Nama ”Domain” yang Penuh Sesak

- Editor

Sabtu, 4 Februari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SEBUAH perusahaan di Tonga, negara yang terletak di Lautan Pasifik, bernama Tonic Corporation belum lama ini mengumumkan tersedianya nama-nama domain yang baru (.to) pada top-level domain yang bisa diperoleh melalui homepage pérusahaan ini secara otomatis pada http://www.tonic.to.

MENYUSUL dilema semakin berkurangnya nama-nama alamat internet dalam domain .com, .org, dan .net, Tonic Corporation menawarkan nama alamat jaringan Internet dengan top-level domain .to seharga 100 dollar AS untuk pendaftaran dua tahun, dan setiap tahun berikutnya 50 dollar AS.

“Nama Internet dengan menggunakan .to ini sudah beroperasi pada semua nama server di seluruh dunia, sama dengan penggunaan nama .com. Tonic Corporation juga menawarkan sebuah program kemitraan dengan memberikan komisi bagi registrasi dan promosi nama .to kepada para penyedia jasa sambungan jaringan Internet (ISP) maupun pihak ketiga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Sekarang ini ada lebih dari 853.000 nama yang sudah terdaftar di InterNIC. hanya untuk domain dengan menggunakan .com, dan sebagian nama yang diinginkan sudah tidak digunakan,” jelas Eric Lyons, konsultan penjualan dan pemasaran Tonic Corporation, seperti dikutip EDGE: Work-Group Computing Report bulan lalu.

”Sampai saat ini, kekurangan nama sudah menimbulkan rasa frustrasi bagi konsumen dan para ISP, karena orang-orang yang ingin memanfaatkan jaringan Internet menginginkan nama domain yang sebaik mungkin dalam menjalankan bisnisnya. Kita bisa menyediakan orang-orang ini dengan nama yang mereka butuhkan dalam domain .to secara efisien dan hemat waktu,” lanjut Lyons.

Kerajaan Tonga yang terletak di bagian selatan Lautan Pasifik ini merupakan sebuah negara dengan sistem monarki konstitusional, dan satu-satunya negara di kepulauan Pasifik yang tidak pernah dijajah.

Pemegang saham terbesar dalam Tonic Corporation adalah Putra Mahkota Tupouto’ a yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Pertahanan.

Frustrasi
Masalah nama domain (domain name) dalam jaringan Internet yang berkembang sangat pesat dewasa ini, memang telah menimbulkan berbagai persoalan, khususnya di bidang bisnis. Untuk menggunakan nama seperti McDonald’s, perusahaan hamburger terbesar dari AS, sudah tidak dimungkinkan, karena sudah digunakan oleh orang lain.

Upaya InterNIC (Internet Network Information Center, yang mengatur penamaan komputer dan jaringan, khususnya di jaringan Internet) belum lama ini untuk membersihkan nama-nama domain –yang lalai membayar registrasi– menyebabkan terjadinya kesalahan dalam jumlah besar URL (Uniform Resource Locator), menimbulkan protes dari ISP dan pemilik-pemilik nama yang bersangkutan.

Para ISP yang frustrasi telah menyampaikan protes mereka atas upaya pembersihan nama-nama domain oleh InterNIC pada pertengahan bulan Maret lalu. Dalam pembersihan ini, InterNIC telah mematikan nama-nama domain sejumlah 28.000 buah yang tidak membayar registrasi penggunaan nama tersebut di jaringan Internet.

Di antara mereka yang protes keras adalah ISP yang bergerak di bidang bisnis dengan pelanggan perusahaan-perusahaan yang dimatikan nama domain-nya, sehingga tidak bisa diakses di jaringan World Wide Web walaupun sudah melakukan pembayaran yang memadai kepada InterNIC. Perusahaan yang terkena ini biasanya menyalahkan penyedia jasa jaringan Internet dan bukan pada InterNIC.

Dengan perkembangan yang pesat dan ukuran World Wide Web yang ada sekarang ini, nama domain memang menjadi penting. Semua penamaan sebuah situs di WWW harus unik, sehingga alamat URL www.kompas.com hanya ada satu di dunia. Apa yang dilakukan oleh Tonic Corporation di Kerajaan Tonga ini adalah jawaban terhadap persoalan nama domain ini.

Memang ada nama domain untuk tingkat nasional seperti .id untuk Indonesia, sehingga bisa digunakan alamat URL, www.kompas.co.id untuk situs WWW harian Kompas, misalnya. N amun demikian, tidak semua perusahaan menginginkan sebuah identitas nasional dalam alamat homepage yang ingin digunakan. Semua ingin dilihat sebagai sebuah bagian internasional dan menginginkan situs WWW dengan akhiran .net, .com, atau .org.

Salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh Tonic Corporation dengan nama domain berakhir .to adalah penamaan alamat URL yang mempunyai arti atau nama seseorang seperti www.sunar.to atau www.fo.to. Selain itu, nama-nama yang sudah digunakan dalam penamaan alamat URL masih bisa digunakan dalam nama domain .to (misalnya www.kompas.to).

Berbeda dengan penggunaan nama alamat URL seperti yang diterapkan oleh InterNIC, penamaan oleh Tonic Corporation lebih ramping. ”Salah satu persoalan dalam registrasi domain di masa lalu adalah karena InterNIC mempunyai sistem legalitas yang sudah usang, yaitu berdasarkan e-mail. Menggunakan formulir yang tersedia pada www.tonic.to, pelanggan kami bisa langsung memperoleh masukan balik berdasarkan tersedianya nama yang mereka inginkan, membelinya, dan langsung bisa digunakan pada hari yang sama,” kata Eric Gullichsen, seorang konsultan teknologi pada Tonic Corporation.

Penuh sesak
Salah satu prinsip yang penting dalam jaringan Internet ini dikenal dengan top-level domain (TLD), dan sekarang ini dikenal dengan tiga abjad singkatan dalam penamaan sebuah situs di jaringan WWW.

Sekarang ini dikenal nama-nama itu mempunyai arti sendiri, seperti .gov untuk organisasi pemerintahan, .mil untuk kalangan militer, .org untuk organisasi nirlaba, .net untuk para ISP, .edu untuk penggunaan lingkungan sekolah, serta .com yang pada awalnya dimaksudkan untuk mengidentifikasi perusahaan komersial yang memanfaatkan jaringan Internet sebagai bagian dari perluasan usahanya.

Asas dan asosiasi yang digunakan dalam TLD bekerja dengan baik sampai pertengahan tahun 1990-an, ketika jaringan Internet (khususnya World Wide Web) berkembang sangat pesat penggunaannya di kalangan masyarakat biasa maupun di lingkungan perusahaan. Tiba-tiba saja domain .com, yang biasanya hanya digunakan untuk kepentingan bisnis, menjadi penuh sesak.

Pada bulan Juli 1994, terdaftar sekitar 12.600 domain tingkat dua dalam lingkup TLD .com, seperti ibm dalam ibm.com. Pada pertengahan tahun 1995, jumlah ini meningkat menjadi 55.700 buah, dan pada awal tahun ini melonjak drastis menjadi sekitar 300.000 buah.

Nama domain dengan menggunakan akhiran .com ini menjadi sangat ramai, seperti sebuah kurungan yang penuh dengan burung. Jaringan WWW pun kemudian menjadi tidak terkendali. Lingkungan bisnis yang berupaya untuk mengklaim nama perusahaannya sebagai nama domain di jaringan Internet, seringkali menjadi frustrasi karena ternyata ada orang lain yang telah menggunakannya.

Upaya pre-emptive pun dilakukan, di mana perusahaan-perusahaan membeli nama domain perusahaan saingannya. Beberapa wartawan pun mulai membuktikan betapa mudahnya untuk merusak pasaran nama domain yang memberikan keuntungan ini. Nama seperti mcdonalds.com pun dengan mudah didaftarkan, menyebabkan pemilik merek hamburger terkenal ini menjadi sangat berang.

“Domain” baru
Persoalan nama domain di jaringan Internet ini memang menjadi persoalan yang pelik dan tidak terantisipasi sebelumnya oleh para perancangnya. Memang menjadi sulit bagi Badan Ilmu Pengetahuan Nasional AS (NSF) yang mengurus pendaftaran nama domain ini. Keluhan pun bermunculan, khususnya dari kelompok pengusaha yang melihat jaringan Internet sebagai potensi bisnis masa depan.

Pada awal tahun 1996, sebuah usaha pendaftaran nama domain AlterNIC.NET, muncul menjadi alternatif dari semakin langkanya nama-nama domain tingkat TLD yang berakhiran .com, .net, atau .edu. Usaha ini menciptakan sebuah nama domain TLDF yang baru dengan akhir .biz, .corp, dan .sex dengan biaya pendaftaran 88 dollar AS untuk dua tahun. Apa yang ditawarkan oleh AlterNIC.NET ini lebih murah ketimbang yang ditetapkan badan-badan usaha pendaftaran nama domain seperti Network Solutions Inc,. (NSI.

Masalah nama domain ini pun berkembang menjadi tidak karuan. Salah seorang pengguna di jaringan Internet, misalnya, mulai memberlakukan apa yang disebut sebagai cybeifuture market, dengan mendaftarkan nama domain television. com dan menawarkannya kepada peminat yang berani membayar harga lebih tinggi.

Persoalan nama domain ini pun merembet, karena mulai disadari bahwa nama domain berkaitan dengan geografis di luar AS, di mana terdapat sebanyak 239 TLD yang secara horarki sejajar. Misalnya, .ca mengidentifikasi Kanada, .jp untuk Jepang, dan .uk untuk Inggris.

Sedangkan di luar negara-negara maju, tuntutan atas nama domain sekunder tidak terlalu banyak.

Namun, tidak banyaknya permintaan ini bukannya tidak menimbulkan persoalan. Sudah mulai ada pemikiran di lingkungan pengguna jaringan Internet serta mereka yang berkecimpung dalam kerumitan nama domain ini untuk memanfaatkan lambatnya perkembangan jaringan Internet di negara-negara berkembang.

Sudah ada pemikiran, mengapa tidak memanfaatkan saja domain .tv yang dirancang untuk penggunaan alamat domain negara Tuvalu di kawasan Pasifik Selatan. Yang diperlukan hanya mendaftarakan nama-nama domain sekunder seperti nbc.tv, abc.tv, rcti.tv cbs.tv, atau web.tv.

Alternatif
Menghadapi persoalan rumit nama domain ini, beberapa alternatif sudah mulai dikembangkan dan ditawarkan. Sesui dengan petunjuk yang ditetapkan oleh Serikat Internet (Internet Society) dan beberapa kelompok lain, sebuah komite ad hoc internasional yang dibentuk telah merancang sebuah kebijaksanaan untuk menciptakan tujuh jenis nama domain TLD secara generik.

Ketujuh TLD ini terdiri dari .firm untuk bisnis atau perusahaan, .store untuk bisnis yang menawarkan barang-barang untuk dijual, .web untuk entitas yang berkaitan dengan kegiatan Web, .arts untuk entitas yang menekankan pada hiburan dan kebudayaan, .rec untuk entitas yang menekankan rekreasi dan hiburan, .info untuk entitas yang menyediakan jasa informasi, serta .nom untuk nomenklatur personal.

Apa yang diusulkan oleh komite ad hoc ini masih belum menjadi hukum tetap di jaringan Internet. Katakan saja bahwa apa yang dirancang ini masuk akal,serta menjadi pilihan untuk memperluas nama-nama domain baru yang sekarang ini masih berjuang keras di struktur domain .com. Yang jelas, banyak pengamat yang mengatakan bahwa, taksonomi ini masih mempunyai beberapa kerancuan. Mereka memperdebatkan apa bedanya antara hiburan dalam lingkup kebudayaan dan hiburan yang bersifat rekreasi. Persoalan lainnya adalah apakah para pelaku bisnis akan serta-merta menyerbu pendaftaran .firm, .store atau .web seperti yang terjadi pada .com?

Banyak orang mengusulkan agar penggunaan identitas geografi seperti .id untuk Indonesia .my untuk Malaysia, .th untuk Thailand, dan lain sebagainya, guna menghindari terjadinya benturan dalam penamaan nama domain .com. Dengan penggunaan nama domain geografi tidak akan terjadi bentrokan misalnya antara apple. com.uk dengan apple. com.us, atau apple. com. id, dan lainnya.

Dengan pesatnya perkembangan jaringan Internet, memang diperlukan berbagai pengaturan untuk mengurus semakin sesaknya nama domain pada tingkat .com. Namun di sisi lain, ada yang percaya bahwa masalah ini tidak perlu diatur-atur, karena jaringan internet sendiri sebenarnya bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Antara lain, seperti alternatif yang diberikan oleh Tonic Corporation di Tonga. (Rene L Pattiradjawane, di Hongkong SAR)

Sumber: Kompas, tanpa tanggal dan tahun

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Apa Itu Big Data yang Didebatkan Luhut Vs Mahasiswa
Gelar Sarjana
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:13 WIB

Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom

Rabu, 13 April 2022 - 21:15 WIB

Apa Itu Big Data yang Didebatkan Luhut Vs Mahasiswa

Rabu, 23 Maret 2022 - 08:48 WIB

Gelar Sarjana

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB