Pelajar Bikin Pengupas Bawang Berbasis Dinamo Mesin Jahit

- Editor

Kamis, 29 September 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Karya tersebut membantu kupas bawang dalam jumlah besar.
Dua pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 54 Jakarta, Mochamad Rizky Maulana dan Hawali merancang sebuah alat sederhana yang digunakan untuk mengupas bawang putih.

Tak dipungkiri mengupas bawah putih memang butuh ketelitian. Jika mengupas bawang putih dalam jumlah besar, maka butuh ketelitian yang ekstra. Bahkan kebanyakan rumah makan skala besar tetap mengupas bawang putih secara manual. Termasuk, kata salah satu peneliti, Rumah Makan Sederhana yang terkenal seantero Indonesia masih mengupas bawang secara manual.

“Jadi kita lihat. Rumah Makan Sederhana bisa mengupas bawang putih sampai satu kilogram per hari (satu rumah makan),” kata Hawali bercerita kepada VIVA.co.id, saat ditemui di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Senin 26 September 2016.
Kemudian, Hawali dan rekannya, Rizky pun terpikir untuk membuat alat yang membuat efisien. Mata tidak perih dan tingkat insiden relatif jadi rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Alat yang diciptakan kedua siswa itu berbasis dinamo mesin jahit. Jadi hanya dengan pencet pegas seperti layaknya menjahit, maka alat tersebut otomatis berputar.

57e8ec0b06ed5-pengupas-bawang-putih-berbasia-dinamo-mesin-jahit_663_382Pengupas bawang putih berbasia dinamo mesin jahit (VIVA.co.id/Mitra Angelia)

Sementara bawang putih dimasukkan dalam sebuah wadah, yang mereka gunakan adalah toples plastik lalu bagian tengah dilubangi dan dipasang pulpen yang pada batangnya dilingkari baut cable ties. Baut itulah yang berputar mengupas kulit bawang putih.

“Kita terinspirasi, pernah melihat bawang putih di dalam kaleng dan dikocok, nah itu kulit bawang mengelupas,” kata Hawali.

Kemudian, mereka pun merangkai alat-alat menjadi lebih efektif. Mereka tidak menggunakan kaleng, sebab menurut Hawali, saat bawang dikocok mengeluarkan mineral dan mineral tersebut menyebabkan kaleng berkarat.

“Makanya kita gunakan bahan plastik,” ujar dia.

Sementara untuk harga, mereka hanya merogok kocek senilai Rp150 ribu saja untuk membuat alat tersebut.

Ide dari Hawali dan Rizky masuk dalam salah satu dari karya National Young Inventor Awards (NYIA) yang dikompetisikan mulai Senin-selasa, 26-27 September 2016. Untuk NYIA, 29 invensi terpilih dari 868 karya usulan.

Kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan NYIA ini merupakan kerja sama LIPI dengan British Council melalui program Newton Fund dan didukung Intel Indonesia serta PT. Aneka Fermentasi Industri (AFI).

Oleh : Amal Nur Ngazis, Mitra Angelia

Sumber: VIVA.co.id – Senin, 26 September 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 173 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB