Pisang merupakan komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat karena rasanya disukai, bergizi tinggi dan harganya terjangkau. Permintaan akan buah ini secara nasional belum dapat dipenuhi produsen pisang di dalam negeri karena tingkat produktivitas pertaniannya rendah.
Faktor penyebab rendahnya hasil budidaya tanaman buah ini antara lain karena serangan hama. Untuk mengatasi hama ini diterapkan teknik rekayasa genetika atau bioteknologi selular hingga dihasilkan varietas unggul pisang yang tahan hama.
Hal ini dilaporkan Deden Sukmadjaja peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik (BB Biogen) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, Rabu (25/4/2018), di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu hama penyakit yang banyak menyerang tanaman pisang (Musaceae) adalah penyakit Panama atau layu daun fusarium. Dinamai demikian karena penyakit ini akibat serangan cendawan Fusarium oxysporum. Hampir semua jenis pertanaman pisang dapat terserang cendawan ini. Akibatnya tanaman rusak, gagal panen bahkan mati.
Metode yang dipilih adalah bioteknologi selular, yaitu untuk memperoleh karakter baru yang tidak tersedia pada sumber gen pada plasma nutfah yang ada. Dalam hal ini dilakukan induksi keragaman somaklonal (variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan atau kultur sel) melalui mutasi buatan yang disertai dengan seleksi in vitro.
“Cara ini mempercepat perolehan varian baru dengan berbagai sifat atau karakter yang diinginkan,” katanya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO–Buruh menurunkan pisang dari mobil pengangkut di Pasar Pisang, Cipinang, Jakarta, Rabu (1/7/2015). Aneka jenis pisang, seperti pisang tanduk, ambon, uli, dan kepok, itu didatangkan dari Lampung.
Teknik ini telah banyak digunakan di berbagai negara untuk pemuliaan pisang dan menghasilkan varietas yang tahan penyakit Panama. Di Taiwan antara lain, peneliti berhasil mendapatkan beberapa varian somaklonal pisang Giant Cavendish seperti GCTCV-215 dan GCTCV-218 yang toleran terhadap penyakit layu fusarium dengan peningkatan berat tandan buah hingga 50 persen.
Induksi mutasi
Sementara itu dalam beberapa tahun terakhir, BB-Biogen berkolaborasi dengan Balai Penelitian Buah juga berhasil merakit tanaman pisang Ambon Kuning hingga memiliki produktivitas tinggi dan tahan terhadap penyakit tersebut.
“Metode yang digunakan ialah induksi mutasi dilanjutkan dengan seleksi in vitro menggunakan suspensi spora cendawan tersebut,” jelas Deden.
Pengujian beberapa galur somaklonal pada lokasi endemik fusarium di Bogor dan Solok telah dilakukan selama empat generasi. Pengujian tersebut memperoleh dua galur harapan dengan peningkatan produktivitas 10-25 persen. Selain itu juga dicapai peningkatan ketahanan moderat terhadap serangan layu fusarium.
Galur harapan tersebut akan segera didaftarkan sebagai varietas unggul ambon kuning yang memiliki produktivitas lebih tinggi dan lebih tahan terhadap penyakit layu fusarium.
Tahap selanjutnya adalah perbanyakan benih dalam upaya diseminasi hasil penelitian ini. Varietas unggul pisang ambon kuning diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para petani pisang, harap Deden. (*)–YUNI IKAWATI
Sumber: Kompas, 27 April 2018