Universitas Sultan Ageng Tirtayasa resmi memiliki fakultas kedokteran. Pendidikan kedokteran di sini akan fokus mengatasi permasalahan kesehatan di provinsi Banten, mulai dari masalah fasilitas sanitasi hingga ke penyakit infeksius seperti malaria dan tuberkulosis.
Izin pendirian fakultas kedokteran diberikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir kepada Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Sholeh Hidayat di kampus utama Untirta di Serang, Banten pada hari Jumat (10/5/2019). Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Banten Wahidin Halim dan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir memberi kuliah mengenai peran perguruan tinggi di Era Industri 4.0 sekaligus meresmikan izin Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Idealnya, setiap provinsi memiliki perguruan tinggi dengan fakultas kedokteran agar bisa menyelesaikan masalah-masalah kesehatan setempat. Ini merupakan kerja keras yang harus kita kejar bersama,” kata Nasir.
Fakultas Kesehatan (FK) Untirta diharapkan memberi andil membenahi layanan kesehatan dan mendorong peningkatan fasilitas kesehatan di Banten. Nasir mencontohkan pengalaman mendampingi Presiden Joko Widodo ke wilayah Tanjung Lesung dan mendapati banyak pemukiman di sana belum memiliki sarana mandi, cuci, dan kakus.
Adapun kampus FK Untirta akan berada di Cilegon, satu kompleks dengan Fakultas Teknik. Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon bertindak sebagai fasilitas kesehatan pendidikan yang akan menjadi laboratorium dan tempat praktik mahasiswa kedokteran Untirta.
Diampu UI
Sebagai FK baru, Untirta akan diampu oleh FK Universitas Indonesia (UI). Dekan FK UI Ary Fachrial Syam menjelaskan, para dosen UI akan mendampingi dosen-dosen kedokteran Untirta yang baru direkrut perguruan tinggi ini. Selama lima tahun ke depan, setiap kelas di FK Untirta akan diajar oleh dua orang dosen, satu dari Untirta dan satu dari UI.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ary Fachrial Syam pada acara pemberian izin Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten, Jumat (10/5/2019). FK UI akan menjadi pengampu FK Untirta selama lima tahun ke depan.
“Pada pertemuan awal, dosen FK UI yang memberi kuliah sementara dosen FK Untirta mengamati. Pertemuan berikutnya baru dosen Untirta mengajar dan dosen UI mengawasi untuk memberi umpan balik,” tuturnya.
Selain mengajar, FK UI juga akan melakukan seleksi mahasiswa baru untuk FK Untirta. Ary menjelaskan, tes masuk FK Untirta dilakukan melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer dan seleksi mandiri yang kemudian diikuti ujian teori kedokteran dasar serta wawancara.
Kuota angkatan pertama adalah 50 orang. Sebanyak 40 orang mahasiswa baru akan dipilih dari pelamar yang tercatat sebagai penduduk Banten. Sisa 10 orang dibuka untuk peserta dari wilayah luar Banten. Meskipun begitu, tidak ada tindakan afirmatif karena mutu mahasiswa FK tidak boleh diturunkan.
Dari sisi kurikukum, Ary menjelaskan akan mengembangkan studi penyakit menukar seperti malaria dan tuberkulosis yang masih marak di Banten. Selain itu, juga akan memerhatikan angka orang dengan HIV/Aids yang meningkat serta risiko penyakit di kawasan industri.
“FK UI juga akan menjadi tempat para dosen FK Untirta yang belum pascasarjana untuk mengambil S2, S3, juga spesialis,” ujarnya. Setelah lima tahun dan FK Untirta meluluskan wisudawan angkatan pertama, pengampuan akan berakhir.
Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan, setiap tahun pemerintah provinsi merekrut 200 tenaga honor kedokteran untuk disebar ke seantero Banten. Akan tetapi, sukar untuk mendapatkan tenaga spesialis. Untuk menyekolahkan dokter yang ada agar bisa jadi spesialis terkendala batasan umur maksimal 35 tahun.
“Jika aturan pendidikan untuk mengambil spesialis batas umur maksimalnya dinaikkan menjadi 40 tahun akan amat membantu provinsi seperti Banten memenuhi kebutuhan dokter spesialis,” ucapnya.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Editor EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 11 Mei 2019