecepatan 320 km/jam. Kompas/Totok Wijayanto (TOK) 13-08-2015
Pengunjung mengamati miniatur kereta api cepat yang dipamerkan Perusahaan China Railway Corporation di Atrium Senayan City, Jakarta, Kamis (13/8). Kereta cepat yang dipamerkan tersebut memiliki kecepatan 320 km/jam.
Kompas/Totok Wijayanto (TOK)
13-08-2015

Pemerintah Tiongkok, lanjut Xie Feng, juga menjanjikan Indonesia menjadi basis produksi kereta cepat Tiongkok untuk dipasarkan ke negara-negara Asia Tenggara. Ia berharap Pemerintah Indonesia menyetujui proposal dari Tiongkok tersebut bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI.

Sementara itu, dari Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), dilaporkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memulai pembangunan stasiun kereta api Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis. Stasiun yang dibangun dengan dana Rp 8,4 miliar itu merupakan bagian dari integrasi pelayanan transportasi udara dengan kereta api yang akan menghubungkan Kota Padang dengan Bandara Internasional Minangkabau.
Direktur Prasarana Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Popik Montanasyah pada acara pencanangan pembangunan stasiun kereta api Bandara Internasional Minangkabau mengatakan, proyek itu ditargetkan selesai akhir 2015.

Belum dibutuhkan
Pengajar Pascasarjana Universitas Indonesia sekaligus mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim seusai peluncuran Policy Brief Strategi Riset Pengembangan Poros Dunia oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis, menilai, salah satu rencana proyek pemerintah yang belum terlalu dibutuhkan adalah kereta cepat Jakarta-Bandung.

Emil mengatakan, pembangunan di Indonesia bagian barat sudah terlalu tinggi dan menimbulkan ketimpangan dengan bagian timur. Sebanyak 80 persen produk domestik bruto (PDB) dihasilkan dari wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali, sedangkan Indonesia timur hanya berkontribusi sekitar 18 persen dari total PDB. “Ada banyak alternatif transportasi dari Jakarta ke Bandung. Transportasi ke Merauke tidak sebanyak itu,” ujarnya.(HEN/ZAK/JOG)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2015, di halaman 20 dengan judul “Perusahaan Kereta Cepat Diwacanakan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB