kemaritiman; Perkuat Riset dan Industri Pendukung

- Editor

Jumat, 31 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fokus pemerintah mengembangkan sektor maritim, di antaranya dengan perbaikan jaringan pelayaran ”tol laut”, perlu diikuti perbaikan industri pendukung berbasis riset kuat. Jika tidak, Indonesia hanya akan menjadi penonton.

”Rencana mengoptimalkan jalur pelayaran dari Aceh sampai Papua lewat tol laut harus diperjelas konsepnya. Jalur pelayaran Indonesia sudah dibuka semua, mulai timur ke barat. Jadi, masalah sebenarnya bukan jalur, melainkan dukungan infrastruktur transportasinya,” papar Erwandi, Kepala Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (30/10).

Tanpa memperkuat industri pembuatan kapal dan sistem pelayaran, Indonesia hanya akan menjadi penonton. ”Sekarang saja, pemilik kapal banyak orang asing,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dominasi pelayaran asing tampak dari muatan kapal asing pengangkut barang dari dan ke luar negeri, yang menguasai muatan 92,5 persen dengan total muatan 322,5 juta metrik ton. Adapun muatan dalam negeri, kapal asing menguasai 50 persen dari total angkutan barang.

Data Guru Besar Kelautan Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri menunjukkan, sejak 1987, Indonesia menghabiskan devisa rata-rata 16 miliar dollar AS per tahun guna membayar jasa armada kapal asing untuk ekspor-impor ataupun pelayaran antarpulau di Indonesia. Padahal, potensi pemasukan pelayaran di Indonesia amat besar.

Selain melayani kepentingan dalam negeri, jalur pelayaran Nusantara juga potensial meraup devisa dari pelayaran lintas negara. Data Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) 2010, sekitar 45 persen komoditas yang diperdagangkan di dunia—senilai 1.500 triliun dollar AS per tahun—diangkut melalui laut Indonesia.

Peluang industri pembuatan kapal dalam negeri, menurut Erwandi, sangat tinggi seiring terus naiknya kebutuhan atas kapal. Diperkirakan, lima tahun terakhir kapal yang beroperasi di perairan nasional naik dari 6.000 unit menjadi 12.000 unit dengan nilai masing-masing unit Rp 200 miliar hingga Rp 500 miliar.

Permintaan atas kapal pun akan terus meningkat. ”Namun, industri perkapalan Tanah Air sulit berkembang. Industri ini butuh minimal 200 unit industri komponen atau dua kali lipat dari yang ada sekarang,” katanya.

Sementara itu Kepala Balai Dinamika Pantai BPPT Rahman Hidayat mengingatkan pentingnya peningkatan riset-riset dasar dan terapan di bidang kemaritiman. ”Kami baru kirim 20 ahli ke Korea Selatan untuk alih teknologi membangun kapal selam. Bandingkan dengan Korsel yang mengirim 400 doktornya ke Jerman saat awal membangun kapal selamnya,” ungkapnya.

Rahman berharap pemerintah tak hanya memikirkan pembangunan lima tahun dan mengejar proyek instan, misalnya memenuhi kebutuhan tol laut dengan impor kapal besar-besaran. ”Kita harus memiliki visi jauh ke depan dan itu dibutuhkan investasi di bidang sumber daya manusia,” tuturnya. (AIK)

Sumber: Kompas, 31 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB