Kemandirian Iptek; SDM Lokal Minim pada Rancang Bangun

- Editor

Selasa, 4 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penggunaan komponen dalam negeri pada proyek-proyek pembangunan rendah. Salah satu penyebabnya, minimnya keterlibatan insinyur-insinyur nasional pada sektor rancang bangun proyek. Proyek-proyek berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 menjadi peluang memperbesar porsi keterlibatan.
“Rancang bangun semaksimal mungkin oleh ahli-ahli kita belum terlalu diberdayakan,” tutur Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo pada seminar nasional “Kebangkitan Industri Nasional Berbasis Kemampuan Iptek Anak Bangsa” di Jakarta, Senin (3/8). Kegiatan rancang bangun hanya menghabiskan 2-5 persen anggaran proyek, tetapi perancang menentukan industri-industri yang bakal terlibat dalam seluruh proyek.

Jika ahli dalam negeri yang mengerjakan rancang bangun, spesifikasi kebutuhan untuk proyek bisa disesuaikan produk lokal sehingga industri dalam negeri berpeluang terlibat pengadaan peralatan dan pembangunan. Dampaknya, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di proyek- proyek pemerintah lima tahun mendatang bisa meningkat.

PB100061Sektor ketenagalistrikan, misalnya, pemerintah memperkirakan penyerapan konten lokal bisa 40 persen atau setara Rp 440 triliun di proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt lima tahun mendatang. Nilai total proyek Rp 1.100 triliun. Data Kementerian Perindustrian, TKDN pada proyek ketenagalistrikan 10.000 MW tahap I dan II yang lalu kurang dari 20 persen (Kompas, 6/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk meningkatkan TKDN, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil mendesain turbin pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) berkapasitas 3 megawatt. Turbin dibuat PT Nusantara Turbin dan Propulsi. Pembangunan PLTPB di Kamojang, Jabar, serta melibatkan PT Pindad untuk pembuatan generator dan PT Boma Bisma Indra untuk kondensor.

“Pengerahan kemampuan beberapa industri strategis ini meningkatkan TKDN hingga 68 persen,” ujar Taufan Surana, Kepala Program Pengembangan Energi Panas Bumi Skala Kecil BPPT.

Saat ini, komponen yang belum dapat dibuat dalam negeri antara lain sistem kontrol elektronik dan sistem katup. Material turbin juga masih diimpor.

Menurut rencana, akhir tahun ini, PLTPB akan diresmikan pembangunannya. Pengujian pembangkit dilaksanakan sejak tahun 2014. Pengoperasiannya direncanakan tahun 2016.

BPPT juga mengupayakan peningkatan TKDN sektor karet. Untuk meningkatkan serapan karet lokal, 13 kementerian, termasuk perindustrian, perdagangan, dan pertanian, mendukung keluarnya inpres terkait. Direktur Teknologi Material BPPT Eniya Listiani Dewi menjelaskan, sekitar 80 persen karet mentah diekspor, sisanya dikonsumsi dalam negeri sebatas untuk produk kesehatan dan sarung tangan.

“BPPT dalam lima tahun ini akan merancang bangun industri ban pesawat,” kata Eniya. Dalam hal ini, formulasi senyawa polimer ban akan dihasilkan dan direkomendasikan pada industri ban di Indonesia.

Indroyono menuturkan, kemampuan ahli dalam negeri terbukti pada Megaproyek Pertamina Terintegrasi di Banggai, Sulawesi Tengah, yang diresmikan Minggu lalu. Total investasi Rp 75,4 triliun. “Keseluruhan rancang bangun dilakukan ahli dalam negeri, termasuk perusahaan nasional. Jika ini bisa, sektor-sektor lain pasti juga bisa,” ujarnya.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mendorong peningkatan kerja sama industri dan lembaga penelitian agar banyak hasil riset dikomersialisasikan. “Masalah selama ini, riset peneliti belum tentu bisa digunakan industri. Sebaiknya, riset berangkat dari kebutuhan industri,” katanya.(YUN/JOG)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “SDM Lokal Minim pada Rancang Bangun”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB