Dorong Standardisasi Buah di Indonesia

- Editor

Kamis, 14 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia memiliki beragam buah eksotik dengan rasa khas dan enak. Namun, buah itu tak laku di pasaran internasional karena tak berstandar. Jadi, standardisasi buah penting, bukan hanya untuk hasil panen dan mutu produk pascapanen, melainkan juga bibit serta standar penanamannya.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir menyatakan itu pada peresmian Pusat Industri Bibit Buah Nusantara di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Selasa (12/12). Pusat bibit buah pertama di Indonesia itu didirikan Institut Pertanian Bogor lewat program industri rintisan Kemristek dan Dikti bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Subang dan PT Perkebunan Nusantara VIII.

Acara itu dihadiri Dirjen Penguatan Inovasi Kemristek dan Dikti Jumain Appe, Rektor IPB Herry Suhardiyanto, Bupati Subang Imas Aryuningsih, dan Direktur Botani Seed Indonesia Dadang Syamsul Munir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Nasir mencontohkan pentingnya standardisasi jeruk. ”Jeruk ada beragam jenis, berkulit hijau atau kuning, tingkat kematangannya berbeda. Ada yang hijau sudah matang dan enak. Ini perlu standardisasi. Masyarakat tak tahu kematangannya,” ujarnya.

Jeruk ada beragam jenis, berkulit hijau atau kuning, tingkat kematangannya berbeda. Ada yang hijau sudah matang dan enak. Ini perlu standardisasi.

Buah yang dipasarkan biasanya manis. Namun, pasar ekspor tak selalu minta yang manis. ”Survei pasar penting,” katanya.

Di luar negeri, ada standar produk buah, tetapi di Indonesia belum ada. Standardisasi buah perlu ditangani Badan Standardisasi Nasional. Namun, riset proses mutu harus dimulai di pusat riset. ”Jadi, dijual di mana pun memiliki harga sama. Selain itu, bibit ditanam di mana pun harus bermutu sama,” ucapnya.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA–Pengepul memilih buah durian yang akan dijual warga di Pasar Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/11/2017).

Menurut Dadang, beragam jeruk terstandardisasi bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika di Malang. Selama ini penerapan panduan standar pembibitan buah tak jalan karena berbasis lahan pekarangan.

Lima jenis
Untuk pengembangan industri bibit buah tahun ini, Jumain Appe menambahkan, Kemristek dan Dikti menyediakan anggaran Rp 8,1 miliar. Program rintisan tahun ini untuk pengembangan bibit di lahan seluas 5 hektar. Tahun depan anggaran akan dinaikkan bagi pembibitan di lahan 10 hektar. Lahan untuk pusat industri bibit buah ini 25 hektar.

Produksi bibit buah tropika, kata Herry, dengan memperbanyak biji dan teknik sambung pucuk. Pendanaan dari Kemristek dan Dikti untuk investasi sarana produksi seperti embung untuk stok air. (YUN)

Sumber: Kompas, 13 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB