Teknologi aplikasi pada telepon pintar menjadi salah satu solusi di dalam pelestarian tempat bersejarah sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda. Kegiatan wisata bisa sekaligus menambah ilmu.
“Harus ada cara baru untuk mengemas cerita lama. Aplikasi wisata merupakan media yang cocok karena terkini dan bisa mengembalikan relevansi obyek-obyek sejarah yang telah lama terlupakan,” kata pendiri aplikasi iDiscover, Ester van Steekelenburg, pada peluncuran aplikasi iDiscover Citi Walks: Kota Tua di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Sabtu (4/2).
Di dalam aplikasi tersebut terdapat keterangan mengenai berbagai jalan dan lingkungan bersejarah ataupun unik di kawasan Kota Tua. Selain itu, juga ada petunjuk tentang rumah makan dan warung yang menjual penganan khas Jakarta serta sejumlah lokasi usaha rumahan penjual cendera mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain Jakarta, iDiscover juga sudah mengembangkan rute untuk Bandung, Yogyakarta, Magelang, Surabaya, serta Denpasar, dan Ubud di bali. Menurut van Steekelenburg, iDiscover juga akan dikembangkan di Kota Padang, Palembang, Medan, dan Ternate. Adapun dalam skala internasional, iDiscover juga beroperasi di Tiongkok dan Myanmar.
Van Steekelenburg mengatakan, pelestarian kawasan bersejarah sering kali tersandung masalah keuangan. Misalnya, gedung-gedung antik sudah terbengkalai sehingga tidak ada yang mau menggunakannya sebagai tempat usaha.
“Salah satu tujuan iDiscover ialah memberi nilai ekonomi pada kawasan yang punya nilai sejarah,” ujar Van Steekelenburg.
Sekadar merenovasi bangunan belum menyelesaikan permasalahan. Oleh sebab itu, seluruh warga di sekitar wilayah tersebut juga harus diberdayakan melalui promosi keunikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mereka lakukan.
Akurat
Dalam pembuatannya, iDiscover bekerja sama dengan mitra lokal. Mitra di Indonesia ialah Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI). Di kota-kota tempat iDiscover beroperasi, kerja sama juga dilakukan dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan komunitas pencinta sejarah. Selain itu, para pakar seperti akademisi dan tokoh masyarakat lokal juga dilibatkan.
Ketua BPPI Catrini Pratihari Kubontubuh mengatakan, dalam membuat narasi setiap tempat bersejarah selalu ada rembuk dengan tokoh lokal serta pakar sejarah dan arkeologi. “Hal ini agar keterangan yang tertulis di dalam aplikasi akurat,” ucapnya.
Kurasi tempat ataupun jenis UMKM yang dipromosikan dilakukan dengan cermat melalui forum diskusi bersama lembaga dan komunitas terkait. Mereka mengajukan daftar tempat ataupun unit-unit usaha yang dianggap pantas menjadi ciri khas wilayah tersebut. Diskusi kemudian mempertimbangkan dan menetapkan tempat yang betul-betul disepakati sebagai obyek yang unik dan hanya ada di wilayah tersebut.
Salah satu pengguna iDiscover, Gunawan, yang berprofesi sebagai desainer grafis, berpendapat bahwa kekurangan berbagai obyek wisata ialah minimnya keterangan mengenai sejarah tempat tersebut. “Sering kali, saya harus mencari di internet, biasanya melalui blog ataupun media sosial. Akan tetapi, tidak ada rujukan yang jelas tentang keakuratannya, bahkan satu blog bisa berbeda dengan yang lain,” tuturnya. (DNE)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Februari 2017, di halaman 14 dengan judul “Lestarikan dan Promosikan Obyek Sejarah”.