Program Kelistrikan 35.000 MW Minim Komponen Lokal

- Editor

Minggu, 11 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Program pembangunan kelistrikan 35.000 megawatt hingga tahun 2019 membutuhkan beragam komponen pembangkit. Namun, kebutuhan itu tak dapat dipenuhi industri dalam negeri yang hanya mampu memenuhi 20 persen jenis komponen.

Rendahnya suplai komponen kelistrikan, terutama turbin pembangkit, karena kemampuan rancang bangun industri nasional terbatas. Untuk mendorong peran sumber daya lokal, perlu kerja sama semua pihak, antara lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT PLN (Persero), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan asosiasi industri turbin.

Hal itu terangkum dalam diskusi kelompok terfokus bertema “Kajian Kemampuan Industri Turbin di Indonesia” yang diprakarsai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, di Jakarta, Rabu (7/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hingga kini, kemampuan sumber daya lokal sebatas pada desain dan rancang bangun berkapasitas kecil, yakni di bawah 50 MW. Industri lokal umumnya belum mampu memproduksinya. “Hanya beberapa industri yang memproduksi berdasarkan lisensi,” kata Kepala Unit Teknologi Industri Manufaktur BPPT Barman Tambunan.

Sejak 2008, BPPT mengembangkan rancang bangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) siklus biner kapasitas 2 kilowatt (KW) dengan fluida hidrokarbon dan mengembangkan prototipe PLTP skala kecil 2 KW. Pada 2012, dibangun proyek percontohan 100 KW dan pengembangan PLTP memakai turbin kondensor kapasitas 2-5 MW hingga 2013.

Untuk PLTU di bawah 50 MW, aspek desain alat untuk desain teknik dan desain detail telah dikuasai. Adapun untuk kapasitas PLTU di atas 50 MW baru studi kelayakan dan keteknikannya. “Kemampuan desain ini hendaknya diserap industri nasional untuk diproduksi,” kata Barman.

Menurut Idwan Suhardi, mantan Staf Ahli Menristek, pendayagunaan sumber daya lokal untuk pembangunan pembangkit bisa dengan membentuk konsorsium terkait aspek regulasi, riset, produksi, dan pembangunan pembangkit. Kerja sama bisa dijalin Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, PLN, dan BPPT.

Teknologi turbin
Salah satu komponen utama sistem pembangkit yang perlu dikuasai teknologinya adalah turbin yang berfungsi mengubah energi potensial menjadi tenaga mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan turbin lalu diubah jadi listrik oleh generator.

Pengadaan teknologi turbin pembangkit memengaruhi kelayakan ekonomi sistem pembangkit. Karena itu, keterlibatan industri nasional memenuhi komponen turbin pada pembangunan kelistrikan bernilai strategis dalam ekonomi nasional.

Langkah awal program kelistrikan skala besar dimulai sejak program kelistrikan 10.000 MW tahap I dan II. Meski industri barang modal dalam negeri berperan dalam dua tahap proyek itu, capaian rata-rata tingkat komponen dalam negeri (TKDN) baru 20 persen.

Industri barang modal dalam negeri sebenarnya mampu mendukung pembangunan infrastruktur kelistrikan di Indonesia. Jika industri itu aktif merealisasikan proyek listrik 35.000 MW, dalam lima tahun ke depan itu akan meningkatkan TKDN 40 persen.

Karena itu, pemerintah berperan mengembangkan instrumen kebijakan yang menumbuhkan motivasi, memberikan stimulasi, dan fasilitas. Pemerintah juga perlu menciptakan iklim kondusif bagi penerapan sistem itu.

Direktur Sistem Inovasi Kemenristek Dikti Ophirtus Sumule memaparkan, kajian identifikasi kemampuan industri turbin di Indonesia perlu dilakukan. Tujuannya, mengetahui pemanfaatan teknologi pembangkit, khususnya turbin. (YUN)
—————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Oktober 2015, di halaman 14 dengan judul “Program Kelistrikan 35.000 MW Minim Komponen Lokal”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Senin, 14 Juli 2025 - 16:21 WIB

Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB