JIKA kita bertanya kepada anak-anak SD tentang cita-cita mereka setelah besar nanti, mungkin hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang menyatakan bahwa dia ingin menjadi seprang peneliti. Menjadi seorang petenis seperti Yayuk, pemain bulu tangkis seperti Susi, atau pemain sepak bola seperti Kurniawan dan pemain catur seperti Utut, lebih menarik.
Beberapa hal yang menjadikan profesi peneliti tidak menarik atau bahkan tidak dikenal oleh kaum remaja dan anak-anak misalnya tidak adanya figur peneliti di Indonesia yang dapat disejajarkan ketenarananya di masyarakat luas seperti halnya olahragawan/ olahragawati kita yang mendunia. Hal lainnya, misalnya faktor materi, menjadi seorang manajer berdasi atau pengusaha, dokter, serta profesi-profesi yang menjanjikan imbalan materi yang lebih, menjadi lebih menarik.
Bukankah para profesor yang duduk di kabinet serta menjadi guru besar di berbagai universitas itu juga para peneliti? Tidak mungkin seseorang mendapatkan gelar atau jabatan profesor tanapa memiliki kemampuan ilmiah yang tinggi. Sedangkan kemampuan ilmiah yang tinggi antara lain diperoleh dengan melakukan penelitian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adakah sosok peneliti yang mewakili profesinya sebagai peneliti yang dikenal masyara secara luas, sehingga di warung pojok, orang pun akan memperbincangkannya? Di dunia penelitian, menjadi tenar itu amat sulit. Seseorang di Indonesia mungkin harus mendapatkan hadiah Nobel di bidangnya untuk terkenal seperti itu. Atau seseorang harus menciptakan temuan terbaru yang memiliki nilai kegunaan dengan daya jangkau ke masyarakat luas.
Hasil karya bangsa Indonesia sesungguhnya sudah banyak yang mendunia, dan karya-karya tersebut tidak lahir dari sekadar ilham atau wahyu. Karya tersebut lahir setelah melalui suatu proses, suatu pengabdian pada ilmu, kebutuhan akan suatu hal yang baru yang Iebih baik, dan bermanfaat. Beberapa petunjuk tentang karya bangsa Indonesia misalnya keterlibatan ahli Indonesia di Amerika dalam suatu penemuan penting di bidang fisika. Demikian juga karya ahli membran Indonesia di Skandinavia yang canggih. Produk dalam negeri pun banyak yang tenar, seperti Sosro Bahu, Cakar Ayam, dan banyak lagi.
Mungkin diperlukan suatu kerja sama, suatu kebutuhan, suatu momentum yang besar sehingga dunia penelitian dan peneliti di Indonesia menjadi populer, dalam artian dikenal masyarakat luas. Popularitas peneliti akan mengangkat minat dan keingintahuan masyarakat terhadap dunia peneliti, bidang-bidang yang teliti, serta pada akhirnya meningkatkan minat ilmiah masyarakat. Hal ini akan menjadi dasar bagi pengembangan ilmu dan teknologi di Indonesia, terutama ilmu-ilmu dasar yang menjadi akar dari semua penemuan di bidang teknologi.
Penghargaan
Usaha menaikkan minat dan keingintahuan masyarakat terhadap dunia penelitian pada akhirnya juga akan mengarah ke pertanyaan yang berkaitan dengan penghargaan bagi seorang peneliti. Penghargaan ini bukan sekadar pengakuan, tapi juga berupa imbalan yang setimpal dalam bentuk materi, sehingga kebutuhan hidup seorang peneliti dan keluarganya terjamin.
Dalam harian ini tersirat bahwa peneliti-peneliti amatir di Indonesia sudah lahir dan akan terus dilahirkan antara lain hasil pembinaan melalui Lomba Karya Ilmiah Remaja yang diadakan oleh LIPI dan TVRI dan didukung pihak swasta. Hal ini tentu amat membahagiakan. Tetapi, bagaimana nasib para peneliti profesional di Indonesia, yaitu para peneliti yang menggantungkan hidup dan penghidupannya dari dunia penelitian?
Beberapa sumber pendapatan seorang peneliti di Indonesia, yang notabene adalah pagawai negeri, selain gaji pegawai negeri yang kecil adalah berbagai honorarium. Honorarium ini dapat bersumber dari aktivitas murninya sebagai peneliti, misalnya diperoleh melalui program riset unggulan terpadu (RUT) dan riset unggulan kemitraan (RUK). Tidak setiap peneliti dapat terlibat dalam program RUT maupun RUK.
Sumber lainnya adalah layanan terhadap masyarakat, umumnya dari industri, yang ingin berkonsultasi, minta bantuan teknologi atau jasa-jasa lainnya. Pemasukan dari sini tidak rutin dan tidak selalu ada. Lainnya adalah dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi kalangan tertentu. Kedua sumber pendapatan yang terakhir disebutkan di atas itu mungkin yang dimaksud Fahmi Amhar sebagai ”proyek-proyek”, dalam tulisannya di harian ini tanggal 22 Agustus 1995lalu.
Dari pernerintah sendiri, setiap peneliti yang mengikuti jalur fungsional peneliti akan menerima menerima imbalan sesuai dengan tingkat fungsionalnya. Tingkat tertinggi yang dapat diraih seorang peneliti di Indonesia adalah sebagai ahli peneliti utama (APU). Nyatalah bahwa pemerintah adalah sumber penghasilan utama dari para peneliti. Terutama bagi para peneliti muda yang ingin memulai kariernya, diperlukan suatu perangsang sehingga kepeduliannya terhadap lingkungan yang dimulai dari masa remaja sebaggai peneliti amatir dapat berkembang.
Peran media massa
Profesi peneliti dan lembaga penelitian agar dapat dikenal masyarakat luas memerlukan juga Humas yang handal. Mereka akan menjadi ujung tombak dari pengenalan segala sesuatu yang berkaitan dengan lembaga penelitian kepada masyarakat. Mereka juga akan menjadi ujung tombak dari strategi pemasaran hasil-hasil penelitian, yang memperkenalkan produk para peneliti maupun lembaga peneliti kepada industri dan masyarakat umum. Citra perusahaan, dalam hal ini lembaga penelitian, antara lain dibentuk oleh hasil kerja Humas dengan bantuan media massa cetak maupun elektronik.
Bila saja industri swasta mau menyempatkan sedikit waktu untuk menengok apa yang dikerjakan di lembaga penelitian, maupun di pusat penelitian, akan banyak yang bisa mereka peroleh. Biaya yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah cukup besar untuk keperluan penelitian ini, jika pihak industri swasta tidak memanfaatkann adalah suatu hal yang amat disayangkan.
Proses penerapan teknologi hasil penelitian ini tidak akan pernah berhasil tanpa ada publikasi melalui media massa. Dari sekian media massa, cetak maupun elektronik, tidak ada satu pun yang melirik ke lembaga penelitian untuk mengulas apa dan bagaimana lembaga penelitian kita. Hal ini bisa jadi karena lembaga penelitian kurang agresif memasyarakatkan produk-produknya, sehingga sedikit sekali industri yang mengetahui apa yang dihasilkan oIeh lembaga-lembaga penyelenggara peneIitian.
Hery Haerudin, peneliti, kerja di Puslitbang Kimia Terapan LIPI, Puspitek Serpong
Sumber: Kompas, Kamis, 31 Agustus 1995