Gerhana Matahari Dibayangi Hujan

- Editor

Jumat, 12 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BMKG Siapkan Siaran Langsung Lewat Internet
Fenomena langka istimewa gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 dibayangi curah hujan di sejumlah daerah, khususnya Indonesia bagian barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan hujan berintensitas ringan hingga tinggi.

Perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Fisika (BMKG), daerah seperti Bengkulu, Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, dan Ternate akan hujan saat gerhana matahari total (GMT), Rabu (9/3). Namun, perkiraan tersebut masih dapat berubah hingga BMKG merilis data curah hujan pada awal Maret.

Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, intensitas curah hujan yang akan terjadi bervariasi. “Bengkulu, Palembang, Tanjung Pandan, dan Palangkaraya masih ada kemungkinan hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi,” ujarnya saat konferensi pers, Kamis (11/2), di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Andi menyebutkan, GMT merupakan fenomena langka dan bernilai ilmiah tinggi. “Mudah-mudahan tidak hujan karena visual gerhana matahari total itu menarik sekali,” katanya. Seperti diberitakan, dari daratan, GMT kali ini hanya dapat dinikmati di 12 provinsi di Indonesia. Tidak ada di tempat lain di dunia sehingga banyak peneliti, turis, hingga pemburu gerhana datang ke Indonesia.

Data BMKG, magnitudo GMT mencapai angka 1 (matahari tertutup 100 persen) di sejumlah daerah, seperti Palembang di Sumatera Selatan dan Palangkaraya di Kalimantan Tengah. Sementara itu, kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya berada pada magnitudo 0,85 hingga 0,9. Artinya, luasan tutupan GMT 85 persen dan 90 persen.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo mengatakan, tingkat keterlihatan GMT dapat terpengaruh hujan. “Kalau gerimis mungkin masih terlihat jelas, tetapi saat hujan deras bisa saja tidak terlihat,” ujarnya.

Saat GMT, BMKG akan meneliti melalui 179 stasiun di seluruh Indonesia. Penelitian tersebut mencakup berbagai aspek, seperti visual GMT, gravitasi, dan medan magnet bumi. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan adalah pasang surut, suhu dan kelembaban, serta radiasi matahari.

BMKG menyebut, saat GMT terjadi, masyarakat dapat melihat langsung secara aman. Namun, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tidak melihat langsung dalam jangka waktu lama saat terjadi gerhana sebagian atau masih ada sisa cahaya terang. Pada gerhana sebagian, cahaya matahari akan berintensitas tinggi sehingga dapat merusak retina mata.

Siaran daring
Di tengah tingginya minat masyarakat menuju daerah yang dilintasi GMT, sementara tiket dan hotel tujuan habis dipesan, BMKG menyediakan fitur menonton secara langsung melalui internet dan gratis.

Saat GMT, BMKG akan mengamati dengan teleskop yang dihubungkan ke komputer akuisisi. Data itu diteruskan secara daring (online) ke laman BMKG. Masyarakat dapat mengaksesnya di mana saja melalui laman www.bmkg.go.id.

f51a574e20704a3c8af6c6b711730b99KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menjelaskan fenomena gerhana matahari total dan prediksi cuaca saat gerhana pada 9 Maret 2016 di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (11/2). Kondisi cuaca pada awal Maret 2016 diperkirakan didominasi awan hujan untuk wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.

“Lokasi streaming dipusatkan di Palu karena Presiden Joko Widodo kemungkinan akan berada di sana,” ujar Yunus.

GMT merupakan fenomena alam saat posisi matahari, bulan, dan bumi terletak pada satu garis lurus. Efek dari posisi itu adalah sebagian permukaan bumi terkena bayangan gelap bulan dan tidak disinari matahari. Kali ini, lamanya rata-rata 2 menit.

GMT akan melintasi sejumlah provinsi, seperti Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. (C08)
——————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Gerhana Matahari Dibayangi Hujan”.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB