Musibah Sukhoi Jadi Tempat Pengabdian Pria Ini…

- Editor

Sabtu, 19 Mei 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012) lalu, mengejutkan dunia internasional. Sejumlah pihak seperti tim evakuasi, ahli forensik, dan ahli-ahli lainnya diterjunkan untuk mengatasi masalah tersebut.

“Yang jelas ini adalah pengabdian. Bagaimana empati kita untuk bisa mengidentifikasi. Kita juga berharap musibah ini kan tidak akan terjadi lagi,” ujar Kombes Triawan Marsudi kepada Kompas.com di sela-sela kesibukannya mengidentifikasi jasad korban di RS Polri Bhayangkara, Kramat Jati, Jumat (18/5/2012).

Triawan adalah salah seorang yang tergabung dalam tim bertaraf internasional bernama Disaster Victim Identification (DVI). Sehari-hari, pria tiga anak tersebut merupakan dokter gigi sekaligus Kepala Laboratorium dan Klinik Odontologi Mabes Polri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mendapat tugas untuk mengidentifikasi bagian tubuh korban melalui ilmu yang dimilikinya mengenai gigi geligi bukan dianggapnya sebatas pekerjaan. “Sebagai manusia ya, tapi kan tugas kan enggak ada rasa ngeri atau apa, artinya padamu negeri jiwa raga kami,” terangnya.

Sebagai tim yang profesional dan dituntut bekerja akurat dalam mencocokkan jasad korban Sukhoi, hal tersebut justru menjadi cambuk dalam diri serta tim lainnya untuk mengerahkan seluruh ilmu yang dimiliki. “DVI kan internasional, kalau merilis satu benar-benar harus tak terbantahkan,” lanjutnya.

Hari ini merupakan hari ketujuh ia bekerja sejak Sabtu (12/5/2012) lalu, jasad korban pesawat berbendera Rusia tersebut dievakuasi lewat jalur udara ke Jakarta. Namun, sebagai abdi negara, pria yang berkecimpung di kedokteran kepolisian sejak tahun 1989 ini mengaku rela menanggalkan perasaan rindu anak dan istri di rumah, bahkan bekerja lebih dari 12 jam seharinya.

“Kalau orang Jawa itu ada istilah belahan jiwa, apa yang dialami suami, istri harus tahu, itu risiko, apalagi ditinggal-tinggal, sudah biasa,” lanjutnya.

Ia mengungkapkan, posisi yang diembannya saat ini tidaklah diraih dengan mudah, tetapi lewat perjuangan. Masih teringat jelas di benaknya setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga tahun 1998, setahun kemudian hingga tahun 2000 ia harus bertugas di Papua dalam misi di daerah operasi militer.

Tahun 2003/2004, ia pindah ke Lampung dan bergabung dalam Operasi Tegak Rencong di bumi Aceh. Sebelum pindah ke Jakarta, pria 49 tahun ini mengabdi di Ternate, Maluku, serta Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Ia berharap pengabdian dan ketulusannya membantu keluarga korban pesawat naas tersebut mampu dibalas dengan perasaan puas atas kerjanya selama ini. “Mudah-mudahan dengan disiplin ilmu kedokteran yang dimiliki Polri dapat membantu memberikan identifikasi yang maksimal sehingga keluarga bisa segera dapat jenazah keluarganya,” tutupnya.

Hingga kini, tim forensik gabungan tersebut telah berhasil mengidentifikasi 15 jasad yang terdiri dari 13 warga negara Indonesia dan 2 orang warga negara asing, yang mana 10 berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang perempuan.

Fabian Januarius Kuwado | I Made Asdhiana |
Sumber: Kompas, Sabtu, 19 Mei 2012 | 06:03 WIB
Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB