Orang Kita di Jantung Google

- Editor

Selasa, 3 November 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tahun 1998, Lary Page dan Sergey Brin mendirikan Google, mesin pencari yang kini menjadi paling berkuasa di jagat internet. Akan tetapi, di tahun itu, relatif belum ada pihak yang menyadari tentang seberapa menguntungkannya bisnis yang dirintis Google.

Google terus berkembang. Fokus mereka bukan hanya urusan mesin pencari, melainkan juga berbagai produk lain, seperti sistem operasi dengan basis open source (Android), layanan berbagi video Youtube, cloud computing, navigasi peta, digitalisasi buku, dan seterusnya. Bahkan, awal Oktober lalu, Page dan Brin mendirikan Alphabet Inc. Perusahaan ini didirikan untuk menjadi induk perusahaan Google dan perusahaan lain yang terkait.

Untuk semua perkembangan usaha itu, kini Google punya 57.000 pegawai, yang disebut Googlers, ada sebagian yang berasal dari Indonesia, yang tergabung dalam komunitas IndoGooglers.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sekalipun dibeda-bedakan atas sejumlah disiplin ilmu, usia, dan budaya, terdapat kesamaan yang relatif menonjol di antara mereka. Kesamaan itu adalah sebagian besar IndoGooglers adalah lulusan pendidikan tinggi di luar Indonesia, sebelum bergabung dengan Google.

Salah satu ungkapan yang melekat dengan Google ialah mereka memang hanya mempekerjakan orang-orang terbaik. Kedekatan emosional sebagai sesama orang Indonesia itulah yang membuat sejumlah acara yang memungkinkan mereka berkumpul menjadi acara paling dinanti. Itu, misalnya, tatkala dilangsungkan penandatanganan nota kesepahaman antara Google dengan Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata di Kampus Googleplex di Mountain View, San Francisco, AS, Kamis (29/10).

8af878d85b84458e9d91629e58a94e8eKOMPAS/INGKI RINALDI–Sebagian IndoGooglers, atau para pegawai Google asal Indonesia, tengah berkumpul di pelataran kantor Google X di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (28/10) waktu setempat atau Kamis (29/10) WIB.

Nota kesepahaman itu tentang kesepakatan melakukan uji coba tahap lanjut dalam menyediakan infrastruktur jaringan telekomunikasi di Indonesia. Ini berupa penggunaan balon udara untuk mentransmisikan sinyal telekomunikasi yang diharapkan bakal membuka akses informasi di seluruh Indonesia. “Memang jarang bisa ketemu, tapi pada event seperti inilah kita saling bertemu,” kata Ayrin Santoso (30).

Ayrin sudah dua tahun terakhir bekerja di bagian keuangan Google setelah berkarier selama enam tahun di perusahaan lain. Sejak lulus SMA di Surabaya, Ayrin tinggal di Amerika untuk kuliah di UCLA. Ia memutuskan meninggalkan pekerjaan lamanya dan bergabung bersama Google untuk memenuhi hasratnya pada hal-hal baru. “Dalam hidup kadang kita memang harus mengambil risiko, kan,” katanya.

Makanan dan minuman sehat gratis. Fasilitas laundry dan dry cleaning. Potong rambut gratis. Layanan pijat dalam kuota tertentu. Boleh bawa hewan peliharaan ke kantor. Daftar itu bisa terus bertambah panjang jika kita bekerja di Google, yang pegawainya disebut sebagai Googlers.

016e5b35e83e4e6b89ed991ccfde6420KOMPAS/INGKI RINALDI–Sebagian IndoGooglers, atau para pegawai Google asal Indonesia, tengah berkumpul di pelataran kantor Google X di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat, Rabu (28/10) waktu setempat atau Kamis (29/10) WIB.

Aneka fasilitas atau tunjangan kerja itu tentu saja dibuat untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan karyawan. Namun, yang paling penting adalah menjaga iklim dan cara berpikir intelektual dengan mempraktikkan iklim keterbukaan, kecepatan, eksperimentasi, dan pengambilan risiko kunci utama sukses Google.

Namun, di tengah kepuasan bekerja, Ayrin kerap merindukan keluarga di Indonesia. Florence Thng yang kini Product Manager Google X menyebutkan, kesempatan untuk pulang ke Indonesia tidak bisa sering dilakukan. Ini berbeda misalnya tatkala ia bekerja di Singapura.

Karena itulah, bertemu dengan sesama IndoGooglers menjadi salah satu hal paling dinanti sebagian IndoGooglers. Ayrin terkesan dengan hubungan emosional yang dibangun dalam komunitas itu.

Iklim yang merangsang, menumbuhkan, dan mengembangkan kerja sama dan saling mendukung di antara sesama rekan kerja. Dukungan yang di dalamnya juga berupa kritik untuk menjadi lebih baik dalam berbagai proyek kerja. Pertemuan yang biasanya dilakukan sembari makan itu tidak secara khusus membicarakan IndoGooglers, tetapi memperbincangkan keseharian pekerjaan.

Monica Tanuwijaya, yang kini bekerja di Divisi Human Resources Google, sudah 15 tahun terakhir tinggal di Amerika Serikat. Monica yang lulusan Universitas Stanford merasa iklim kerja di Google sangat fleksibel dan memungkinkan mencapai prestasi kerja optimum.

Keakraban sesama orang Indonesia itu terlihat, misalnya, di antara lima sekawan yang cukup sibuk dalam acara penandatanganan nota kesepahaman itu. Mereka adalah Johan Kartiwa yang telah dua tahun bersama Google setelah lulus dari Nanyang Technological University (NTU), Sonny Sasaka (1 bulan, NTU), Felix Halim (3 tahun, National University of Singapore), Bramandia Ramadhana (5 tahun, NTU), dan Hamdanil Rasyid (2 tahun, NTU).

Dalam pertemuan itu, satu saja pesan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang menghadiri acara. Para IndoGooglers yang bekerja di Silicon Valley, AS, itu diminta mengembangkan program yang juga memberikan keuntungan bagi Indonesia. (INGKI RINALDI)
—————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 November 2015, di halaman 26 dengan judul “Orang Kita di Jantung Google”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 17 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB