Berharap Sang Asteroid ‘Iblis’, Tak Menabrak Bumi di 2029

- Editor

Rabu, 20 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada 2029 memberi kesempatan kepada para astronom untuk mengenal Apophis atau asteroid ”iblis” lebih lengkap. Ada juga harapan agar tak terjadi tabrakan antara Aphopis dan Bumi.

KOMPAS/NASA/JPL-CALTECH—Animasi yang menunjukkan posisi asteroid Apophis saat mendekati Bumi pada 13 April 2029. Pada saat itu, Apophis dan Bumi hanya terpaut jarak 31.860 kilometer atau lebih rendah dibanding posisi satelit geostasioner yang berada di ketinggian 36.000 kilometer dari Bumi. Titik-titik biru menunjukkan satelit-satelit buatan manusia yang mengelilingi Bumi, sedangkan garis kuning menunjukkan lintasan asteroid Apophis.

Asteroid Apophis telah melintas di dekat Bumi dengan aman pada, Sabtu (6/3/2021). Meski demikian, astronom masih berhitung bahwa simpangan asteroid itu dengan Bumi pada 2029 mendatang tidak akan menimbulkan petaka di Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat Apophis berpapasan dengan Bumi pada Sabtu pukul 08.15 WIB itu, kedua benda langit itu dipisahkan jarak sejauh 16,8 juta kilometer atau 44 kali jarak Bumi-Bulan. Jarak sejauh itu memang sangat aman bagi Bumi hingga terhindar dari potensi tabrakan dengan sang asteroid.

Namun simpangan Bumi dengn Apophis pada akhir pekan kemarin itu menjadi gladi resik terakhir bagi astronom sebelum asteroid itu mencapai titik terdekatnya dengan Bumi pada 13 April 2029. Saat itu, Apophis akan berada pada jarak 31.860 kilometer dari Bumi atau lebih dekat dibanding posisi satelit geostasioner yang ada di ketinggian 36.000 kilometer.

Dengan jarak sedekat itu, Apophis yang berdiameter 370 meter bisa tertarik oleh gravitasi Bumi. Jika hal itu benar-benar terjadi, situasinya bisa menjadi runyam. Bahkan, sebagian astronom memprediksi ada potensi 3 persen bagi Apophis untuk menabrak Bumi pada 2029.

Namun dengan penghitungan dan pengamatan lain, sebagian astronom yakin Apophis tidak akan menabrak Bumi pada 2029. Karena itu, masyarakat tak perlu panik, cemas atau khawatir dengan peristiwa tersebut.

Meski melintasnya asteroid di dekat Bumi pada jarak sedekat itu adalah wajar dan berlangsung setiap saat, umumnya ukuran asteroid yang melintas hanya 5-10 meter. Sedangkan untuk asteroid setinggi Autograph Tower di Kompleks Thamrin Nine, Jakarta Pusat itu, sangat jarang terjadi.

“Peluang melintasnya asteroid sebesar itu di dekat Bumi sekitar satu kali setiap 1.000 tahun,” kata ilmuwan radar di Laboratorium Propulsi Jet, Badan Penerbangan dan Antaraiksa Nasional Amerika Serikat (NASA) Marina Brozovic kepada Space, 11 Feberuari 2021.

Pada 13 April 2029 itu, seperti dikutip dari NASA, Apophis bisa diamati dengan mata telajang dan terlihat seperti titik cahaya mirip bintang yang bergerak dari timur ke barat. Apophis mulai terlihat di awal malam dari belahan Bumi selatan yang dimulai dari Australia, menyeberangi Samudera Hindia, ke utara khatulistiwa Afrika dan mencapai titik terdekatnya dengan Bumi di atas Samudera Atlantik.

Pada jarak terdekat itu, Apophis bergerak sangat cepat hingga hanya butuh satu jam saja untuk melintasi Samudera Atlantik. Selanjutnya, asteroid ini akan melintasi AS sebelum akhirnya bergerak makin menjauh dari Bumi.

“Sebelum peristiwa itu terjadi, astronom sudah harus bersiap karena simpangan Apophis pada 2029 adalah kesempatan pengamatan yang luar biasa,” tambahnya.

Penemuan
Asteroid yang bernama lengkap 99942 Apophis ini pertama kali ditemukan oleh Roy Tucker, David Tholen, dan Fabrizio Bernardi dari Observatorium Nasional Kitt Peak di Tucson, Arizona, AS pada 19 Juni 2004. Temuan ini merupakan bagian dari program pemantauan asteroid dekat Bumi yang berpotensi membahayakan Bumi.

Sejak penemuan itu, Apophis sudah menimbulkan kegemparan di kalangan astronom. Berbagai perhitungan menunjukkan adanya potensi asteroid itu menabrak Bumi meski sangat kecil. Namun dalam setiap perhitungan ada rentang ketidakpastian yang punya dua konsekuensi, bisa menghindarkan Bumi dari tabrakan dengan asteroid tersebut atau justru meningkatkan risiko tertabrak asteroid.

Karakter inilah yang membuatnya dinamai Apophis sebagai perlambang dari ancaman kekacauan yang ditimbulkannya. Apophis adalah nama dewa kegelapan, kejahatan dan kekacauan dalam mitologi Mesir kuno yang disimbolkan sebagai ular air.

KOMPAS/WIKIMEDIA COMMONS—Animasi lintasan orbit asteroid Apophis (ungu) dan orbit Bumi (biru). Pada 13 April 2029, Apophis dan Bumi akan berada di titik yang sama yang menunjukkan dekatnya jarak di antara keduanya. Pada saat itu, Bumi dan Apophis terpisah jarak sejauh 31.860 kilometer atau lebih dekat dari posisi satelit geostasioner Bumi di ketinggian 36.000 kilometer. Apophis butuh 323,6 hari untuk mengelilingi Matahari (titik kuning), sedangkan Bumi butuh waktu 365,3 hari.

Meski demikian, para astronom percaya diri bahwa peluang papasan Apophis akan berdampak pada Bumi pada 2029 sangat kecil, kurang dari 1 per 100.000 dalam beberapa dekade mendatang. Artinya, potensi Bumi selamat dari tabrakan dengan Apophis akibat simpangan itu jauh lebih besar.

Dalam sejarah manusia, Bumi memang tidak pernah aman dari tabrakan dengan asteroid dan benda langit sejenis. Air dan kehidupan di Bumi saat ini diperkirakan berasal dari material yang ada dalam asteroid yang menumbuk Bumi di masa lalu. Namun, tabrakan asteroid pula yang membuat dinosaurus punah.

Di era modern, sekitar satu abad terakhir, setidaknya tercatat dua kali masuknya asteroid ke Bumi hingga berdampak bagi kehidupan di atasnya. Seperti dikutip dari Live Science, 29 Mei 2020, sebuah asteroid jatuh di wilayah Tunguska, Siberia, Rusia pada 1908 hingga membakar 2.000 kilometer persegi hutan dan menghanguskan 80 juta pohon.

Sementara pada 15 Februari 2013, sebuah asteroid melintas dan meledak di Chelyabinsk, Rusia hingga menyebabkan lebih 1.200 orang terluka serta menghancurkan kaca-kaca jendela di lebih 4.000 gedung di wilayah tersebut. (Kompas,18 Februari 2013).

Namun, itu semua tidak sebanding dengan Apophis. “Apophis 300 kali lebih masif dari asteroid di Tunguska dan 5.000 kali lebih masif dibanding asteroid di Chelyabinsk,” kata ahli keplanetan di Institut Teknologi Massachusetts, AS, Richard Binzel.

Karakter
Pada papasan Apophis dengan Bumi pada 2029 nanti, astronom bisa mempelajari lebih detail ukuran, bentuk, komposisi dan kemungkinan struktur dalam asteroid tersebut. Sejauh ini, Apophis dikelompokkan sebagai asteroid tipe-S atau batuan karena kandungan utamanya adalah batu silikat, besi dan nikel.

Sama halnya dengan asteroid lain, Apophis diperkirakan terbentuk sebagai sisa pembentukan awal Tata Surya pada 4,6 miliar tahun lalu. Letak asli asteroid di Tata Surya adalah di wilayah Sabuk Utama asteroid, yaitu daerah kumpulan asteroid di antara orbit Mars dan Jupiter.

Namun pengaruh gravitasi planet-planet di sekitarnya, khususnya Jupiter membuat Apophis kini mengelilingi Matahari di dekat Bumi. Posisi itu membuat Apophis saat ini dikelompokkan sebagai asteroid dekat Bumi (near earth asteroid/NEO), bukan lagi asteroid Sabuk Utama.

KOMPAS/VIRTUAL TELESCOPE/GIANLUCA MASI—Posisi Bumi (titik biru kiri bawah) dan asteroid Apophis (titik merah kiri bawah) dalam posisi terdekatnya pada 6 Maret 2021. Pada saat itu, Bumi dan Apophis dipisahkan oleh jarak sejauh 16,8 juta kilometer atau 44 kali jarak Bumi-Bulan.

Apophis mengelilingi Matahari setiap 323,6 hari atau hampir 11 bulan sekali. Sambil berputar mengitari Matahari, Apophis juga berotasi atau berputar pada porosnya. Uniknya, karena Apophis berbentuk mirip kacang, yaitu dua bulatan yang bersatu, maka rotasinya pun memiliki dua arah berbeda.

Perputaran Apophis pada sumbu pendeknya butuh waktu 30 jam sekali. Sedangkan rotasi pada sumbu panjangnya membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding rotasi pada sumbu pendeknya. Akibatnya, selain asteroid ini berputar, dia juga terlihat seperti berguling-guling. Kedua gerak itu dilakukan sembari Apophis mengitari Matahari.

Selama perjalanannya mengelilingi Matahari, jarak terjauh Bumi-Apophis mencapai dua kali jarak Bumi-Matahari dan jarak terpendeknya hanya 31.860 kilometer yang dicapai pada 2029 nanti. Dari catatan astronom, jarak terdekat Apophis-Bumi pada 2029 itu juga merupakan jarak terdekat papasan asteroid seukuran 300-an meter dengan Bumi.

Meski kemungkinkan besar papasan Apophis dengan Bumi pada 2029 tidak akan menabrak Bumi, semua itu akan sangat bergantung pada bagaimana pola interaksi Bumi dan Apophis nantinya.

KOMPAS/VIRTUAL TELESCOPE—Citra asteroid 99942 Apophis yang diperoleh The Virtual Telescope Project pada 2 Maret 2021. Karena teleskop yang digunakan menggunakan asteroid Apophis sebagai acuan, maka Apophis terlihat seperti titik, sedangkan bintang-bintang di sekitarnya terlihat seperti garis-garis. Asteroid ini bergerak dengan kecepatan 4,658 kilometer per detik terhadap Bumi.

Sayangnya, sifat Apophis mungkin tidak akan pernah sama setiap kali berpapasan dengan Bumi akibat pengaruh gravitasi obyek lain selama asteroid itu memutari Matahari. Situasi itulah yang menimbulkan ketidakpastian dalam papasan Bumi-Apophis pada 2029 mendatang.

Gravitasi Bumi bisa saja menarik Apophis untuk lebih dekat dengan Bumi atau menarik batuan yang ada di permukaan Apophis hingga tersebar ke lingkungan sekitar. Bahkan, gravitasi Bumi juga bisa memulurkan Apophis hingga ukurannya berubah.

Namun seberapa dramatis efek pemuluran Apophis itu sangat bergantung pada banyak hal, mulai dari bentuk asalnya, arah atau posisi selama berpapasan dengan Bumi, serta materi yang terkandung di dalamnya.

Jika saat berpapasan dengan Bumi nantinya bagian Apophis yang lebih panjang yang menghadap Bumi, maka tiap bagian dari Apophis akan menerima dampak gravitasi Bumi yang lebih kecil. Namun jika bagian yang lebih pendek justru yang menghadap Bumi, maka akan ada tarik menarik antara Bumi dengan Apophis.

Sementara itu jika kandungan Apophis adalah batuan padat, maka dia akan lebih mampu menahan gravitasi Bumi. Sebaliknya jika berisi batuan yang lebih kecil, maka Apophis akan lebih mudah terpengaruh gravitasi Bumi.

“Bagaimanapun respons Apophis terhadap gravitasi Bumi sangat bergantung pada bagaimana dia terbentuk dan itu adalah sesuatu yang astronom tidak ketahui. Astronom tidak tahu bagaimana dua bulatan di Apophis itu bisa menyatu karena belum ada teknologi yang bisa menembus bagian dalam asteroid,” tambah Binzel.

Ketidakpastian ini pernah dialami pada 1993 saat astronom mendeteksi komet baru yang dinamai Shoemaker-Levy-9. Padahal, komet itu sejatinya adalah pecahan komet yang melintas terlalu dekat dengan Jupiter. Sejumlah astronom memprediksi tidak akan terjadi apa-apa, tetapi ada pula yang memperkirakan pecahan komet ini akan menabrak Jupiter.

Akhirnya, Shoemaker-Levy-9 itu benar-benar menabrak Jupiter. “Ada ketidakpastian besar dari tabrakan itu karena pengetahun kita. Kondisi sama juga terjadi pada Apophis,” kata Binzel.

Tabrakan Shoemaker-Levy-9 itu membuat astronom memiliki pengetahuan baru tentang pecahan komet, materi es pembentuknya hingga Jupiter dan atmosfernya. Pengetahuan baru itu juga akan didapat saat Apophis melintas di dekat Bumi pada 2029 nanti.

Namun, di tengah besarnya harapan untuk memperoleh pengetahuan baru tentang asteroid itu, manusia juga berharap bahwa simpangan Apophis dengan Bumi delapan tahun lagi itu tidak menimbulkan dampak yang mencelakakan bagi Bumi, khususnya bagi makhluk hidup di atasnya.

Oleh MUCHAMAD ZAID WAHYUDI

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 9 Maret 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB