Pendidikan di Indonesia Dinilai Tak Punya Konsep

- Editor

Kamis, 20 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dana pendidikan dan jumlah guru Indonesia dinilai sudah besar, tetapi kualitas pendidikannya masih rendah. Pendidikan di Indonesia pun dinilai tidak memiliki konsep yang jelas.

Masalah itu mengemuka dalam seminar nasional bertajuk ”Tantangan Kurikulum Pendidikan dalam Era Milenial” yang diselenggarakan Forum Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Hafid Abbas mengatakan, jumlah guru di Indonesia mencapai 3 juta orang dan murid 50 juta orang. Rasionya sudah sangat kecil, 16. Artinya, satu guru rata-rata mengajar 16 siswa. Sementara Jepang rasionya 27 dan bahkan di tingkat internasional rata-rata rasionya 30.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Namun, kenapa mereka menjadi terbaik? Seharusnya, kan, kita bisa dua kali lipat lebih baik melihat rasio ini. Terus kenapa mengangkat lagi 100.000 guru? Itu berarti kita kehilangan konsep,” kata Hafid.

SITA NURAZMI MAKHRUFAH UNTUK KOMPAS–Seminar nasional bertema ”Tantangan Kurikulum Pendidikan dalam Era Milenial” di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018). Pendidikan Indonesia dinilai tidak memiliki konsep yang jelas dalam pelaksanaannya.

Menurut Hafid, guru terus diangkat, tetapi masih saja ada daerah yang kekurangan guru. Sementara di daerah lain, terutama perkotaan, malah kelebihan guru. Melihat hal ini, ia menyarankan agar konsep pendidikan segera dibuat dengan lebih memberikan kewenangan kepada sekolah menentukan apa yang dibutuhkan, terutama guru yang bagaimana yang dibutuhkan.

Untuk mengontrolnya, dapat dilakukan evaluasi per periode yang ditentukan. Tidak hanya permasalahan guru, tetapi juga mengenai dana pendidikan.

SITA NURAZMI MAKHRUFAH UNTUK KOMPAS–Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Hafid Abbas, Rabu (19/12/2018).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengalokasikan 20 persen dari total anggarannya untuk pendidikan. Tahun 2018, outlook anggaran pendidikan sebesar Rp 434,6 triliun. Pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019, jumlah ini ditambah menjadi Rp 487,9 triliun (Kompas.id, 17/8/2018).

Guru dan dana semakin banyak berarti kualitas pendidikan juga harus semakin baik. Jangan sampai dana pendidikan semakin menjadi lahan basah para koruptor akibat banyaknya institusi yang harus diawasi karena lemahnya pengawasan (Kompas.id, 15/12/2018).

Menurut Hafid, memisahkan politik dari struktur pendidikan adalah hal yang harus dilakukan. Salah satu contohnya memilih kepala dinas pendidikan jangan lihat dia dari partai mana atau kontribusinya ke partai apa, tetapi harus melihat kemampuannya. Begitu pula dengan kepala sekolah, jangan karena yang bersangkutan mendukung siapa, tetapi lihat kemampuannya untuk ditempatkan di mana.

Selain menyorot konsep jumlah guru dan dana, kurikulum sekolah menjadi hal yang diperhatikan di seminar yang berlangsung di UNJ, Jakarta Timur, Rabu. Kurikulum sebaiknya mengacu pada konsep yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa serta Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Kurikulum kepemimpinan
Pada seminar, disepakati bahwa Indonesia membutuhkan kurikulum kepemimpinan dalam pendidikan. Hal ini menjadi sebuah urgensi, melihat semakin kompleksnya permasalahan negeri. Salah satu yang menjadi tombak dalam kurikulum ini yaitu mahasiswa.

”Sudah sepatutnya mahasiswa mempersiapkan diri menjadi pemimpin dan sudah saatnya mahasiswa menjadi kader-kader perubahan di masyarakat,” kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UNJ Achmad Sofyan Hanif.

Achmad juga mengatakan, mahasiswa menjadi salah satu tonggak pembangunan bangsa harus selalu semangat menggali ilmu baru. Ini bertujuan agar pembangunan pendidikan di negeri ini tidak sekadar wacana.

AGUIDO ADRI UNTUK KOMPAS–Peningkatan literasi di sekolah salah satu program Kurikulum 2013. Literasi juga masuk dalam bagian penguatan pendidikan karakter.

Salah satu penerapan kurikulum kepemimpinan ini, mahasiswa dapat memberikan solusi langsung pada permasalahan masyarakat. Misalnya saja di perdesaan bagaimana mengajak masyarakat memanfaatkan sumber daya alam dengan baik tetapi menghasilkan pendapatan sehingga kesenjangan sosial dapat segera teratasi pada praktiknya.

Kurikulum harusnya tidak hanya fokus dengan ilmu di kelas baik untuk siswa maupun mahasiswa. Tidak hanya puas dengan berhasil menyelesaikan soal-soal ujian di kelas saja, tetapi harus juga latihan menjawab ujian kehidupan, terutama dalam bermasyarakat.

Kurikulum kepemimpinan dinilai dapat mencetak para pemimpin berintegrasi dan berkarakter. Diharapkan dengan metode ini, Indonesia dapat meraih kembali masa kejayaannya. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)–PASCAL S BIN SAJU

Sumber: Kompas, 19 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB