Gempa 4,7 skala Richter yang melanda Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (31/3), merusak puluhan bangunan. Itu diduga karena pusatnya dangkal dan tanah berupa endapan aluvial sehingga menambah amplifikasi guncangan. Gempa tersebut menunjukkan Lombok dikepung dua sumber gempa.
“Menurut survei tim gabungan, 41 rumah retak, 1 rumah sakit rusak, dan 2 rumah rusak parah,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kahang Kahang-Mataram, Agus Riyanto, dihubungi dari Jakarta, Minggu (3/4). Tim itu terdiri dari Stasiun Geofisika Mataram, Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lombok Utara.
Agus mengatakan, banyaknya bangunan rusak itu karena pusat gempa dangkal, 13 kilometer dari permukaan, dan kondisi tanah di lokasi itu berupa endapan aluvial. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan, pusat gempa terletak di koordinat 8,50 Lintang Selatan dan 116,06 Bujur Timur, tepatnya di daratan pesisir barat Lombok Utara yang berjarak 13 kilometer arah barat laut Kota Mataram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gempa dangkal
Guncangan gempa itu dirasakan di Kuta dan Denpasar II-III MMI (modified mercalli intensity), Mataram dan Senggigi III-IV MMI. “Gempa Lombok Barat ini, ditinjau dari kedalaman hiposenter, adalah gempa dangkal. Menurut analisis mekanisme sumber dengan perangkat lunak JisView, gempa dibangkitkan aktivitas sesar naik belakang busur kepulauan,” tutur Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Ia mengatakan, gempa itu menunjukkan Pulau Lombok dikepung dua sumber gempa, yakni zona subduksi di selatan pulau dan sesar naik di utara pulau. Secara tektonik, rangkaian Pulau Bali-Lombok-Sumbawa jadi bagian busur Kepulauan Sunda Kecil yang terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Proses subduksi juga memicu aktivitas vulkanik, terbukti Gunung Agung dan Rinjani masih aktif.
Busur Sunda Kecil ditandai bidang pusat gempa bumi menukik, disebut Zona Benioff. Gempa dangkal akibat subduksi umumnya terjadi di samudra selatan Bali di Palung Jawa.
Aktivitas gempa dangkal di utara Lombok akibat struktur geologi sesar naik belakang busur. Menurut studi Silver (1986), ujung barat sesar naik belakang busur berakhir di Cekungan Bali. Menurut McCaffrey dan Nabelek (1987), ujung barat itu menyatu dengan patahan di Laut Jawa. Sesar memicu gempa dan tsunami Flores pada 1992. (AIK)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Lombok Dikepung Dua Sumber Gempa”.