Makan siang ternyata tidak bisa diremehkan, terutama bagi anak sekolah. Penelitian di India menunjukkan hubungan kuat antara gizi dan pendidikan. Anak-anak sekolah dasar yang rutin makan siang terbukti memiliki hasil belajar yang jauh lebih baik, yaitu meningkatkan kemampuan membaca dan matematika.
ARSIP KAFILA INTERNATIONAL ISLAMIC SCHOOL–Para siswa mengantre makan siang.
Penelitian berjudul ”Makan di Sekolah dan Pencapaian Pendidikan: Bukti dari Program Makan Siang di India” itu dimuat dalam Journal of Development Economics yang juga dipublikasikan Sciencedaily.com, 13 Februari 2019. Penelitian dilakukan Rajshri Jayaraman dari Sekolah Manajemen dan Teknologi Eropa Berlin, Jerman, dan Tanika Chakraborty dari Institut Teknologi India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam abstrak penelitian mereka disebutkan, mereka mempelajari efek dari program pemberian makan di sekolah pada pembelajaran anak-anak di India. Program itu merupakan implementasi dari instruksi Mahkamah Agung India tahun 2001 yang mengamanatkan pengenalan makan siang sekolah gratis di sekolah dasar negeri di India.
Program makan siang gratis itu diikuti 120 juta anak di India. Penelitian ini adalah studi terpanjang dan terbesar tentang pengaruh makan siang pada pembelajaran anak usia sekolah dasar. Para peneliti meneliti data dari hampir 600 distrik perdesaan di India, yang mencakup lebih dari 200.000 rumah tangga.
Mereka meneliti efek paparan program pada nilai tes matematika dan membaca anak-anak usia sekolah dasar. Menurut penelitian ini, anak-anak dengan makan siang hingga lima tahun memiliki skor tes membaca yang 18 persen lebih tinggi daripada siswa dengan makan siang di sekolah kurang dari satu tahun. Mereka juga menunjukkan peningkatan 9 persen untuk nilai tes matematika.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG–Sejumlah anak menikmati makan siang mereka di taman penitipan anak Sasana Bina Tunas Bangsa di kompleks Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Jumat (20/2/2015).
”Efek nutrisi tampaknya bersifat kumulatif, terlihat seiring waktu. Penelitian kami menunjukkan bahwa manfaat nyata dari makan siang di sekolah terlihat pada anak-anak yang terpapar selama dua hingga lima tahun,” kata Jayaraman.
Temuan ini mengonfirmasi manfaat besar bagi anak-anak dalam program makanan sekolah gratis yang dijalankan di seluruh dunia. Menurut Program Pangan Dunia, 368 juta anak di seluruh dunia—atau satu dari lima anak di dunia—menerima makanan gratis di sekolah pada tahun 2013 dengan biaya 75 miliar dollar AS atau setara Rp 1.058 triliun.
Media terkemuka India, The Times of India, edisi 17 Januari 2019 memberitakan, Sekretaris Pendidikan Negara Bagian Chhattisgarh, Gaurav Dwivedi, menyampaikan, panduan menu makan siang di sekolah itu setelah terjadi beberapa kasus penyimpangan di daerah.
Menurut panduan, menu makan siang di sekolah sedikitnya terdiri dari telur dan susu untuk dua hari atau bahan makan lain yang ekuivalen dengan gizi seminggu. Jika telur tidak ada, makanan lain dengan nilai nutrisi yang sama dengan telur harus disediakan. Untuk meningkatkan jumlah protein, kedelai atau produk kedelai berkualitas tinggi diberikan kepada anak sekolah.
PRAYOGI DWI SULISTYO–Salah satu kegiatan KMK Universitas Indonesia, yaitu keakraban dan pengenalan diri. Mereka memperkenalkan diri masing-masing dan makan siang bersama di halaman Kampus UI, beberapa waktu lalu.
Selain itu, buah-buahan lokal juga dibagikan dalam makan siang di sekolah. Nasi dimasak dengan pati sehingga menyediakan kalori tinggi bagi anak-anak.
Komisi Pangan Negara Bagian Punjab bahkan memerintahkan uji laboratorium untuk memastikan kualitas menu makan siang untuk anak sekolah itu. ”Kami berencana mengumpulkan sampel untuk uji laboratorium untuk meyakinkan makanan yang berkualitas bagi anak-anak,” ujar DP Reddy, Kepala Komisi Pangan Punjab, seperti dikutip The Times of India edisi 3 Februari 2019.
Di Indonesia, program ini belum menjadi program nasional. Namun, orangtua dapat belajar dari pengalaman di India tentang pentingnya makan siang bagi anak sekolah. Hanya, orangtua tampaknya harus menyediakan sendiri makan siang anak-anaknya.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 14 Februari 2019