Pendidikan kesehatan pribadi dan gerakan pola hidup sehat di sekolah menengah perlu diajarkan. Saat ini, banyak anak usia remaja atau yang duduk di bangku sekolah menengah terserang berbagai penyakit terkait pola makan. Penyakit itu sebelumnya hanya diderita orang dengan usia di atas 40 tahun. Pendidikan kesehatan pribadi juga memberikan pemahaman kepada siswa tentang kesehatan reproduksi.
Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) Kornelius Kodi Mete, di Kupang, Rabu (6/12), mengatakan, di Rumah Sakit Umum Prof WZ Yohannes Kupang, ada dua remaja yang menjalani cuci darah karena gagal ginjal, sementara di poliklinik penyakit dalam belasan remaja mengalami tekanan darah tinggi, kolesterol, diabetes, dan jantung. Mereka adalah siswa SMA/SMK.
”Hal ini memperlihatkan pola makan dari kelompok remaja ini tidak sesuai tuntutan kesehatan. Anak usia remaja jika diberi porsi makan berlebihan, kondisi fisik cepat mengalami kegemukan atau obesitas,” kata Kodi Mete.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Karena itu, pendidikan kesehatan pribadi, termasuk pola makan, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, kanker serviks, dan penyakit lain yang menyerang seseorang terkait dengan pola makan, gaya hidup, dan pergaulan bebas, perlu diajarkan di sekolah-sekolah, terutama sekolah menengah pertama. Pendidikan kesehatan reproduksi pun sangat penting bagi generasi muda,” lanjutnya.
Kodi Mete berbicara pada pembekalan masyarakat cerdas menggunakan obat bagi pemegang kebijakan. Acara ini dihadiri petugas medis dan paramedis, penyuluh KB, serta petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan dari 22 kabupaten/kota di NTT.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA–Kepala Dinas Kesehatan NTT Kornelis Kodi Mete memberikan pemaparan tentang kecerdasan masyarakat menggunakan obat dan cerdas mengatur pola makan di hadapan petugas medis dan paramedis di Kota Kupang. Banyak anak remaja menderita berbagai penyakit, termasuk obesitas karena pola makan tidak sesuai.
Ia menyebutkan, selain pendidikan kesehatan di sekolah, orangtua pun harus menjaga pola makan anak remaja. Mencintai anak tidak harus dengan memberikan porsi makan berlebihan bagi seorang remaja. Apalagi, menu makan yang diberikan setiap hari tidak berubah.
Orangtua pun harus menjaga pola makan anak remaja. Mencintai anak tidak harus dengan memberikan porsi makan berlebihan bagi seorang remaja.
Petugas gizi dari Puskesmas Oesapa Kota Kupang, Yeni Haning, mengatakan, kebanyakan remaja dari keluarga mampu memiliki bobot badan tak sebanding dengan usia dan tinggi badan. Seorang remaja usia 13 tahun dengan bobot 50 kg dan tinggi badan 65 cm mudah terserang penyakit yang diderita orang dewasa usia 40 tahun ke atas, seperti asam urat, diabetes, jantung, dan kolesterol.
”Dulu, penyuluhan tentang gizi anak hanya diprioritaskan bagi anak usia di bawah lima tahun. Tetapi sekarang, penyuluhan itu perlu juga diberikan di sekolah menengah oleh ahli gizi,” ucap Yeni.
”Jika bukan ahli gizi, guru biologi atau olahraga dan sejenisnya harus mengajarkan siswa tentang pola makan yang sehat. Jika guru tidak punya pengetahuan tentang hal itu, pihak sekolah bisa mendatangkan ahli gizi di sekolah itu,” lanjutnya.–KORNELIS KEWA AMA
Sumber: Kompas, 6 Desember 2017