Dunia ada di ujung jari. Cukup menyentuh dan mengusap layar telepon seluler, Anda bisa terhubung dengan siapa pun dan di mana pun. Keajaiban yang dihadirkan teknologi telekomunikasi digital ini lalu mendorong penciptaan layanan ”online” atau dalam jaringan.
Layanan kencan dalam jaringan (daring) jadi viral akhir-akhir ini setelah seorang pembawa acara di televisi dan pengusaha asal Medan mengumumkan pernikahan mereka sepekan setelah berkenalan di dunia maya. Mereka memilih Tinder, aplikasi pencarian jodoh di internet.
Proses ”memanah asmara” hingga menemukan target secara kilat jadi bukti kelihaian aplikasi ”mak comblang” di dunia siber itu. Bela (20), gadis berhijab, ingin pasangan asing yang Muslim. Ia mendapat pasangannya, Faiz, mahasiswa tingkat akhir di Pakistan, dari Tinder, berlanjut lewat webcam dan Instagram, serta menjalin hubungan dua tahun. Sementara Tarry (26) bertemu pasangannya, Probo, lewat Setipe.com, menikah akhir Oktober lalu setelah setahun berpacaran.
Sebagai aplikasi layanan kencan daring berbasis Facebook, Tinder banyak dipilih kaum muda. Cukup dengan menjelajah dunia maya dari layar komputer atau ponsel, mereka bisa menemukan calon pasangan yang sesuai dari belahan dunia mana pun. Jadi, mereka tak perlu repot menjalani proses pertemuan yang menghabiskan tenaga, waktu, dan dana untuk mendapat pasangan hidup. Pada fasilitas di internet itu, mereka diminta menjawab pertanyaan terkait profil pribadi dan teman atau pasangan yang diinginkan. Lalu, server komputer bekerja otomatis mencari data pasangan yang sesuai di basis data.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berdasarkan layanan internet berjangkauan luas dan menjaring hingga jutaan anggota, pemilihan pasangan yang cocok amat besar dan cepat. Tinder sebagai aplikasi layanan pencarian teman kencan itu berbasis lokasi atau sistem informasi geografis dan terhubung ke Facebook. Itu untuk memfasilitasi komunikasi di antara pengguna yang punya kecocokan data di layanan tersebut. Sebelum diluncurkan pada 2012, Tinder diinkubasi di Laboratorium Hatch, New York, Amerika Serikat.
Periset dan pengembangnya adalah Sean Rad, Jonathan Badeen, Justin Mateen, Joe Munoz, Dinesh Moorjani, Chris Gylczynski, dan Whitney Wolfe. Penggunaannya meluas Mei 2013 saat dimasukkan ke situs web, hingga menjadi satu dari 25 besar aplikasi jejaring sosial terbanyak yang digunakan. Rata-rata pengguna menghabiskan waktu satu setengah jam per hari. Dalam empat tahun, Tinder digunakan di 192 negara, melayani komunikasi dalam 30 bahasa.
April 2015, pengguna Tinder 1,6 miliar orang, dengan 68 persen pria. Dari layanan itu, dihasilkan lebih dari 26 juta kecocokan per hari. Jika dihitung dari awal peluncuran, lebih dari 8 miliar kecocokan dihasilkan. Itu membuat hiruk-pikuk dunia maya karena ada 1 miliar pencarian per hari oleh pengguna demi menghasilkan 12 juta kecocokan.
Tinder bukan satu-satunya kencan daring di dunia. Mengutip data Alexa.com dan MyWOT.com, Juni 2014, ada 30 layanan serupa yang diminati, antara lain eHarmony, Match.com, dan OkCupid. Layanan terbanyak pengunjungnya ialah Badoo.com, hampir 20 juta orang, lalu MeetUp.com dengan 17 juta lebih anggota.
Adapun Match.com danOkCupid.com tak sampai 8 juta pengunjung. Badoo didirikan wirausaha Rusia, Andrey Andreev, dan diluncurkan di London, Inggris, November 2006. Pengguna kencan daring itu adalah warga dunia. Di AS, penduduk usia dewasa yang memakai akses internet itu naik dari 3 persen tahun 2008 jadi 11 persen tahun ini. Jadi, 4 dari 10 lajang di negeri itu mencari pasangan hidup secara daring. Ada 34 persen lebih dari mereka menikah dengan jodohnya dari dunia maya.
Paket teknologi
Prinsip kecepatan dan kemudahan jadi tujuan layangan ken- can daring. Itu tercapai berkat kemajuan teknologi komputer, telekomunikasi berbasis seluler, dan jaringan internet. Komunikasi kian dimudahkan dengan aplikasi layar sentuh. Selain itu, sistem informasi geografis dan beberapa algoritma diterapkan.
Dengan peranti lunak itu, bisa ditemukan kandidat paling sesuai keinginan menurut basis data pendaftar. Kandidat yang ditemukan lalu dimunculkan di layar. Pengguna bisa menggeser ke kanan jika tertarik pada orang yang dimunculkan fotonya dan bisa memulai percakapan. Jika ia menggeser ke kiri, profil itu ditolak. Untuk verifikasi data akun pengguna, kencan daring memakai Facebook demi mengetahui profil mereka.
Selain itu, jasa berintegrasi dengan Instagram, Twitter pun jadi pilihan. Selain laptop, akses ke layanan itu juga ditunjang ponsel dengan aplikasi Android yang bisa diakses lewat Google Play dan iTunes Apple. Melalui Android, ada 10 aplikasi kencan daring gratis selain Tinder. Layanan lain ialah OkCupid, eHarmony, Wavoo, Ba- doo, eMatch.com, dan BeeTalk.
Layanan kencan daring buatan Indonesia pun bermunculan, antara lain Setipe, AyoNikah, Meetra, AsmaraKita, dan Jodohsakinah.com. Pengembangan Setipe yang diluncurkan Razi Thalib akhir 2013 didukung tim psikologi yang menyiapkan serangkaian pertanyaan demi menemukan kecocokan dengan kepribadian pasangan. Peminat harus mengisi hampir seratus pertanyaan berbasis psikologi. Tujuannya tidak sekadar mencari kecocokan, tetapi juga mengetahui keseriusan pendaftar layanan.
Data itu diolah algoritma di mesin server sebagai dasar menjodohkan anggotanya. Berdasarkan itu, mereka bisa melanjutkan hubungan di dunia nyata. Situs kencan daring yang punya lebih dari 500.000 anggota menjodohkan hampir seratus pasangan. Keberhasilan layanan perjodohan itu ditunjang interaksi lebih lanjut keduanya melalui sarana surat elektronik, chat, webcam, dan Skype. Namun, pertemuan di dunia nyata tetap diperlukan untuk menetapkan pilihan hati.(YUNI IKAWATI)
Sumber: Kompas, 6 Nov 2016