Mengenalkan Astronomi, Mengenalkan Sains

- Editor

Senin, 6 November 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas pada yang kita ketahui dan pahami kini, imajinasi melingkupi seluruh dunia dan segala sesuatu yang akan kita ketahui dan pahami.(Albert Einstein)

Imajinasi atas dunia luar angkasa eksotik tapi penuh misteri membuat banyak anak menyukai astronomi. Itu tak berarti mereka ingin jadi ahli astronomi atau antariksawan. Astronomi jadi jalan mudah dan menawan menuntun rasa ingin tahu mereka mengenal sains lebih luas.

Hampir setengah jam Edwin (7) membuka buku bergambar timbul (pop up) tentang benda- benda langit di meja stan komunitas Langitselatan di Festival Sains Antariksa (FSA) 2017, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (7/10). Riuhnya suara sekeliling tak mengusiknya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Siswa SD Lentera Bangsa, Bandung, itu pun mengutak-atik gambar timbul. Sesekali, ia bertanya kepada sejumlah penjaga stan yang juga para komunikator astronomi. Ayahnya kadang membantu menjelaskan agar Edwin lebih mudah memahami.

Saat buku itu habis dibuka, ia berpindah ke sejumlah alat peraga. Mulai dari mainan yang menggambarkan posisi Tata Surya, alat pemecah cahaya putih jadi spektrum aneka warna, hingga memakai teleskop meski tanpa melihat obyek langit.

KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Anak-anak memainkan buku bergambar timbul dan alat peraga dalam Festival Sains Antariksa 2017 di Kantor Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (7/10). Pengenalan astronomi kepada anak-anak sejak dini diharapkan menumbuhkan kecintaan terhadap sains dan memberikan inspirasi untuk terus mengeksplorasi alam semesta.

FSA digelar di Kantor Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), bagian Pekan Antariksa Dunia (WSW), diperingati setiap 4-10 Oktober. WSW dicetuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan pemahaman warga soal alam semesta.

Ketertarikan juga membuat Handaru Akmal Panandjoeng (13), siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Kota Bandung, betah berada di stan komunitas Langitselatan. Sejak duduk di bangku SD, ia adalah penggemar mitologi Yunani atau Romawi dan aneka cerita dinosaurus sehingga hafal bentuk dan cerita di balik rasi-rasi bintang dengan membaca buku. Sayang, ia tak banyak mengenal mitologi astronomi Indonesia yang bukunya terbatas.

Hal itu membuatnya bergabung dengan kelompok ekstrakurikuler astronomi di sekolah. Pengetahuan astronomi dari pelajaran di kelas tak memuaskannya. Namun, saat kuliah nanti, ia lebih tertarik memahami ilmu paleontologi yang juga disukainya sejak kecil.

“Paleontologi membuat kita memahami masa lalu, tapi untuk paham masa depan butuh astronomi,” tuturnya. Untuk memahami paleontologi, kadang perlu pemahaman astronomi. Bagaimana dinosaurus punah sampai kehidupan di Bumi bermula butuh pendekatan ilmu astronomi.

Karena itu, astronomi membuka jalan bagi anak-anak untuk lebih paham sains. “Astronomi itu gerbang pengetahuan. Dari astronomi, siswa bisa mempelajari bidang sains lain, teknologi, dan budaya,” kata Avivah Yamani, komunikator astronomi dan pengelola Langitselatan.

Pengenalan astronomi pada anak-anak membuat mereka menggemari sains dan aplikasinya, seperti teknik dan ilmu rekayasa. Sains juga membangun nalar mereka.

Metode pengenalan astronomi beragam. Selain lewat komunikasi sains dan observasi, astronomi bisa dikenalkan dengan pendekatan budaya dan wisata, seperti dilakukan Imah Noong, lembaga eduwisata astronomi di Lembang, Bandung Barat. Dalam FSA, ia memamerkan alat petunjuk arah kiblat, peta langit malam, teleskop, buku astronomi Islam, dan penawaran program wisata astronomi. Imah mengelola observatorium kecil serta musholatorium, paduan mushola dan planetarium, membuat pengenalan astronomi menarik bagi anak-anak.

Inspirasi
Selain ilmu astronomi, FSA mengenalkan teknologi keantariksaan yang dikembangkan Lapan dan amat berperan dalam kehidupan manusia, seperti teknologi satelit, penginderaan jauh, pemotretan udara memakai pesawat tanpa awak, hingga pemantauan atmosfer.

Teknologi keantariksaan dikenalkan sebagai upaya menjaga inspirasi dan semangat manusia, khususnya generasi muda, untuk mengeksplorasi dunia baru. “Banyak dunia luar belum tereksplorasi,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin.

Meski penjelajahan luar angkasa sudah dilakukan 60 tahun lalu, sejak satelit pertama buatan manusia Sputnik 1 mengangkasa pada 4 Oktober 1957, hingga kini antariksa penuh misteri. Makin banyak pengetahuan manusia tentang semesta, kian banyak hal belum dipahami manusia.

Karena itu, Thomas mengingatkan pentingnya memberi inspirasi bagi anak muda agar eksplorasi luar angkasa berjalan. Pada 30-40 tahun dari saat ini, anak-anak muda itu akan jadi pelaku eksplorasi luar angkasa. Mereka diharapkan bisa mengatasi segala kendala eksplorasi semesta saat ini terkait dana atau teknologi.

Melalui eksplorasi itu, beragam pertanyaan purba manusia coba dipecahkan. Mulai dari pertanyaan ada tidaknya tempat layak huni di luar Bumi, pencarian teman manusia berbagi kosmos, eksplorasi sumber daya alam di luar angkasa, hingga mengetahui nasib akhir alam semesta. Dengan memahami semesta, manusia mengenal jati dirinya. (M ZAID WAHYUDI)

Sumber: Kompas, 6 November 2017

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB