Operasi SAR; Baruna Jaya I Masih Memindai Karimata

- Editor

Selasa, 6 Januari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hingga hari kesembilan operasi pencarian serpihan dan kotak hitam pesawat AirAsia, Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi masih menyisir perairan Laut Jawa berbatasan dengan Selat Karimata. Hari Senin (5/1), pemindaian sonar menemukan tonjolan benda pada kedalaman 25-30 meter, yang ternyata bukan logam seperti yang dicari.


”Alat magnetometer yang kami turunkan mengonfirmasi itu bukan benda logam,” kata Rahadian, Ketua Tim Pencarian Pesawat AirAsia QZ 8501 di Kapal Riset Baruna Jaya I, yang melaut di Laut Jawa, kemarin. Tim belum sampai tahap menurunkan wahana dalam air (remote operated vehicle/ROV) untuk memastikan lebih kuat obyek yang diduga sebagai logam.

Kemarin, Baruna Jaya I lebih dari sekali memindai benda tonjolan di dasar laut yang ternyata bukan logam. Pandangan visual dari kapal juga melihat benda terapung menyerupai pelampung, yang ternyata jeriken kosong bekas oli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sehari sebelumnya, tim dari Baruna Jaya I juga memastikan benda di dasar laut yang sebelumnya diduga kuat sebagai potongan besar pesawat ternyata batu karang. Oleh karena itu, tim bergerak ke timur dari lokasi semula yang masih dalam sektor yang ditetapkan Badan SAR Nasional.

”Kami bergerak menggunakan pemodelan tim BPPT, tetapi masih dalam cakupan yang ditetapkan Basarnas,” kata Rahadian. Keberadaan, misi, dan temuan kapal riset itu terus disampaikan kepada tim Basarnas selaku koordinator pencarian.

Di Jakarta, Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo menyatakan, semua unsur di lapangan belum bisa berbuat banyak. Bahkan, belum ada kemajuan untuk memastikan lima obyek besar yang sudah dipindai sebelumnya.

Meskipun cuaca relatif baik, kuatnya arus membuat jarak pandang di dalam air nol karena air keruh. Tim penyelam tidak bisa mengidentifikasi keberadaan benda-benda di bawah air. Material dasar perairan Selat Karimata adalah lempung, lumpur, dan pasir halus dengan kedalaman rata-rata 30 meter.

Meskipun malam tiba, kapal-kapal yang dibekali sonar pemindai logam terus bekerja selama 24 jam. Kru kapal dibagi dalam beberapa giliran jaga untuk memastikan keberadaan dalam air dan memastikan temuan mereka, lalu dilaporkan ke tim Basarnas.

Tim Baruna Jaya I terdiri atas 6 peneliti, 6 teknisi, dan 17 kru kapal. Sejak bergerak dari Pelabuhan Muara Baru, di
Jakarta, Selasa (30/12), kapal belum pernah bersandar di pelabuhan mana pun. Kemarin, satu mesin kapal sempat mati.
(MZW/NAD)

Sumber: Kompas, 6 Januari 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB