Literasi di bidang ilmu kedokteran, termasuk bedah saraf, harus menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, kehadiran buku teks yang komprehensif akan memperkaya literasi tentang bedah saraf di Indonesia.
Hal itu mendasari penerbitan Ilmu Bedah Saraf Edisi VI yang ditulis ahli bedah saraf, Satyanegara. Buku ini diluncurkan pada Sabtu (10/11/2018), di Jakarta. Dalam penyusunan buku itu, Satyanegara dibantu 20 kontributor dokter spesialis bedah saraf.
Satyanegara mengatakan, sejumlah literasi tentang bedah saraf di Indonesia bersifat parsial dan hanya membahas penyakit tertentu. Sementara buku setebal 728 halaman ini menguraikan sejarah bedah saraf, penanganan penyakit yang berhubungan dengan saraf, hingga penerapan teknologi terbaru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
INSAN ALFAJRI UNTUK KOMPAS–Satyanegara, ahli bedah saraf, kembali meluncurkan Ilmu Bedah Saraf Edisi VI, Sabtu (10/11/2018), di salah satu hotel di Jakarta Utara. Buku ini disusun selama enam bulan dan melibatkan 20 dokter spesialis bedah saraf sebagai kontributor.
”Pada edisi VI ini, kami memasukkan pengetahuan tentang peranan robot dalam bedah saraf serta ulasan tentang intraoperative monitoring (IOM),” ujar Satyanegara.
Penggunaan robot dalam bedah saraf banyak ditemui pada pembedahan epilepsi dan tumor otak. Keunggulannya adalah meningkatkan akurasi, ketepatan lokasi, dan mengurangi tremor fisiologis operator (hal 687).
Sementara IOM, kata Satyanegara, adalah alat yang berfungsi untuk melindungi jaringan saraf ketika operasi berlangsung. ”Saat operasi, ada kabel yang ditempelkan ke pasien untuk mengetahui ada atau tidaknya fungsi saraf yang terganggu,” kata ahli bedah lulusan Universitas Tokyo, Jepang, ini.
Penulis buku ilmu bedah saraf pertama di Indonesia ini mengatakan, pembaruan literasi di bidang bedah saraf terus direvisi agar memberikan pengetahuan terkini. Buku ini tidak hanya bisa dibaca untuk kalangan praktisi atau akademisi bidang bedah saraf.
”Mahasiswa kedokteran yang sudah belajar bedah umum tetapi belum belajar bedah saraf pun bisa mempelajari pengetahuan terkait bedah saraf ini. Awam juga bisa memahami bedah saraf melalui sejarah bedah saraf yang ditulis di awal bab,” ujarnya.
INSAN ALFAJRI UNTUK KOMPAS–Peluncuran buku Ilmu Bedah Saraf Edisi VI, Sabtu (10/11/2018), di salah satu hotel di Jakarta Utara.
Dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Mayapada, Roslan Yusni (Ryu) Hasan, mengatakan, buku itu merangkum perkembangan dasar pengetahuan ilmiah dan teknik terkini di dalam bedah saraf.
Terbitnya edisi VI itu, kata Ryu, menambah kekayaan literatur bedah saraf di Indonesia. Terlebih, buku itu merupakan satu-satunya buku berbahasa Indonesia yang mengulas bedah saraf secara lengkap.
Di sisi lain, buku ini berfungsi sebagai referensi pembanding terhadap buku bedah saraf yang ditulis oleh para ahli dari luar negeri. Sebelum menentukan tindakan medis terhadap pasien, dokter akan memertimbangkan pendapat dari berbagai ahli. (INSAN ALFAJRI)–EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 12 November 2018