Butuh Validasi Data dari Alat Sensor di Laut Dalam
Tim ahli berisi berbagai lembaga diusulkan dibentuk untuk membantu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menganalisis kejadian tsunami dengan sumber jauh. Panel akan bersidang sebelum peringatan dini.
Usulan pembentukan panel ahli di luar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu disampaikan Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan Iptek Pariatmono pada rapat evaluasi InaTEWS, di Jakarta, Rabu (16/4). ”Untuk tsunami jauh yang waktu tibanya ke Indonesia relatif lama, kita masih punya waktu cukup untuk berdiskusi dan menganalisis. Pembentukan panel ahli ini akan sangat baik,” kata dia. ”Teknisnya seperti Sidang Isbat untuk menentukan Hari Ramadhan atau Idul Fitri.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut dia, ilmuwan tsunami dan gempa di Indonesia harus diberi wadah menyampaikan pengetahuannya. ”Ini juga bagian dari kewajiban ilmuwan mempertanggungjawabkan kepakarannya kepada masyarakat,” kata dia. ”Sidangnya tidak harus bertatap muka.”
Deputi Geofisika BMKG Masturyono menyambut baik usulan untuk lebih banyak melibatkan ahli dalam penyusunan peringatan dini tsunami dengan sumber jauh. ”Dengan adanya tim ahli ini, akan sangat membantu BMKG menyempurnakan analisisnya sehingga hasil analisis ke BNPB jadi lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, Widjo Kongko, ahli tsunami dari Badan Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) BPPT, berharap, penyusunan komite ahli itu tak membatasi gerak ilmuwan berbagi informasi langsung melalui media massa. ”Merupakan tanggung jawab pribadi setiap ilmuwan untuk menyampaikan pengetahuannya kepada publik,” kata dia.
Ia menyarankan agar kalangan ilmuwan yang dilibatkan tak hanya dari unsur pemerintah, tetapi juga dari swasta. ”Banyak pihak siap dilibatkan untuk penanggulangan bencana,” kata dia.
Validasi data
Secara terpisah, Wahyu W Pandoe dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, karena sifat tsunami jarak jauh relatif lama datang, sebenarnya ada waktu menunggu konfirmasi atau validasi dari buoy tsunami di laut. Pada kasus tsunami Cile, dua pekan lalu, bisa ditunggu informasi dari buoy tsunami di Samudra Pasifik.
”Kami baru merilis informasi ke BMKG setelah ada konfirmasi atau validasi deteksi tsunami dari buoy DART NOAA yang ada di Pasifik Tengah (sekitar Hawaii), tempat buoy ini teraktifasi pukul 20.00-an WIB,” kata dia.
Namun, BMKG merilis informasi tsunami beberapa jam sebelum data BPPT diserahkan. ”Ini yang membuat BPPT terkesan terlambat,” kata Wahyu.
Peringatan dini, kata dia, dikategorikan terlambat jika disampaikan setelah tsunami tiba. Pada kasus tsunami Cile, yang masuk tsunami jarak jauh, kemungkinan tiba ke perairan Indonesia pada 3 April. Saat BPPT menyampaikan analisis ke BMKG pada 2 April, pukul 20.00- 21.00, masih ada waktu menunggu konfirmasi dari data buoy (sensor di laut dalam) atau tide gauge (sensor di pantai).
Demi perbaikan, Masturyono siap menindaklanjuti temuan-temuan dalam evaluasi dengan membuat tim kecil. (AIK)
Sumber: Kompas, 19 April 2014