Pilihan metode kontrasepsi pada laki-laki terbatas, hingga kini hanya ada dua pilihan, yaitu vasektomi dan kondom. Keterbatasan ini disebabkan kerentanan organ reproduksi laki-laki yang menyangkut kesuburannya.
“Tentunya mayoritas laki-laki lebih memilih menggunakan kondom,” kata Biran Affandi, Ketua Asia Pacific Council on Contraception (APCOC) untuk Indonesia dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta, pekan lalu
Biran mengatakan, pilihan metode kontrasepsi untuk laki-laki belum ada yang berbentuk obat tertentu, berbeda dengan perempuan yang dapat mengonsumsi pil keluarga berencana (KB). “Organ reproduksi laki-laki lebih rentan terhadap efek samping zat-zat tertentu yang terkait kesuburannya,” kata Biran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu contoh zat yang pernah diteliti sebagai pil KB untuk laki-laki adalah gosipol. “Namun ternyata gosipol menyebabkan produksi sperma berkurang dan laki-laki tidak bisa ereksi atau impoten,” ujarnya.
Saat ini, kata Biran, sedang diteliti metode suntik dan susuk untuk laki-laki. “Tentu efek samping pada zat yang digunakan harus diperhatikan,” katanya.
Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2014, angka partisipasi laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi berkisar 6,34 persen. Karena itu, pendampingan untuk perempuan dalam menggunakan alat kontrasepsi diperlukan.
Salah satu wujud pendampingan itu adalah menghadirkan bidan-bidan di sejumlah desa. Program ini diselenggarakan PT Bayer Indonesia bekerja sama dengan BKKBN, APCOC, dan Ikatan Bidan Indonesia.
“Kami membekali bidan-bidan itu untuk mengedukasi perempuan terkait alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksinya. Tahun ini sudah 314 bidan yang tersebar di 30 provinsi. Setiap tahun kami melatih 20 bidan,” kata Sri Libri Kusniati, Communications Manager Pharmaceuticals and Internal PT Bayer Indonesia.(DD09)
Kompas, 9 Oktober 2017