Konferensi Tak Hiraukan Data Badan Meteorologi

- Editor

Jumat, 5 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para pihak dalam Kerangka Kerja PBB untuk Konvensi Perubahan Iklim yang sedang bernegosiasi dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Lima, Peru, dinilai ”tidak mau mendengar”, tidak menghiraukan data iklim dari Badan Meteorologi Dunia.

Badan Meteorologi Dunia (WMO), Rabu (3/12), memberikan laporan sementara kondisi iklim global pada Pertemuan Para Pihak ke-20 tersebut.

Merespons laporan WMO tersebut, Kepala Balitbang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan, semua pihak tidak memperhatikan laporan itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Informasi tentang berbagai rekor panas bumi dan rekor lainnya tinggal rekor saja. Semua pihak tidak memperhatikannya,” ujarnya.

Sementara itu, Sekjen WMO Michel Jarraud mengatakan, ”Yang terjadi pada 2014 konsisten dengan perkiraan kami tentang akibat perubahan iklim. Rekor suhu panas yang baru dipadu dengan hujan lebat dan banjir menghancurkan kehidupan dan penghidupan. Apa yang tidak biasa dan menjadi tanda bahaya tahun ini adalah suhu tinggi yang meliputi area permukaan laut secara luas, termasuk di belahan bumi utara.”

Rekor tingginya emisi gas rumah kaca dan konsentrasi gas lainnya di atmosfer, kata Jarraud, membawa planet bumi ke arah ketidakpastian dan masa depan yang tidak ramah.

Perkiraan panas di laut pada Januari-Juni diukur pada kedalaman 700 meter dan 2.000 meter, yang kali ini tercatat mencapai suhu tertinggi. Sebesar 93 persen kelebihan energi panas yang terjebak di atmosfer oleh lapisan gas rumah kaca berakhir di laut.

Panas yang tersimpan di laut menjadi kunci memahami sistem iklim. Secara geografis, Indonesia berada di antara dua samudra besar dunia, Pasifik dan Atlantik. ”Semua rekor dilaporkan dan dicatat, tetapi perundingan global tetap seperti itu. Tidak bergerak maju,” ujar Edvin, yang makalahnya pernah menjadi bahan laporan Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), acuan pada UNFCCC.  (ISW)

Sumber: Kompas, 5 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Kekeringan di Selatan Ekuator, Wilayah Lainnya Terancam Banjir
Suhu Global Mendekati Ambang Kritis
Pandemi Covid-19 yang Membersihkan Bumi
87.000 Kilometer Persegi Kriosfer di Bumi Menyusut Setiap Tahun
Mobilisasi Pendanaan Iklim Butuh Kreativitas
Perubahan Iklim Picu Kebakaran Hebat
Suar Pengatur Hujan
Intensitas Hujan Lebih Ringan, Banjir di Jakarta dan Sekitarnya Meluas
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 21 Juli 2020 - 14:15 WIB

Kekeringan di Selatan Ekuator, Wilayah Lainnya Terancam Banjir

Jumat, 17 Juli 2020 - 15:13 WIB

Suhu Global Mendekati Ambang Kritis

Rabu, 27 Mei 2020 - 12:52 WIB

Pandemi Covid-19 yang Membersihkan Bumi

Jumat, 8 Mei 2020 - 17:30 WIB

87.000 Kilometer Persegi Kriosfer di Bumi Menyusut Setiap Tahun

Rabu, 15 April 2020 - 12:04 WIB

Mobilisasi Pendanaan Iklim Butuh Kreativitas

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB