Ilmuwan Inggris Kembangkan Teknik Kemoterapi Tepat Sasaran

- Editor

Senin, 16 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selama ini kemoterapi kadangkala gagal karena obat-obatan tidak tertuju langsung ke sel kanker. Namun, ilmuwan di Inggris mengembangkan teknik agar obat-obatan kemoterapi dapat tepat menuju sasaran sel kanker. Pada masa depan, temuan ini dapat membantu dokter memutuskan cara terbaik kemoterapi untuk pasien kanker.

–Anggota organisasi nirlaba FSG Tunas Bangsa menggelar aksi memperingati Hari Kanker Anak Internasional di kawasan Titik Nol, Yogyakarta, Minggu (15/2/2015). –Kompas/Ferganata Indra Riatmoko (DRA)

Teknik tersebut dilaporkan dalam penelitian berjudul “Heterogenitas dalam Ikatan Tumor Chromatin-Doxorubicin Diungkap Oleh Endomikroskopi Konfokal Pencitraan Fluoresensi Seumur Hidup In Vivo”. Penelitian dimuat dalam jurnal Nature 9 Juli 2018 yang dipublikasikan sciencedaily.com 12 Juli 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejumlah peneliti yang terlibat di antaranya Hugh Sparks dan Erik Sahai dari Laboratorium Biologi Sel Tumor, Francis Crick Institute, London, serta Gordon Kennedy dari Departemen Fisika, Imperial College, London.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegagalan kemoterapi untuk mencapai semua sel kanker. Untuk mempelajari masalah ini secara mendetail diperlukan teknik untuk mengukur secara akurat seberapa baik obat mengikat target mereka, yang disebut ikatan target-obat, di dalam tubuh.

–Petugas Museum Kanker Indonesia (MKI) Deanandya mengamati jaringan kanker pada saat Hari Kanker Sedunia, Surabaya, Rabu (4/2/2015). melalui koleksi yang dipamerkan termasuk jaringan kanker di MKI pengunjung mendapat informasi secara lengkap tentang serba-serbi kanker berikut cara pencegahannya.–Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)

Teknik yang ada tidak dapat menunjukkan sel mana yang telah ditargetkan oleh obat kanker. Hal itu karena pengukuran diambil dari biopsi-biopsi kanker yang dicairkan, sehingga material dari sel-sel yang berbeda dicampur bersama.

Para peneliti tersebut telah mengembangkan cara untuk mengukur dan memvisualisasikan keterlibatan target obat dari sel-sel individual di dalam tumor, menggunakan miniatur mikroskop fluoresensi. Penelitian yang dilakukan mereka masih dilakukan pada tikus. Teknik yang dikembangkan memungkinkan mereka untuk mengukur seberapa baik obat kanker mencapai targetnya di dalam tubuh. Temuan ini mengungkapkan sel mana yang berinteraksi dengan obat dan sel mana yang gagal dijangkau oleh obat.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi istri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mufidah Jusuf Kalla dan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berbicara dalam diskusi Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara di Gedung Sujudi Kementerian Kesehatan Jakarta, Senin (17/4/2017).

Cara teknik ini bekerja adalah dengan mencitrakan interaksi antara dua molekul peka cahaya. Dalam studi ini, tim memberi label DNA di dalam sel kanker dengan protein fluoresensi hijau, yang dapat mentransfer energi ke doxorubicin, yang sensitif terhadap cahaya ketika cukup dekat obat kemoterapi. Peneliti menghitung efisiensi transfer energi ini untuk menentukan ikatan antara obat dan DNA sel kanker yang berbeda secara langsung.

Dengan menggunakan teknik mereka, peneliti memetakan bagaimana obat kemoterapi doxorubicin (Adriamycin) menargetkan sel kanker ovarium pada tikus yang hidup.

Hasilnya, mereka menemukan variasi yang signifikan dalam ikatan obat-target antara sel-sel dalam tumor tunggal dan antara tumor yang berbeda. Mereka juga menemukan bahwa ikatan target-obat lebih baik ketika doxorubicin diberikan melalui injeksi perut daripada intravena, metode yang saat ini disukai untuk dokter yang merawat pasien di banyak klinik.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Petugas medis menganalisis hasil rontgen kanker paru pasien yang menjalani perawatan di Klinik Paru RSUP Persahabatan Jakarta, Jumat (3/3/2017). Sebanyak 90 persen pasien dengan kanker paru memiliki riwayat sebagai perokok.–Kompas/Wawan H Prabowo (WAK)

Temuan menunjukkan menunjukkan bahwa dalam tikus model, pengiriman doxorubicin melalui darah tidak mencapai semua sel targetnya di dalam tubuh, yang dapat membantu menjelaskan mengapa obat kemoterapi ini hanya efektif pada beberapa pasien kanker. Sebaliknya, memberikan obat secara langsung ke dalam perut yang berdekatan dengan tumor ovarium meningkatkan ikatan obat kemoterapi dengan sel targetnya. Akan tetapi hal itu masih belum cukup untuk membunuh sel kanker.

“Jika kita tahu bahwa obat kanker tertentu tidak mencapai semua sel dalam tumor, mungkin kita perlu menemukan cara untuk meningkatkan pengiriman obat di seluruh tumor. Sebaliknya, jika kita tahu obat dapat terikat dengan sel targetnya tetapi masih belum cukup efektif, mungkin obat yang berbeda atau kombinasi obat harus dicoba dieksplorasi,” kata Erik Sahai.

–Peneliti memeriksa sampel untuk deteksi kanker di laboratorium isolasi RNA/DNA di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) di Tangerang, Banten, Senin (30/1/2012). Selain penelitian kanker, MRIN juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit hepatitis B yang berpotensi menyebabkan sirosis dan kanker hati.–Kompas/Iwan Setiyawan (SET)

Kegagalan terapi kanker ini antara lain dikemukakan sejumlah peneliti, termasuk Caitriona Holohan dari Pusat Penelitian Kanker dan Biologi Sel, Universitas Queen Belfast, Inggris. Dalam penelitian berjudul “Resistensi Obat Kanker: Paradigma Yang Berkembang” itu dimuat dalam jurnal Nature tahun 2013.

Holohan dan kawan-kawan mengemukakan, ketahanan tumor terhadap kemoterapi dan terapi yang ditargetkan secara molekuler membatasi efektivitas terapi kanker saat ini. Toksisitas pada jaringan normal membatasi jumlah obat yang dapat diberikan secara sistemik, dan efek farmakokinetik membatasi jumlah obat yang mencapai tumor. “Pada tingkat tumor, berbagai mekanisme resistensi dapat beroperasi, seperti peningkatan penghabisan khasiat obat atau mutasi target obat,” tulis Holohan dan kawan-kawan.–SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 15 Juli 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB