Betelgeuse Meredup dan Berpeluang Menjadi Supernova

- Editor

Senin, 6 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Betelgeuse, bintang raksasa merah, meredup hingga kecerlangannya turun 60 persen dari kecerlangan semula. Itu memunculkan prediksi bahwa bintang berumur 8,5 juta tahun itu menjelang supernova atau meledaknya bintang.

KOMPAS/ESO/DIGITIZED SKY SURVEY 2/DAVIDE DE MARTIN–Citra bintang Betelgeuse yang diperoleh dari Digitized Sky Survey 2 (DSS2). Betelgeuse adalah bintang terterang di rasi Orion dan bintang paling terang ke-10 di langit malam.

Betelgeuse merupakan bintang terterang ke-10 di langit malam dan bintang paling terang di rasi Orion. Ia adalah bintang raksasa merah, jari-jarinya 900-1.000 kali jari-jari matahari, tetapi massanya 12 kali massa matahari. Selama beberapa dekade terakhir, Betelgeuse meredup hingga kecerlangannya turun 60 persen dari kecerlangan semula.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Masyarakat Jawa mengenal Orion sebagai Lintang Waluku. Keberadaan rasi ini mudah dikenali dari deretan tiga bintang terang di dalamnya, Alnitak, Alnilam, dan Mintaka. Dulu, kemunculan rasi ini di langit timur selepas matahari tenggelam jadi tanda datangnya musim tanam padi.

KOMPAS/KOMPAS–Masyarakat Jawa mengenal rasi Orion, tempat bintang Betelgeuse berada, sebagai Lintang Luku atau Waluku. Dulu, kemunculan rasi ini di langit timur selepas Matahari tenggelam menjadi tanda datangnya musim panen padi.

Meredupnya cahaya Betelgeuse menjadi perhatian serius astronom. Sebenarnya, sebagai bintang variabel, redup dan terangnya sebuah bintang adalah hal alami.

Namun, peredupan cahaya Betelgeuse beberapa tahun terakhir di luar batas wajar. Kondisi itu memunculkan prediksi bahwa bintang berumur 8,5 juta tahun itu sedang dalam kondisi menjelang supernova atau meledaknya bintang sekaligus sebagai tanda matinya bintang.

KOMPAS/ALMA (ESO/NAOJ/NRAO)/E. O’GORMAN/P. KERVELLA–Citra bintang raksasa merah Betelgeuse yang diambil dengan teleskop radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Betelgeuse memiliki radius 900-1.000 kali radius Matahari atau ukurannya sebesar hingga orbit Jupiter mengelilingi Matahari. Namun massa Betelgeuse hanya 12 kali massa Matahari.

Jika Betelgeuse jadi supernova, maka ia akan menjadi supernova terdekat yang diamati dan dicatat manusia karena jaraknya hanya 642,5 tahun cahaya. Supernova sebelumnya tercatat dalam peradaban manusia modern terjadi pada tahun 1054 Masehi yang kini menjadi Nebula Kepiting dan berjarak 6.523 tahun cahaya.

“Ledakan supernova Betelgeuse akan jadi sangat terang hingga sulit melihat bintang di dekatnya,” kata Edward Guinan, astronom dan astrofisikawan di Universitas Villanova, Amerika Serikat kepada space.com. Jumat (3/1/2020).

SKYANDTELESCOPE.COM-ARCHIVE.ARAMCOWORLD.COM-+Betelgeuse dan rasi orion dalam mitologi Romawi/Yunani (kiri) dan Arab (kanan).

Sulit diprediksi
Meski demikian, kapan Betelgeuse akan meledak menjadi supernova sulit diprediksi. Dalam teori evolusi bintang, bintang seukuran Betelgeuse akan mengakhiri hidupnya dengan meledak. Namun apakah peredupan kali ini akan jadi tanda akan meledaknya Betelgeuse masih sulit diprediksi.

“Hingga kini belum ada pengamatan yang amat dekat menjelang terjadinya supernova,” tambah Sarafina Nance, peneliti Betelgeuse dan ledakan bintang yang juga mahasiswa pascasarjana di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat.

KOMPAS/ESO/L. CALCADA–Betelgeuse adalah bintang raksasa merah yang juga merupakan bintang variabel. Cahayanya bisa berubah dari terang menjadi redup atau sebaliknya. Demikian pula ukurannya bisa menyusut atau mengembang. Kini, Betelgeuse meredup cahayanya. Sejumlah astronom menilai peredupan itu sebagai hal alami, namun ada pula yang menduga itu adalah tanda akan terjadinya supernova atau ledakan bintang.

Betelgeuse bisa meledak kapan saja, sekarang atau 100.000 tahun lagi. Perubahan dramatis bintang sebelum meledak itu bisa terjadi satu jam, satu tahun, atau dalam rentang waktu kapan pun sebelum ledakan terjadi. Guinan maupun Nance percaya peredupan Betelgeuse kali ini bukan menjadi tanda bahwa bintang itu akan meledak. Setelah peredupan ini, Betelgeuse akan kembali terang.

Menurut Nance, belum ada penjelasan pasti apa yang membuat sebuah bintang bisa meredup. Salah satu kemungkinannya adalah terjadi ketidakstabilan kerapatan dalam bintang hingga memicu aliran energi dari dalam ke luar bintang. Perubahan energi itu bisa membuat bintang menjadi meredup-terang cahanya atau mengerut-mengembang ukurannya.

STELLARIUM—Posisi bintang Betelgeuse di rasi Orion saat baru terbit yang dilihat dari langit Jakarta selama Agustus jelang subuh.

Perubahan kecerlangan itu juga bisa dipicu perubahan aktivitas magnetik bintang. Bisa juga karena bintang menghembuskan materi ke luar bintang hingga membentuk kabut debu yang mengaburkan dan meredupkan bintang. Karena itu, astronom masih akan berjaga-jaga mengamati Betelgeuse sembari menunggu peristiwa apa yang akan terjadi berikutnya.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 6 Januari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 26 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB